Presiden baru Korea Selatan Lee Myung-bak, membuka lembaran baru dengan Jepang, sekaligus menandai dilanjutkannya rekonsiliasi antara dua negara bertetangga tersebut setelah lama bersikap dingin.
Lee, dalam lawatan pertamanya ke luar negeri memulai pembicaraan tingkat tinggi dengan Perdana Menteri Jepang Yasuo Fukuda, Senin (21/4). Pertemuan diperkirakan difokuskan mengenai proses denuklirisasi Korea Utara.
Lee dan Fukuda juga diharapkan memecahkan kebuntuan dalam perundingan perdagangan bebas, yang telah tertunda sejak November 2004 berkaitan dengan upaya Seoul untuk mendapatkan akses ke pasar produk pertanian Jepang yang diproteksi secara ketat.
Pendahulu Lee, Roh Moo-hyun, pernah berkunjung ke Jepang pada September 2004, dan berdasarkan perjanjian antara kedua negara, disepakati untuk melaksanakan diplomasi timbal-balik.
Lee, yang dilahirkan di Jepang dan dipuji karena pendekatan pragmatisnya di bidang luar negeri, berharap bisa meningkatkan hubungan kedua negara yang sering kali goyah ketika dikaitkan dengan kisah getir era pendudukan kolonial Jepang di Semenanjung Korea pada 1910-1945.
Pemimpin baru Korea Selatan juga mengisyaratkan kerasnya pendekatan terhadap komunis Korea Utara. Selama 10 tahun terakhir memang para pemimpin yang berhaluan liberal di Seoul mendorong ke arah rekonsiliasi dengan Pyongyang.
Tentang Korea Utara, Lee dan Fukuda diperkirakan akan menyetujui bahwa Pyongyang harus membuat deklarasi yang menyeluruh dan akurat atas program-program nuklirnya. Kesepakatan ini diharapkan efektif menekan Pyongyang di tengah kebuntuan atas kesepakatan perlucutan senjata yang ditandatangani enam negara.
Surat kabar Yomiuri Shimbun mengatakan, bahwa kedua pemimpin akan menyepakati pula diluncurkannya pertemuan tingkat tinggi segitiga tahunan dengan China, untuk menangani masalah-masalah sengketa kawasan.
Memang, pertemuan ini tinggal menunggu gong. Para menteri luar negeri kedua negara telah mencapai kesepakatan pada awal bulan lalu bahwa perundingan-perundingan tentang perdagangan bebas siap digelar. (antara/afp/mic)
Lee, dalam lawatan pertamanya ke luar negeri memulai pembicaraan tingkat tinggi dengan Perdana Menteri Jepang Yasuo Fukuda, Senin (21/4). Pertemuan diperkirakan difokuskan mengenai proses denuklirisasi Korea Utara.
Lee dan Fukuda juga diharapkan memecahkan kebuntuan dalam perundingan perdagangan bebas, yang telah tertunda sejak November 2004 berkaitan dengan upaya Seoul untuk mendapatkan akses ke pasar produk pertanian Jepang yang diproteksi secara ketat.
Pendahulu Lee, Roh Moo-hyun, pernah berkunjung ke Jepang pada September 2004, dan berdasarkan perjanjian antara kedua negara, disepakati untuk melaksanakan diplomasi timbal-balik.
Lee, yang dilahirkan di Jepang dan dipuji karena pendekatan pragmatisnya di bidang luar negeri, berharap bisa meningkatkan hubungan kedua negara yang sering kali goyah ketika dikaitkan dengan kisah getir era pendudukan kolonial Jepang di Semenanjung Korea pada 1910-1945.
Pemimpin baru Korea Selatan juga mengisyaratkan kerasnya pendekatan terhadap komunis Korea Utara. Selama 10 tahun terakhir memang para pemimpin yang berhaluan liberal di Seoul mendorong ke arah rekonsiliasi dengan Pyongyang.
Tentang Korea Utara, Lee dan Fukuda diperkirakan akan menyetujui bahwa Pyongyang harus membuat deklarasi yang menyeluruh dan akurat atas program-program nuklirnya. Kesepakatan ini diharapkan efektif menekan Pyongyang di tengah kebuntuan atas kesepakatan perlucutan senjata yang ditandatangani enam negara.
Surat kabar Yomiuri Shimbun mengatakan, bahwa kedua pemimpin akan menyepakati pula diluncurkannya pertemuan tingkat tinggi segitiga tahunan dengan China, untuk menangani masalah-masalah sengketa kawasan.
Memang, pertemuan ini tinggal menunggu gong. Para menteri luar negeri kedua negara telah mencapai kesepakatan pada awal bulan lalu bahwa perundingan-perundingan tentang perdagangan bebas siap digelar. (antara/afp/mic)
No comments:
Post a Comment