1. Membedakan dengan mahluk lain.
2. Awal dari suatu bentuk komunikasi.
3. Lebih banyak digunakan.
4. Ada hal yang tidak tergantikan.
5. Menciptakan perasaan akrab dengan lawan bicara.
6. Mampu mempengaruhi orang lain yang diajak bicara.
Sebelumnya, mari kita membahas tentang profesionalisme, performance, dan kredibiltas seorang “pembicara”.
Profesionalisme adalah mutu, kualitas, dan tindak tanduk yang merupakan ciri suatu profesi atau orang yang profesional. Sementara profesional sendiri mengandung arti sesuatu yang berkaitan dengan profesi (bidang pekerjaan yang membutuhkan keahlian/ketrampilan) dan memerlukan kepandaian khusus untuk menjalankannya.
Performance atau performa bisa diartikan sebagai penampilan. Akan tetapi, dalam keterhubungannya dengan profesionalisme, performa merupakan gabungan dari: kemampuan, wawasan, usaha, kesempatan dan penampilan itu sendiri.
Jadi, seseorang bisa dikatakan profesional di bidang yang digelutinya adalah ketika dia memiliki kemampuan dan wawasan yang cukup tentang profesinya melalui suatu usaha dan adanya kesempatan untuk menggeluti profesi tersebut yang ditunjang dengan penampilannya.
Ada tiga sisi profesionalisme yang dikenal saat ini:
1. Kemampuan. Yaitu kesanggupan, kecakapan dan kekuatan seseorang terhadap suatu bidang. Meliputi: pengetahuan, ketrampilan, pengalaman
2. Motivasi. Merupakan dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu. Motivasi juga merupakan kenikmatan dan/atau kepuasan seseorang dalam meraih sesuatu.
3. Kepribadian, merupakan sifat hakiki yang tercermin pada sikap seseorang yang membedakannya dengan orang lain.
Hal lainnya adalah kredibilitas seorang pembicara. Maksudnya adalah penilaian orang terhadap diri kita. Suka atau tidak, sebagai seorang pembicara, kita harus memperhatikan penilaian orang lain. Hal ini dikarenakan merekalah yang akan menjadi pendengar. Jika mereka tidak menyukai kredibilitas yang ada pada diri kita, maka jangan harap ada orang yang mau mendengarkan apapun yang disampaikan, tidak peduli betapa pintar/cerdasnya anda atau banyaknya pengalaman yang anda miliki. Jadi, meskipun anda memiliki kemampuan yang lebih dari orang lain, tidak dianjurkan untuk terlalu percaya diri.
Adapun Kredibilitas dari seorang speaker atau pembicara mencakup:
1. Expertness (keahlian)
2. Trustworthiness (keterpecayaan/orang yang dapat dipercaya)
3. Attractiveness (daya tarik)
Semua hal diatas saling berhubungan satu dengan yang lain untuk menunjang seseorang menjadi pembicara yang baik. Tidak hanya itu, ketika kita bersosialisasi, semua hal diatas juga dibutuhkan.
Selain semua hal yang sudah dijelaskan diatas, ada tiga hal lain yang menjadi pakem ketika seseorang harus berbicara di depan publik. Ketiga hal tersebut adalah: variasi suara, ekspresi wajah dan bahasa tubuh.
Variasi Suara
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan yang berhubungan dengan suara, antara lain: volume, kecepatan bicara, artikulasi, dan tinggi rendahnya suara. Meski kita memiliki suara yang enak didengar, belum tentu artikulasi (pengucapan kata) sudah benar. Begitu pula dengan kecepatan suara. Latih setiap pengucapan kata, terutama kata-kata yang jarang digunakan agar orang dapat mengerti apa yang kita ucapkan. Atur juga kecepatan suara sesuai kebutuhan. Jika terlalu cepat, orang akan malas untuk mengikutinya, begitu pula jika terlalu lambat. Meskipun demikian, kadang kita perlu memperlambat kecepatan bicara untuk memberikan penekanan terhadap sesuatu.
Ekspresi Wajah
Mata dan bibir adalah cerminan hati si pembicara. Oleh karena itu, sebagai seorang pembicara kita harus memperhatikan benar kedua hal tersebut. Berikut adalah beberapa kiat dalam melatih ekspresi mata dan bibir saat berbicara di depan publik.
• Usahakan mata tidak terpaku pada seseorang atau benda tertentu
• Secara perlahan dan bergantian, tatap semua mata audiens
• Kerutan kening dan mata yang mengecil dapat memberikan kesan tertentu
• Ketika berbicara dengan satu orang saja, usahakan untuk menatap mata/wajah/bagian ‘T’ pada wajah lawan bicara. Dengan cara ini, lawan bicara akan merasa dihargai.
• Biasakan tersenyum lebih banyak dan lebih sering. Tentunya disesuaikan dengan kondisi atau apa yang sedang dibicarakan.
• Gunakan bibir untuk mengekspresikan sikap yang konsisten dengan apa yang anda bicarakan
Bahasa Tubuh
Hal terakhir yang tidak boleh luput dari perhatian adalah posisi tubuh. Perhatikan benar dalam kondisi apa anda berada, apa yang sedang diperbincangkan. Formal atau semi formal atau non formal situasi anda ketika berbicara. Dalam suasana formal, posisi berdiri selalu lebih baik daripara duduk. Dengan cara ini, kita menunjukkan rasa hormat kepada audiens. Keberadaan mimbar dapat mengurangi kesan dekat dan akrab sehingga memberikan kesan formal.
Jangan lupa untuk mengatur gerakan tangan dan tubuh. Gunakan tangan untuk memegang alat bantu, catatan, atau memberikan isyarat yang dinamis. Hindari memasukan tangan ke kantong celana/baju atau menjalinnya dimuka/dibelakang tubuh. Hindari melakukan gerakan yang berlebihan seperti mengangkat tangan terlalu tinggi atau gerakan melambai-lambai yang berlebihan. Hindari terlalu mencondongkan tubuh karena akan memberikan kesan intimidasi kepada lawan bicara.
Posisi kaki juga harus diperhatikan. Berikan jarak antara kedua kaki, tapi tidak terlalu lebar. Cukup selebar pinggul kita. Dalam posisi forma, jaga agar posisi kaki tidak memberikan kesan santai atau cuek. Berjalan mondar mandir yang tidak beraturan sangat tidak dianjurkan. Dan bila anda duduk, sebaiknya dalam posisi kaki siap, tidak disilangkan atau ditumpangkan.
Hal terakhir yang menjadi perhatian kita saat berbicara di depan publik adalah mengontrol kebiasaan. Kenali kebiasaan anda. Awas, kebiasaan ini kadang tidak kita sadari. Oleh karena itu, disarankan sebelum berbicara di depan publik, lakukan latihan kecil didepan orang-orang yang dekat dengan kita. Minta supaya mereka memberitahu kebiasaan-kebiasaan yang dapat mengganggu audiens dan dapat menjatuhkan kredibilitas kita sebagai pembicara. Contoh kebiasaan yang sering ditemui antara lain: mata yang sering berkedut/berkedip, tangan yang tidak bisa diam dan selalu bergerak-gerak tanpa tujuan (biasanya karena gugup), terlalu sering membicarakan diri sendiri yang seringkali tidak ada relevansinya dengan tujuan kita berbicara, memain-mainkan sesuatu yang ada digenggaman seperti pulpen atau pointer. Karenanya, kendalikanlah kebiasaan yang tidak baik tersebut. (Ena Lubis)
No comments:
Post a Comment