ANDA yang merasakan kegemukan dan sulit menurunkan berat badan perlu memahami berita baru ini. Mereka yang kerap tidur terlalu larut entah karena pekerjaan atau sulit tidur bakal mudah mengalami kegemukan. Sebaliknya, “banyak tidur justru merupakan cara ideal untuk menstabilkan berat tubuh,” jelas Karine Spiegel, ilmuwan ahli saraf dari France INSERM.
Sementara mereka yang terbiasa makan sedikit dan kurang olahraga justru bakal mudah gemuk. Dan data terakhir menyebutkan, kurang tidur juga menjadi salah satu faktor penyebabnya.
Sekitar 30 survei dilakukan di 7 negara dengan populasi yang cukup luas mengindikasikan bahwa kegemukan terkait erat dengan kurang tidur entah pada anak atau orang dewasa.
Penelitian pertama berlangsung tahun 1992 di Perancis dan meneliti perihal anak-anak dan remaja. Spiegel mengatakan, meningkatnya kegemukan di Amerika pada pertengahan abad 20 terkait dengan masalah kurang tidur.
Dua hormon kunci diproduksi pada malam hari yang fungsinya mengatur nafsu makan.
Hormon protein yang diproduksi jaringan lemak dan mengatur simpanan lemak, grehlin membuat orang menjadi lapar, memperlambat metabolisme dan menurunkan kemampuan tubuh membakar lemak tubuh.
“Kami telah menunjukkan bahwa kurang tidur (2-4 jam) menyebabkan hilangnya 18 persen hormon leptin dan 28 persen meningkatkan hormon grehlin,” ujarnya.
Perubahan hormon semacam memudahkan orang lapar dan butuh lemak serta gula sehingga orang bakal menginginkan makanan seperti kue, kacang, dan lain-lain.
Kurang tidur dapat meningkatkan rasa lapar hingga 23-24 persen. Atau penambahan kalori sekitar 350-500 setiap hari, “yang pada orang yang kurang olahraga bakal memudahkan tambahnya berat badan.” jelas Spiegel.
Sayang, tidak begitu jelas apakah kurangnya tidur selama beberapa tahun bakal membahayakan kemampuan tubuh untuk merestorasi keseimbangan kedua hormon ini.
Sebuah penelitian yang dirilis di Washington pada Februari menunjukkan, anak-anak yang kurang tidur berisiko tinggi mengalami obesitas daripada mereka yang selalu tidur di malam hari. Menurut para peneliti dari Johns Hopkins Bloomberg School of Public Health, tidur teratur dapat mengurangi risiko obesitas hingga sembilan persen.
Sebaliknya, anak-anak yang kurang tidur, 92 persen lebih berisiko mudah mengalami obesitas daripada yang kurang tidur.
“Analisis kami dari data yang ada meunjukkan kaitan jelas antara durasi tidur dan risiko obesitas pada anak. Risiko menurun saat durasi tidur makin banyak,” jelas Youfa Wang, seorang senior peneliti mengungapkan.
“Kebiasaan tidur teratur merupakan modal penting untuk mencegah kegemukan pada anak dan perlu dipertimbangkan lebih lanjut sebagai sebuah cara mencegah kegemukan,” ungkap Wang.
Para ilmuwan ini sempat mereview 17 penelitian yang telah dipublikasikan mengenai durasi tidur dan kegemukan pada anak.
Beberapa peneliti merekomendasikan anak-anak usia di bawah lima tahun sebaiknya tidur selama 11 jam atau lebih sehari, anak usia lima hingga 10 tahun sebaiknya tidur selama 10 jam atau lebih dan anak usia di atas sepluh tahun sebaiknya tidur sembilan jam sehari.
Kompas/Arbain Rambey
Sementara mereka yang terbiasa makan sedikit dan kurang olahraga justru bakal mudah gemuk. Dan data terakhir menyebutkan, kurang tidur juga menjadi salah satu faktor penyebabnya.
Sekitar 30 survei dilakukan di 7 negara dengan populasi yang cukup luas mengindikasikan bahwa kegemukan terkait erat dengan kurang tidur entah pada anak atau orang dewasa.
Penelitian pertama berlangsung tahun 1992 di Perancis dan meneliti perihal anak-anak dan remaja. Spiegel mengatakan, meningkatnya kegemukan di Amerika pada pertengahan abad 20 terkait dengan masalah kurang tidur.
Dua hormon kunci diproduksi pada malam hari yang fungsinya mengatur nafsu makan.
Hormon protein yang diproduksi jaringan lemak dan mengatur simpanan lemak, grehlin membuat orang menjadi lapar, memperlambat metabolisme dan menurunkan kemampuan tubuh membakar lemak tubuh.
“Kami telah menunjukkan bahwa kurang tidur (2-4 jam) menyebabkan hilangnya 18 persen hormon leptin dan 28 persen meningkatkan hormon grehlin,” ujarnya.
Perubahan hormon semacam memudahkan orang lapar dan butuh lemak serta gula sehingga orang bakal menginginkan makanan seperti kue, kacang, dan lain-lain.
Kurang tidur dapat meningkatkan rasa lapar hingga 23-24 persen. Atau penambahan kalori sekitar 350-500 setiap hari, “yang pada orang yang kurang olahraga bakal memudahkan tambahnya berat badan.” jelas Spiegel.
Sayang, tidak begitu jelas apakah kurangnya tidur selama beberapa tahun bakal membahayakan kemampuan tubuh untuk merestorasi keseimbangan kedua hormon ini.
Sebuah penelitian yang dirilis di Washington pada Februari menunjukkan, anak-anak yang kurang tidur berisiko tinggi mengalami obesitas daripada mereka yang selalu tidur di malam hari. Menurut para peneliti dari Johns Hopkins Bloomberg School of Public Health, tidur teratur dapat mengurangi risiko obesitas hingga sembilan persen.
Sebaliknya, anak-anak yang kurang tidur, 92 persen lebih berisiko mudah mengalami obesitas daripada yang kurang tidur.
“Analisis kami dari data yang ada meunjukkan kaitan jelas antara durasi tidur dan risiko obesitas pada anak. Risiko menurun saat durasi tidur makin banyak,” jelas Youfa Wang, seorang senior peneliti mengungapkan.
“Kebiasaan tidur teratur merupakan modal penting untuk mencegah kegemukan pada anak dan perlu dipertimbangkan lebih lanjut sebagai sebuah cara mencegah kegemukan,” ungkap Wang.
Para ilmuwan ini sempat mereview 17 penelitian yang telah dipublikasikan mengenai durasi tidur dan kegemukan pada anak.
Beberapa peneliti merekomendasikan anak-anak usia di bawah lima tahun sebaiknya tidur selama 11 jam atau lebih sehari, anak usia lima hingga 10 tahun sebaiknya tidur selama 10 jam atau lebih dan anak usia di atas sepluh tahun sebaiknya tidur sembilan jam sehari.
Kompas/Arbain Rambey
No comments:
Post a Comment