PULAU Tukung ternyata menyimpan cerita misteri yang cukup unik sekaligus menyeramkan. Ini, cerita tentang seorang bule yang digoda sundal bolong yang berparas cantik dan tubuh yang molek.
Ceritanya, terjadi sekitar tahun 50-an. Kala itu, Pertamina masih dikontrak BPM yang sebagian pekerja asingnya berkebangsaan Belanda. Senja itu, sang bule memacu mobil dari kilang minyak kembali ke Gunung Dubs melalui Pelabuhan Semayang, karena sekalian ingin melihat lembayung memantul di air laut yang tenang.
Sang bule menjalankan mobilnya lamat-lamat, sementara matanya terus tertarik melihat pemandangan alam yang sangat mengasyikkan di sekitar pelabuhan. Ketika mobilnya hampir tiba di tempat keramat Pulau Tukung, dia melihat seorang wanita bertubuh semampai berjalan sembari meliuk-liukkan tubuhnya yang sintal.
Mata lelaki bule tak lagi tertarik pada pemandangan alam, justru matanya jelalatan menelusuri tiap lekuk tubuh sang wanita, yang berambut panjang, yang berjalan seorang diri.
"Hello, nona cantik mau pergi kemana," sapa sang bule ketika mobilnya berada di samping wanita itu. Sementara sang dara tersenyum manis kepada bule tadi.
"Pulang, rumah saya di dekat sini, di atas gunung. Tidak jauh dari tempat keramat itu," ujar sang wanita menjawab, sembari memperdengarkan suaranya yang merdu dan giginya yang putih bersih, sembari menunduk kemayu.
Mendapat jawaban yang lembut itu, darah kelelakian sang bule mendesir. Ia jadi lupa ingin cepat pulang ke rumah, karena selain tubuhnya penat, juga ada anak dan istrinya yang menunggu.
"Boleh saya bertamu ke rumah nona," goda sang bule, yang dijawab oleh sang wanita, bahwa dia takut membuat sang bule kecewa setelah mengetahui siapa dirinya yang sebenarnya, apalagi ayahnya sangat galak.
"Tidak apa-apa, saya suka berkenalan dengan siapa saja, termasuk juga dengan keluarga noni," sambung sang bule. Sementara sang wanita mengatakan, dia telah tiba di depan rumahnya. "Rumah saja di atas gunung ini. Nah kalau ingin bertamu tunggu dulu di sini," ujarnya genit.
Si bule mengatakan, dia bersedia menanti wanita itu, sampai dia dipersilakan masuk ke rumah sang wanita. "Saya akan tunggu sampai noni memanggil saya di sini. Saya akan tunggu di mobil," ujar bule tadi.
Sudah sekitar setengah jam dia menanti wanita tadi, namun sang wanita tak juga muncul, sementara matahari sudah masuk ke peraduannya, dan gelap malam membuat kawasan itu, menjadi sepi.
Ingin sang bule menyusul wanita tadi, namun dia khawatir tidak akan berjumpa, karena dia tak tahu arah mana menuju rumah wanita yang membuat dia kasmaran dan hatinya panas dingin itu.
Tiba-tiba saja, dia melihat seorang lelaki berkopiah putih, bersarung dan mengenakan baju koko berjalan ke arah mobilnya. Dan bule tadi keluar dari mobilnya sembari mendekati Pak Haji.
"Pak, boleh saya tanya, apakah ada rumah di atas sana?" tanya sang bule. Yang dijawab Pak Haji, bahwa tidak ada rumah di atas gunung yang ditumbuhi hutan itu.
Jawaban itu, membuat heran sang bule. "Tadi saya bertemu wanita yang cantik di sini. Katanya rumahnya di tas gunung itu," ujar bule itu.
Dengan tersenyum Pak Haji mengatakan, di tempat itu tinggal sundal bolong, yang memang suka menggoda lelaki. Dan bule itu, adalah korban kesekian kalinya. Dan masih untung tak diajak tidur di tengah hutan itu. Akhirnya sang bule pulang dengan perasaan tak menentu, karena yang ditunggunya adalah hantu.
Ceritanya, terjadi sekitar tahun 50-an. Kala itu, Pertamina masih dikontrak BPM yang sebagian pekerja asingnya berkebangsaan Belanda. Senja itu, sang bule memacu mobil dari kilang minyak kembali ke Gunung Dubs melalui Pelabuhan Semayang, karena sekalian ingin melihat lembayung memantul di air laut yang tenang.
Sang bule menjalankan mobilnya lamat-lamat, sementara matanya terus tertarik melihat pemandangan alam yang sangat mengasyikkan di sekitar pelabuhan. Ketika mobilnya hampir tiba di tempat keramat Pulau Tukung, dia melihat seorang wanita bertubuh semampai berjalan sembari meliuk-liukkan tubuhnya yang sintal.
Mata lelaki bule tak lagi tertarik pada pemandangan alam, justru matanya jelalatan menelusuri tiap lekuk tubuh sang wanita, yang berambut panjang, yang berjalan seorang diri.
"Hello, nona cantik mau pergi kemana," sapa sang bule ketika mobilnya berada di samping wanita itu. Sementara sang dara tersenyum manis kepada bule tadi.
"Pulang, rumah saya di dekat sini, di atas gunung. Tidak jauh dari tempat keramat itu," ujar sang wanita menjawab, sembari memperdengarkan suaranya yang merdu dan giginya yang putih bersih, sembari menunduk kemayu.
Mendapat jawaban yang lembut itu, darah kelelakian sang bule mendesir. Ia jadi lupa ingin cepat pulang ke rumah, karena selain tubuhnya penat, juga ada anak dan istrinya yang menunggu.
"Boleh saya bertamu ke rumah nona," goda sang bule, yang dijawab oleh sang wanita, bahwa dia takut membuat sang bule kecewa setelah mengetahui siapa dirinya yang sebenarnya, apalagi ayahnya sangat galak.
"Tidak apa-apa, saya suka berkenalan dengan siapa saja, termasuk juga dengan keluarga noni," sambung sang bule. Sementara sang wanita mengatakan, dia telah tiba di depan rumahnya. "Rumah saja di atas gunung ini. Nah kalau ingin bertamu tunggu dulu di sini," ujarnya genit.
Si bule mengatakan, dia bersedia menanti wanita itu, sampai dia dipersilakan masuk ke rumah sang wanita. "Saya akan tunggu sampai noni memanggil saya di sini. Saya akan tunggu di mobil," ujar bule tadi.
Sudah sekitar setengah jam dia menanti wanita tadi, namun sang wanita tak juga muncul, sementara matahari sudah masuk ke peraduannya, dan gelap malam membuat kawasan itu, menjadi sepi.
Ingin sang bule menyusul wanita tadi, namun dia khawatir tidak akan berjumpa, karena dia tak tahu arah mana menuju rumah wanita yang membuat dia kasmaran dan hatinya panas dingin itu.
Tiba-tiba saja, dia melihat seorang lelaki berkopiah putih, bersarung dan mengenakan baju koko berjalan ke arah mobilnya. Dan bule tadi keluar dari mobilnya sembari mendekati Pak Haji.
"Pak, boleh saya tanya, apakah ada rumah di atas sana?" tanya sang bule. Yang dijawab Pak Haji, bahwa tidak ada rumah di atas gunung yang ditumbuhi hutan itu.
Jawaban itu, membuat heran sang bule. "Tadi saya bertemu wanita yang cantik di sini. Katanya rumahnya di tas gunung itu," ujar bule itu.
Dengan tersenyum Pak Haji mengatakan, di tempat itu tinggal sundal bolong, yang memang suka menggoda lelaki. Dan bule itu, adalah korban kesekian kalinya. Dan masih untung tak diajak tidur di tengah hutan itu. Akhirnya sang bule pulang dengan perasaan tak menentu, karena yang ditunggunya adalah hantu.
No comments:
Post a Comment