Perekonomian Indonesia pada tahun ini masih termasuk yang lumayan di Asia. Di kawasan Asia, hanya tiga negara yang diperkirakan pertumbuhan ekonominya masih positif, dan satu di antaranya adalah Indonesia. "Sampai saat ini posisi kita relatif baik, di Asia hanya tiga negara yang pertumbuhannya positif yaitu China, India, dan Indonesia. Sementara Malaysia 0% dan yang lainnya negatif," kata Gubernur Bank Indonesia (BI) Boediono dalam rapat kerja dengan Panitia Anggaran DPR di Gedung DPR Jakarta.
Dalam rapat tersebut Boediono menceritakan hasil pertemuan bank sentral se-Asia Pasifik yang dihadirinya beberapa waktu lalu di Kuala Lumpur, Malaysia.
"Suasana yang ditangkap dari pertemuan itu, hampir semua bank sentral, situasi global tampaknya lebih buruk dari yang dibayangkan, dan pemburukannya akan semakin sangat cepat. Jadi saat ini mereka memikirkan bagaimana memperkuat ketahanan masing-masing negara," kata Boediono.
Oleh karena itu, menurut Boediono, Indonesia perlu meningkatkan kewaspadaan karena dampak krisis ekonomi global yang datang berangsur-angsur. "Kita perlu siapkan diri menghadapi krisis yang mungkin lebih dalam dan panjang, jadi perkuat stamina," kata dia.
Asumsi pertumbuhan ekonomi 2009 Indonesia menurut BI adalah 4%--5%. Dengan downside risk atau risiko ke bawah cukup besar. Inflasi 2009 diperkirakan 5%--7%, suku bunga SBI tiga bulan adalah 7,5%, dan nilai tukar rupiah Rp11 ribu/dolar AS.
Dalam menjaga ketahanan negara dari ancaman situasi krisis ekonomi global yang terjadi, Bank Indonesia mengatakan ada tiga hal yang menjadi kunci langkah. "Pertama melonggarkan kebijakan moneter, semua negara melakukan itu dan negara yang cadangan devisanya kuat akan cepat melonggarkan, seperti AS di mana seluruh uang yang beredar adalah cadangan devisa, sehingga bank sentralnya menurunkan suku bunga hampir ke 0%," kata dia.
Boediono mengatakan negara-negara seperti Indonesia yang punya dua masalah likuiditas yang perlu dikendalikan yaitu mata uang lokal dan mata uang cadangan devisa, akan lebih hati-hati melonggarkan kebijakan moneternya. "Hal kedua ialah memperkuat sektor perbankan karena macam-macam masalahnya, ada negara yang perbankannya mandek atau tidak mengucurkan kredit."
Kemudian hal ketiga adalah stimulus fiskal, di mana dikatakan Boediono hampir semua negara menerapkan stimulus fiskal dan ini sangat penting. "Stimulus fiskal sangat penting dan tidak bisa kita tinggalkan. BI mendukung usulan pemerintah untuk persetujuan Dewan untuk paket stimulus fiskal," ujar dia.
http://www.lampungpost.com/cetak/berita.php?id=2009021223445318
Dalam rapat tersebut Boediono menceritakan hasil pertemuan bank sentral se-Asia Pasifik yang dihadirinya beberapa waktu lalu di Kuala Lumpur, Malaysia.
"Suasana yang ditangkap dari pertemuan itu, hampir semua bank sentral, situasi global tampaknya lebih buruk dari yang dibayangkan, dan pemburukannya akan semakin sangat cepat. Jadi saat ini mereka memikirkan bagaimana memperkuat ketahanan masing-masing negara," kata Boediono.
Oleh karena itu, menurut Boediono, Indonesia perlu meningkatkan kewaspadaan karena dampak krisis ekonomi global yang datang berangsur-angsur. "Kita perlu siapkan diri menghadapi krisis yang mungkin lebih dalam dan panjang, jadi perkuat stamina," kata dia.
Asumsi pertumbuhan ekonomi 2009 Indonesia menurut BI adalah 4%--5%. Dengan downside risk atau risiko ke bawah cukup besar. Inflasi 2009 diperkirakan 5%--7%, suku bunga SBI tiga bulan adalah 7,5%, dan nilai tukar rupiah Rp11 ribu/dolar AS.
Dalam menjaga ketahanan negara dari ancaman situasi krisis ekonomi global yang terjadi, Bank Indonesia mengatakan ada tiga hal yang menjadi kunci langkah. "Pertama melonggarkan kebijakan moneter, semua negara melakukan itu dan negara yang cadangan devisanya kuat akan cepat melonggarkan, seperti AS di mana seluruh uang yang beredar adalah cadangan devisa, sehingga bank sentralnya menurunkan suku bunga hampir ke 0%," kata dia.
Boediono mengatakan negara-negara seperti Indonesia yang punya dua masalah likuiditas yang perlu dikendalikan yaitu mata uang lokal dan mata uang cadangan devisa, akan lebih hati-hati melonggarkan kebijakan moneternya. "Hal kedua ialah memperkuat sektor perbankan karena macam-macam masalahnya, ada negara yang perbankannya mandek atau tidak mengucurkan kredit."
Kemudian hal ketiga adalah stimulus fiskal, di mana dikatakan Boediono hampir semua negara menerapkan stimulus fiskal dan ini sangat penting. "Stimulus fiskal sangat penting dan tidak bisa kita tinggalkan. BI mendukung usulan pemerintah untuk persetujuan Dewan untuk paket stimulus fiskal," ujar dia.
http://www.lampungpost.com/cetak/berita.php?id=2009021223445318
No comments:
Post a Comment