Kondisi ekonomi masih belum menggembirakan. Hampir di seluruh sektor, terjadi penurunan produksi. Ancaman PHK tetap menganga. Hanya ada satu cara mengatasinya: keyakinan dan kerja keras pemerintah dan rakyat.
Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) menyatakan seluruh sektor industri mengalami penurunan produksi pada 2009 akibat krisis ekonomi global. Sejauh ini, sektor industri mengalami penurunan rata-rata 15% dari kapasitas terpasang.
Djimanto, Sekjen Apindo mengatakan penurunan permintaan menyebabkan industri harus menyesuaikan produksinya. Semua sektor menurunkan produksi karena ada perlambatan permintaan di pasar. Terutama untuk komoditas ekspor. AS dan Eropa menurunkan permintaannya. Akibatnya sekitar 500 ribu sampai 1 juta karyawan terancam terkena pemutusan hubungan kerja tahun ini.
Perkiraan itu dengan asumsi jika pemerintah tidak segera mengintervensi pasar domestik. Saat ini pasar dikuasai barang impor sekitar 50%. Barang impor itu terdiri dari barang konsumsi. Pakaian atau atau barang untuk diolah kembali, misalnya. Jika porsi 50% barang impor tersebut diambil oleh produsen nasional, penurunan produksi bisa dicegah. “Otomatis PHK bisa dikurangi,” kata Djimanto.
Kadin mendesak pemerintah untuk segera melakukan tindakan mempengaruhi pasar, sehingga produksi luar negeri bisa dialihkan ke dalam negeri. Kalau pemerintah berhasil melakukan langkah-langkah itu, PHK tidak akan terjadi.
Dalam hal ini, Ketua Kadin MS Hidayat memperkirakan pada 2009 ini akan ada penurunan kinerja ekspor 40%. “Karena sebagian besar order (pesanan) drop. Dengan demikian industri manufaktur menurunkan kapasitas produksinya,” katanya.
Supaya industri bisa bertahan, mendapat pasar, serta kapasitas produksi tidak anjlok, perlu mencari pengalihan pasar. Namun ini membutuhkan waktu satu tahun. Hal yang paling mungkin dilakukan adalah memaksimalkan penjualan di pasar domestik.
Caranya, dengan kebijakan pengetatan impor atas lima komoditas yang sudah mulai berjalan 1 Februari, menaikkan daya beli masyarakat, membuat produksi nasional kompetitif, pemberian insentif fiskal sehingga beban perusahaan ringan. “Terutama industri yang gunakan padat tenaga kerja,” kata Hidayat.
Sementara lembaga kajian ekonomi 'Econit' meramalkan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan mengalami hard landing. Kemungkinan ekonomi Indonesia 2009 akan merosot dari 6% pada 2008 menjadi hanya 3,5%. Ini beda dengan prediksi Bank Dunia yang meramal ekonomi Indonesia bakal tumbuh 4,4%.
“Hard landing ini dikarenakan sikap percaya diri dari pemerintah,” kata ekonom Econit, Rizal Ramli.
Sejauh ini, pemerintah sering mengatakan krisis ekonomi saat ini sepenuhnya akibat dari krisis ekonomi global. “Memang betul pemicu utama krisis ekonomi dunia saat ini adalah AS dan sejumlah negara maju lainnya. Tapi Indonesia sengaja membiarkan terbentuknya gelembung-gelembung finansial yang semakin membesar, sehingga menjadi rentan terhadap pengaruh gejolak ekonomi dunia,” jelas Rizal, capres PBR dan PPPI.
Rizal mencontohkan gelembung ekonomi itu, yakni aliran modal spekulatif (hot money). Pada 10 tahun lalu, hot money hanya US$ 14,8 miliar. Kini, karena dibiarkan pemerintah, meningkat menjadi US$ 24 miliar.
Econit pernah memaparkan mengenai gelembung-gelembung tersebut pada awal 2008. Tak banyak yang peduli saat itu. Juga tidak pemerintah. Faktanya, perhitungan tersebut ternyata memang terjadi.
Seandainya pemerintah bisa membuka diri terhadap pendapat dari luar, ekonomi Indonesia hanya akan mengalami soft landing. Artinya perlambatan ekonomi tidak terlalu dalam dan diperkirakan bisa mencapai angka 5%.
Dengan gambaran kurang menggembirakan itu, negara, dunia usaha dan masyarakat harus bekerja keras dan cerdas serta menyiapkan diri menghadapi kondisi paling buruk. Perlu juga dilakukan langkah terbaik untuk memperbaiki situasi dan kondisi ekonomi.
Baca juga : Solusi Pintar Dimasa Sulit !
Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) menyatakan seluruh sektor industri mengalami penurunan produksi pada 2009 akibat krisis ekonomi global. Sejauh ini, sektor industri mengalami penurunan rata-rata 15% dari kapasitas terpasang.
Djimanto, Sekjen Apindo mengatakan penurunan permintaan menyebabkan industri harus menyesuaikan produksinya. Semua sektor menurunkan produksi karena ada perlambatan permintaan di pasar. Terutama untuk komoditas ekspor. AS dan Eropa menurunkan permintaannya. Akibatnya sekitar 500 ribu sampai 1 juta karyawan terancam terkena pemutusan hubungan kerja tahun ini.
Perkiraan itu dengan asumsi jika pemerintah tidak segera mengintervensi pasar domestik. Saat ini pasar dikuasai barang impor sekitar 50%. Barang impor itu terdiri dari barang konsumsi. Pakaian atau atau barang untuk diolah kembali, misalnya. Jika porsi 50% barang impor tersebut diambil oleh produsen nasional, penurunan produksi bisa dicegah. “Otomatis PHK bisa dikurangi,” kata Djimanto.
Kadin mendesak pemerintah untuk segera melakukan tindakan mempengaruhi pasar, sehingga produksi luar negeri bisa dialihkan ke dalam negeri. Kalau pemerintah berhasil melakukan langkah-langkah itu, PHK tidak akan terjadi.
Dalam hal ini, Ketua Kadin MS Hidayat memperkirakan pada 2009 ini akan ada penurunan kinerja ekspor 40%. “Karena sebagian besar order (pesanan) drop. Dengan demikian industri manufaktur menurunkan kapasitas produksinya,” katanya.
Supaya industri bisa bertahan, mendapat pasar, serta kapasitas produksi tidak anjlok, perlu mencari pengalihan pasar. Namun ini membutuhkan waktu satu tahun. Hal yang paling mungkin dilakukan adalah memaksimalkan penjualan di pasar domestik.
Caranya, dengan kebijakan pengetatan impor atas lima komoditas yang sudah mulai berjalan 1 Februari, menaikkan daya beli masyarakat, membuat produksi nasional kompetitif, pemberian insentif fiskal sehingga beban perusahaan ringan. “Terutama industri yang gunakan padat tenaga kerja,” kata Hidayat.
Sementara lembaga kajian ekonomi 'Econit' meramalkan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan mengalami hard landing. Kemungkinan ekonomi Indonesia 2009 akan merosot dari 6% pada 2008 menjadi hanya 3,5%. Ini beda dengan prediksi Bank Dunia yang meramal ekonomi Indonesia bakal tumbuh 4,4%.
“Hard landing ini dikarenakan sikap percaya diri dari pemerintah,” kata ekonom Econit, Rizal Ramli.
Sejauh ini, pemerintah sering mengatakan krisis ekonomi saat ini sepenuhnya akibat dari krisis ekonomi global. “Memang betul pemicu utama krisis ekonomi dunia saat ini adalah AS dan sejumlah negara maju lainnya. Tapi Indonesia sengaja membiarkan terbentuknya gelembung-gelembung finansial yang semakin membesar, sehingga menjadi rentan terhadap pengaruh gejolak ekonomi dunia,” jelas Rizal, capres PBR dan PPPI.
Rizal mencontohkan gelembung ekonomi itu, yakni aliran modal spekulatif (hot money). Pada 10 tahun lalu, hot money hanya US$ 14,8 miliar. Kini, karena dibiarkan pemerintah, meningkat menjadi US$ 24 miliar.
Econit pernah memaparkan mengenai gelembung-gelembung tersebut pada awal 2008. Tak banyak yang peduli saat itu. Juga tidak pemerintah. Faktanya, perhitungan tersebut ternyata memang terjadi.
Seandainya pemerintah bisa membuka diri terhadap pendapat dari luar, ekonomi Indonesia hanya akan mengalami soft landing. Artinya perlambatan ekonomi tidak terlalu dalam dan diperkirakan bisa mencapai angka 5%.
Dengan gambaran kurang menggembirakan itu, negara, dunia usaha dan masyarakat harus bekerja keras dan cerdas serta menyiapkan diri menghadapi kondisi paling buruk. Perlu juga dilakukan langkah terbaik untuk memperbaiki situasi dan kondisi ekonomi.
Baca juga : Solusi Pintar Dimasa Sulit !
No comments:
Post a Comment