multi info, hiburan, pengetahuan, dan aneka informasi

Sepak Terjang Perempuan Paling Berpengaruh Indonesia !

Tidaklah terlalu mengejutkan ketika Dr Sri Mulyani Indrawati, menteri keuangan sekaligus pelaksana jabatan menteri koordinator perekonomian, kembali dinobatkan sebagai People of The Year (POTY) 2008 setelah mendapatkan gelar yang sama untuk tahun 2007.

Dari sisi liputan media, jelas perempuan yang baru berusia 46 tahun ini, sangat sering menghiasi halaman depan surat kabar ataupun berita utama televisi.

Sebagai negara yang mencatat pertumbuhan ekonomi cukup tinggi tetapi masih mempunyai berbagai masalah ekonomi di tingkat masyarakat yang cukup pelik, peranan Menteri Keuangan Republik Indonesia sangatlah penting dan tangan dinginnya ditunggu banyak pihak.

Yang menarik, liputan tersebut sama intensitasnya, baik ketika ekonomi masih mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi pada pertengahan awal 2008 maupun ketika ekonomi mulai melambat pertengahan akhir 2008.

Peristiwa ekonomi penting pada 2008 yang tentunya tidak boleh dilupakan adalah kenaikan harga minyak bumi yang mencapai rekor USD150 per barrel dalam jangka waktu relatif pendek dan menyeret kenaikan hampir semua komoditas primer, pangan, dan energi, dan akhirnya berwujud pada inflasi yang lebih tinggi dari perkiraan.

Ujian pertama alumni Universitas Indonesia dan University of Illinois at Urbana-Champaign ini, pada 2008 adalah ketika APBN 2008 menghadapi kenyataan bahwa harga minyak mulai melonjak di atas asumsi yang sudah ditetapkan ketika APBN tersebut disahkan akhir 2007.

Dari sisi prosedural, pemerintah harus segera mengajukan APBN Perubahan, dan ketidakpastian harga minyak tersebut memaksa pemerintah melakukan perubahan lebih dari satu kali.Kepemimpinan menteri keuangan yang menghadapi DPR dalam melakukan perubahan APBN, diuji saat itu karena pemerintah dan DPR sama-sama tidak bisa membayangkan fluktuasi harga minyak yang terjadi sehingga penentuan asumsi harga minyak menjadi pertaruhan yang paling berat.

Meskipun asumsi yang akhirnya ditetapkan bukan yang paling akurat, APBN 2008 dapat berjalan dengan selamat dan mengatasi fluktuasi harga minyak dengan baik, ditolong juga dengan tren penurunan harga minyak yang cukup drastis pada akhir tahun.

Meskipun sementara pihak di luar pemerintah sering menuding pemerintah tidak becus melakukan prediksi, yang lebih penting adalah kemampuan mengelola APBN itu sendiri sampai akhir tahun fiskal.

Prediksi bisa meleset, tetapi apabila pengelolaan APBN baik dan berhati-hati, kekurangakuratan prediksi bisa diredam tanpa harus merugikan masyarakat. Ujian terberat Mbak Ani, sapaan akrabnya, adalah ketika pemerintah dipaksa menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) pada saat harga minyak bumi menjauh di atas asumsi APBN 2008.

Di mana pun di seluruh dunia,kenaikan harga BBM adalah kebijakan tidak populer. Namun, pada saat tersebut hampir tidak ada satu pun pemerintah di dunia yang dapat menahan tekanan kenaikan harga minyak dunia. Meskipun mendapat tekanan politik yang kuat untuk tidak menaikkan harga BBM, pemerintah tetap bersikukuh dan akhirnya terjadilah kenaikan sebesar 30 persen.

Sebagai menteri keuangan yang harus memperhatikan keberlanjutan anggaran, tantangan terbesar adalah menjaga keseimbangan antara besaran kenaikan harga dan beban yang ditanggung APBN. Kenaikan harga yang cukup besar jelas akan mengamankan APBN, tetapi akan menimbulkan beban berat bagi masyarakat.

Sebaliknya, kenaikan harga yang terlalu rendah akan mengancam keberlanjutan anggaran sementara kehidupan masyarakat mungkin tidak terlalu terpengaruh. Melihat data inflasi 2008, bisa disimpulkan bahwa kebijakan kenaikan harga BBM pada 2008 cukup mampu menjaga keseimbangan tersebut, di mana inflasi sebesar 11 persenberada di bawah perkiraan 12 persen dan kenaikan jumlah orang miskin bisa diredam.

Di sisi lain, APBN 2008 mencatat kinerja yang cukup lumayan,meskipun tentunya ada beberapa program pemerintah yang tidak sempat dijalankan dan terjadi kelambatan penyerapan anggaran menjelang akhir tahun anggaran. Terjadinya perlambatan ekonomi pada tengah tahun kedua,juga menolong meredam laju inflasi.

Selain sepak terjang dalam mengelola anggaran, prestasi Dr Sri Mulyani Indrawati dapat dipantau dari kemajuan reformasi birokrasi yang dilakukan di Departemen Keuangan. Meskipun cukup banyak kritik terhadap keefektifan program tersebut,dan terbongkarnya pungutan liar di kantor Bea Cukai Tanjung Priok, sudah mulai terlihat hasil yang bisa dijadikan landasan membuat kebijakan fiskal yang lebih baik di masa depan.

Yang terlihat ramai di permukaan, adalah gencarnya Direktorat Jenderal Pajak menambah jumlah pemegang NPWP (nomor pokok wajib pajak) dan tercapainya penerimaan pajak di atas target. Perbaikan kualitas birokrasi di Ditjen Pajak mulai terasa dampaknya dan sekaligus mendorong dilakukannya reformasi pajak besarbesaran, terutama dalam memperbanyak jumlah pembayar pajak serta menegakkan aturan-aturan pajak sendiri.

Selain program "sunset policy" yang mencoba mengarahkan pembayar pajak untuk memenuhi kewajibannya secara benar, perubahan terhadap undang-undang perpajakan juga memberi angin segar bagi masyarakat luas dan dunia usaha, di mana terdapat kesetaraan antara aparat pajak dan pembayar pajak serta beban pajak perseorangan yang lebih ringan.

Menteri Keuangan sendiri juga aktif mengampanyekan perlunya NPWP di setiap kesempatan. Bahkan di setiap kuliah awal semester di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, dia selalu menanyakan kepada mahasiswanya apakah orangtua mereka sudah punya NPWP atau belum.

Mulai diberikannya insentif fiskal bagi beberapa sektor dan komoditas yang berpotensi ekspor ataupun menyerap tenaga kerja, adalah hasil penting lain yang dihasilkan Departemen Keuangan dalam rangka menjadikan pajak sebagai salah satu motor penting pertumbuhan ekonomi nasional.

Komitmen Menkeu dalam disiplin serta keberlanjutan anggaran juga tercermin dalam kebijakan desentralisasi fiskal. Keprihatinan Menkeu yang disampaikan secara terus terang dalam berbagai kesempatan terhadap tren pemekaran daerah yang seolah tidak tertahankan, mencerminkan komitmen tersebut.

Sampai saat ini, sayangnya,kekuatan politik masih terlalu besar dibanding kekhawatiran terhadap keberlanjutan anggaran tersebut.Jelas ini merupakan pekerjaan rumah pemerintah yang masih belum selesai dalam rangka desentralisasi fiskal.

Teguran atau sentilan Menkeu terhadap daerahdaerah yang lambat membelanjakan anggarannya serta lambat atau bahkan gagal menyerap DAK adalah bentuk lain dari kepedulian Menkeu terhadap desentralisasi fiskal yang tetap perlu didukung,tetapi membutuhkan banyak penyempurnaan.

Pada 2007, Depkeu mulai menerapkan sanksi pada daerah-daerah yang kurang disiplin dalam mengelola APBD, seperti keterlambatan penetapan APBD ataupun lambatnya serta gagalnya daerah mengelola DAK. Perbaikan dalam pencairan dana bagi hasil sumber daya alam, terutama migas, juga merupakan capaian penting Depkeu dalam menyukseskan desentralisasi fiskal, sekaligus mencegah kekecewaan para daerah penghasil.

Setelah Prof Boediono dipilih menjadi Gubernur Bank Indonesia, tugas perempuan yang dinobatkan sebagai salah satu perempuan yang paling berpengaruh di dalam negeri dan di luar negeri bertambah sebagai pelaksana jabatan menteri koordinator perekonomian. Gabungan pekerjaan dan tanggung jawab sebagai menko dan menkeu terasa sulit dibayangkan, tetapi sampai hari ini Dr Sri Mulyani menunjukkan bahwa hal tersebut bukanlah mustahil.

Yang lebih berat lagi, jabatan tersebut diemban ketika perekonomian global, termasuk Indonesia, dibayangbayangi krisis yang akan mengakibatkan perlambatan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Prestasi perekonomian yang cukup baik pada 2008 tidak mungkin terulang, dan di pundak Dr Sri Mulyani-lah nasib perekonomian Indonesia 2009 bertumpu.

Menjadi tantangan bagi dia, bagaimana mempercepat penyerapan anggaran di pusat dan daerah sehingga dampak krisis bisa dikurangi dan bagaimana agar perekonomian Indonesia bebas dari segala macam pungutan dan halangan sehingga dalam kondisi yang sulit, investasi yang ada tidak hengkang dan masih mau melakukan ekspansi.

Paket stimulus fiskal serta keamanan sektor keuangan nasional akan menjadi tantangan lain bagi menko perekonomian sekaligus menkeu kabinet Indonesia bersatu yang akan selesai Oktober 2009.Apabila stimulus fiskal bisa direspons baik dan sektor keuangan tidak terganggu,Indonesia bisa selamat dari krisis meskipun pertumbuhan tidak setinggi 2008. Mudah-mudahan Ibu Ani masih mempunyai jurus-jurus tambahan untuk mencegah dampak terburuk dari krisis global sehingga mimpi buruk 1998 tidak terulang lagi.

Oleh: Bambang PS Brodjonegoro,

Guru Besar dan Dekan FEUI

No comments:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Blog Archive