BAB I
PENDAHULUAN
- Latar Belakang
Ruam popok merupakan peradangan kulit di daerah popok yang paling sering dialami bayi dan anak. Penelitian di Inggris menemukan, 25 persen dari 12.000 bayi berusia empat minggu mengalami ruam popok. Gangguan kulit ini menyerang bagian tubuh bayi atau anak batita yang tertutup popok. Daerah yang terserang biasanya area genital, lipatan paha dan bokong. Kulit anak cenderung terlihat merah dan agak bersisik
Pada tahap dini, ruam tersebut berupa kemerahan di kulit pada daerah popok yang sifatnya terbatas disertai lecet-lecet ringan atau luka pada kulit.
Pada derajat sedang berupa kemerahan dengan atau tanpa adanya bintil-bintil yang tersusun seperti satelit, disertai dengan lecet-lecet pada permukaan luas. Biasanya disertai rasa nyeri dan tidak nyaman\
- Tujuan
Tujuan umum dari penulisan makalah ini di harapkan mahasiswa mampu membuat asuhan keperawatan Dermatitis Popok pada anak
Tujuan dari penulisan makalah diharapkan mahasiswa mampu:
1. Mengetahui pengertian Dermatitis Popok
2. Mengetahui etiologi Dermatitis Popok
3. Mengetahui patofisologi Dermatitis Popok
4. Mengetahui manifestasi klinis Dermatitis Popok
5. Memberikan asuhan keperawatan yang tepat pada anak Dermatitis Popok
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. KONSEP DASAR
1. Defenisi
Diaper dermatitis merupakan kelainan peradangan kulit di daerah yang tertutup popok yang paling sering diderita oleh bayi atau anak-anak.
(Maya Devita, Dr;2004)
(Maya Devita, Dr;2004)
2. Etiologi
Berbagai faktor yang berperan pada timbulnya diaper dermatitis antara lain:
Kontak yang lama dengan popok yang basah.Popok yang basah bila tidak segera diganti akan membuat kulit bayi lembab. Di dalam urine terdapat berbagai organisme diantaranya bakterium amoniagenes yang dapat mengubah urea menjadi amonia. Amonia ini dapat meningkatkan PH pada permukaan kulit bayi sehingga kulit akan lebih mudah dan lebih sering diserang oleh kuman dan jamur. Keadaan feses yang banyak mengandung air dapat menambah kelembapan kulit sehingga mempermudah terjadinya dermatitis/eksim akibat gesekan.
Gesekan dan iritasi.Gesekan dan iritasi merupakan dua faktor penting, sebagai penyebab primer maupun sebagai faktor pencetus. Daerah popok adalah daerah yang sering basah. Ditambah dengan gesekan berulang pada pergerakan badan bayi akan menambah pula frekuensi kontak antar kulit. Dermatitis oleh karena iritasi biasanya disebabkan oleh iritasi bahan kimia khususnya oleh kotoran diare.
Enzime-enzim fekal juga meningkatkan permeabilitas dari kulit terhadap garam empedu yang merupakan bahan iritan yang potensial dalam feces.
3. Patofisiologi
Dibandingkan dengan kulit normal, kekeringan kulit pada dermatitis atopik karena ada penurunan kapasitas pengikatan air, kehilangan air yang tinggi di transepidermal, dan penurunan isi air. Pada bagian kehilangan air mengalami kekeringan yang lebih lanjut dan peretakan dari kulit, menjadi lebih gatal. Gosokan dan luka garukan dari kulit karena gatal merupakan respon dari beberapa keluhan kulit di klinik
4. Manifestasi Klinis
Gejala dari diaper dermatitis ini sangat bervariasi, mulai dari yang ringan sampai dengan yang parah. Tanda dan gejala awal kelainan ini berupa kemerahan ringan di kulit daerah sekitar popok yang bersifat terbatas, disertai dengan lecet-lecet ringan atau luka pada kulit. Pada derajat sedang, dapat berupa kemerahandengan atau tanpa bintil-bintil yang tersusun seperti satelit, disertai dengan lecet-lecet yang meliputi permukaan yang luas. Pada tingkatan ini bayi akan merasa nyeri dan tidak nyaman. Pada diaper dermatitis yang parah, ditemukan kemerahan yang hebat disertai dengan bintil-bintil, pernanahan dan meliputi daerah kulit yang luas. Bila sudah dalam keadaan demikian bayi harus mendapat perawatan intensif. (Maya Devita,Dr;2004).
Munculnya diaper dermatitis dapat dimanifestasikan terutama pada permukaan yang cembung dalam lipatan kulit dan lesi dapat timbul dalam bermacam-macam tipe dan bentuk. Erupsi pada kulit ini dapat timbul pada kontak secara langsung di kulit misal pada permukaan yang cembung, pada bokong, paha bagian dalam, mons pubis,dan scrotum. Sedangkan pada lipatan kulit yang dalam dapat ditembus oleh iritasi bahan kimia khususnya urine dan feses. Penyebab lain adalah sabun dari pembilasan yang tidak adekuat atau parfum yang ditambahkan pada popok dan bisa juga disebabkan oleh diaper yang disposibel.
(Whaley and Wong, 2000;599)
(Whaley and Wong, 2000;599)
5. Komplikasi
Dapat terjadi komplikasi yaitu infeksi bakteri. Gejalanya berupa bintik-bintik yang mengeluarkan nanah. Pembengkakan kelenjar getah bening sehingga penderita mengalami demam dan lesu.
Dapat terjadi komplikasi yaitu infeksi bakteri. Gejalanya berupa bintik-bintik yang mengeluarkan nanah. Pembengkakan kelenjar getah bening sehingga penderita mengalami demam dan lesu.
6. Prognosis
Penurunan angka kejadian diaper dermatitis pada bayi yang masih masa menyusui dirasakan berhubungan dengan interaksi antara pH dan enzyme-enzyme fecal. Karena kotoran dari bayi yang masih diberikan ASI pada masa menyusui memiliki aktivitas enzime fecal dan pH yang rendah juga.
7. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan penunjang yang diperlukan untuk eksema misalnya: Usap kulit (skin swab)
Dilakukan pada:
a. Pasien eksema yang dirawat di RS dengan eksema yang terbuka, terkeskoriasi, atau berkerak untuk menentukan jenis bakteri penyebab dan pengobatan paling tepat
b. Kecurigaan bahwa infeksi disebabkan oleh bakteri S. aureus yang resisten terhadap pengobatan standar
c. Usap hidung (nasal swab) dari pasien dan orang tua
d. Hanya dilakukan jika ada infeksi berulang atau bisul.
Tes alergi pada kulit Dilakukan jika:
- Anak memiliki riwayat gatal, kemerahan, bentol-bentol, atau kambuhnya eksema setelah makan makanan tertentu
- Anak berusia kurang dari 12 bulan dengan eksema sedang – berat yang tidak membaik dengan pengobatan
- Anak yang patuh dengan pengobatan selama 6 minggu, namun tidak menunjukkan perbaikan
- Eksema di sekitar mata dan daerah yang terpapar lingkungan luar seperti lengan atau kaki, mungkin menunjukkan adanya alergi terhadap sesuatu di lingkungan (serbuk sari tanaman, tungau debu)
8. Penatalaksanaan
a. Bersihkan segera daerah yang tertutup popok dengan lembut setiap kali bayi kencing/mengeluarkan kotoran menggunakan air / minyak mineral. Bilas dan keringkan dengan sebaik-baiknya. Pada tindakan pembersihan penting diusahakan menghindari penggosokan/penggesekan.
b. Oleskan krem pelindung. Jangan memakai bedak selama gatal belum sembuh.\
c. Buka popok bayi sesering mungkin sampai kulit sembuh sekitar satu minggu (paparan udara langsung akan membantu mengeringkan dan menyembuhkan kulit yang gatal).\Periksa ke dokter bila gatal menetap sampai 10 hari atau lebih, tambah berat atau timbul lecet-lecet. (Infokes.com,Oktober 2000)
d. Metode Perawatan Perianal. Keberadaan dan kesehatan bayi yang baik adalah tujuan yang paling penting dari orang tua. Metode perawatan perianal pada bayi adalah sebagai berikut:
e. Perawatan perianal dengan baby oil
f. Sering-seringlah mengganti popok. Jangan biarkan popok yang sudah basah karena menampung banyak urin berlama-lama dipakai bayi. Kontak yang lama antara urin atau tinja dengan kulit bayi dapat menimbulkan ruam popok
g. Saat membersihkan bayi, tepuk daerah yang biasa ditutupi popok (bokong, paha, selangkangan, dan daerah genital bayi) secara perlahan dengan handuk bersih. Usahakan menghindari menggosok-gosok dengan keras daerah tersebut.
h. Sesekali biarkan bokong bayi terbuka (tidak memasang popok) selama beberapa saat. Tindakan ini mungkin berguna menjaga daerah popok tetap kering dan bersih.
i. Hati-hati dalam memilih popok, karena beberapa jenis bahan popok dapat merangsang ruam popok. Jika hal itu terjadi, gantilah popok merk lain yang lebih cocok.
j. Jika bayi anda memakai popok kain yang digunakan berulang kali, cucilah popok kain tersebut dengan deterjen yang formulanya tidak terlalu keras. Hindari memakai pelembut, karena pewangi dalam pelembut tersebut dapat mengiritasi kulit bayi. Pastikan untuk membilas popok dengan baik agar deterjen tidak tertinggal di dalam popok.
k. Hindari memasang popok terlalu kuat. Usahakan ada ruang antara popok dengan kulit bayi.
B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian.
a. Identitas Pasien.
b. Keluhan Utama.
Biasanya pasien mengeluh gatal, rambut rontok.
c. Riwayat Kesehatan.
1. Riwayat Penyakit Sekarang :
Tanyakan sejak kapan pasien merasakan keluhan seperti yang ada pada keluhan utama dan tindakan apa saja yang dilakukan pasien untuk menanggulanginya.
- Riwayat Penyakit Dahulu :
Apakah pasien dulu pernah menderita penyakit seperti ini atau penyakit kulit lainnya.
- Riwayat Penyakit Keluarga :
Apakah ada keluarga yang pernah menderita penyakit seperti ini atau penyakit kulit lainnya.
- Riwayat Psikososial :
Apakah pasien merasakan kecemasan yang berlebihan. Apakah sedang mengalami stress yang berkepanjangan.
- Riwayat Pemakaian Obat :
Apakah pasien pernah menggunakan obat-obatan yang dipakai pada kulit, atau pernahkah pasien tidak tahan (alergi) terhadap sesuatu obat.
2. Diagnosa Dan Intervensi.
1. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan Inflamasi dermatitis, ditandai dengan :
a. Adanya skuama kering, basah atau kasar.
b.Adanya krusta kekuningan dengan bentuk dan besar bervariasi.
Intervensi :
a. Kaji / catat ukuran dari krusta, bentuk dan warnanya, perhatikan apakah skuama kering, basah atau kasar.
b. Anjurkan klien untuk tidak menggaruk daerah yang terasa gatal.J
c. Kolaborasi dalam pemberian pengobatan :
Sistemik : Antihistamin, Kortikosteroid.
Lokal : Preparat Sulfur, Tar, Kortikosteroid, Shampo (Selenium Sulfida)
2. Ansietas berhubungan dengan ancaman integritas biologis aktual atau yang dirasa sekunder akibat penyakit, ditandai dengan :
a. Insomnia
b. Keletihan dan kelemahan
c. Gelisah
d. Anoreksia
e. Ketakutan
f. Kurang percaya diri
g. Merasa dikucilkan
h. Menangis.
Intervensi :
a. Kaji tingkat ansietas: ringan, sedang, berat, panik.
b. Berikan kenyamanan dan ketentraman hati :
c. Tinggal bersama pasien.
d. Tekankan bahwa semua orang merasakan cemas dari waktu ke waktu.
e. Bicara dengan perlahan dan tenang, gunakan kalimat pendek dan sederhana.
f. Perlihatkan rasa empati.
g. Singkirkan stimulasi yang berlebihan (ruangan lebih tenang), batasi kontak dengan orang lain – klien atau keluaraga yang juga mengalami cemas
h. Anjurkan intervensi yang menurunkan ansietas (misal : teknik relaksasi, imajinasi terbimbing, terapi aroma).
i. Identifikasi mekanisme koping yang pernah digunakan untuk mengatasi stress yang lalu.
3. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan dalam penampilan sekunder akibat penyakit, ditandai dengan :
a. Klien mungkin merasa malu.
b. Tidak melihat / menyentuh bagian tubuh yang terganggu.
c. Menyembunyikan bagian tubuh secara berlebihan.
d. Perubahan dalam keterlibatan sosial.
Intervensi :
a. Dorong klien untuk mengekspresikan perasaannya.
b. Dorong klien untuk bertanya mengenai masalah, penanganan, perkembangan dan prognosa penyakit.
c. Berikan informasi yang dapat dipercaya dan perkuat informasi yang telah diberikan.
d. Perjelas berbagai kesalahan konsep individu / klien terhadap penyakit, perawatan dan pengobatan.
e. Dorong kunjungan / kontak keluarga, teman sebaya dan orang terdekat.
4. Kurang pengetahuan tentang penyakitnya berhubungan dengan kurangnya sumber informasi, ditandai dengan :
Pasien sering bertanya / minta informasi, pernyataan salah konsep.
Intervensi :
Intervensi :
a. Jelaskan konsep dasar penyakitnya secara umum.
b. Jelaskan / ajarkan nama obat-obatan, dosis, waktu dan metode pemberian, tujuan, efek samping dan toksik.
c. Anjurkan untuk mengkonsumsi makanan yang rendah lemak.
d. Tekankan pentingnya personal hygiene.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Eksim atau Dermatitis adalah istilah kedokteran untuk kelainan kulit yang mana kulit tampak meradang dan iritasi. Keradangan ini bisa terjadi dimana saja namun yang paling sering terkena adalah tangan dan kaki. Jenis eksim yang paling sering dijumpai adalah eksim atopik atau dermatitis atopik. Gejala eksim akan mulai muncul pada masa anak anak terutama saat mereka berumur diatas 2 tahun. Pada beberapa kasus, eksim akan menghilang dengan bertambahnya usia, namun tidak sedikit pula yang akan menderita seumur hidupnya. Dengan pengobatan yang tepat, penyakit ini dapat dikendalikan dengan baik sehingga mengurangi angka kekambuhan.
B. Saran
- Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi yang pembaca, terutama mahasiswa keperawatan
- Semoga dapat menjadi bahan acuan pembelajaran bagi mahasiswa keperawatan.
- semoga makalah ini dapat menjadi pokok bahasan dalam berbagai diskusi dan forum terbuka.
DAFTAR PUSTAKA
- MayoClinic (2007) : Diaper Rash. [8 Jan 07].
- FamilyDoctor (2005) : Diaper Rash: Tips on Prevention and Treatment. American Academy of Family Physicians. [8 Jan 07]. \
- Polaski, Arlene L. Luckmann’s core principles and practice of medical-surgical. Ed.1. Pennsylvania: W.B Saunders Company. 1996
- Corwin, Elizabeth J. Buku saku patofisiologi/Handbook of Pathophysiology. Alih Bahasa: Brahm U. Pendit. Cetakan 1. Jakarta: EGC. 1997.
- Nettina, Sandra M. Pedoman praktek keperawatan/Lippincott’s Pocket Manual of Nursing Practice. Alih Bahasa: Setiawan, sari Kurnianingsih, Monica Ester. Cetakan 1.Jakarta: EGC. 200
- Smeltzer, Suzanne C. Buku ajar medikal bedah Brunner Suddarth/Brunner Suddarth’s Texbook of Medical-surgical. Alih Bahasa:Agung Waluyo…..(et.al.). ed 8 Vol 3 Jakarta: EGC 2002
- Sularsito, Dr. Sri Adi, Et all. 1986. Dermatologi Praktis. Edisi I. Penerbit: Perkumpulan Ahli Dermato-Venereologi Indonesia, Jakarta.
Doenges, Marilynn E, et all. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Penerbit: EGC, Jakarta. - Carpenito, Lynda Juall. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Penerbit: EGC, Jakarta.
No comments:
Post a Comment