Ratusan pemuda dan pemudi Banjar Kaja, Sesetan, Denpasar, sudah mulai mempersiapkan diri untuk mengikuti ritual omed-omedan alias ciuman massal di Jalan Sesetan pada pukul 15.00 Wita.
Tercatat sebanyak 243 remaja telah mendaftar untuk mengikuti omed-omedan. Usia para peserta di batasi, minimal sudah SMP dan belum lulus dari perguruan tinggi serta belum menikah. Para peserta pun diwajibkan memakai pakaian adat madya dan merupakan warga setempat.
"Ini (tradisi omed-omedan) merupakan ajang silaturrahmi. Zaman dulu para petani kan banyak menghabiskan waktu di sawah dan jarang bertemu tetangga. Nah, sekarang pun sama kondisinya," ungkap Kabag Humas Pemkot Denpasar Erwin Suryadharma di Denpasar Bali.
Pertimbangan lainnya, saat tradisi ini tidak dilaksanakan warga Banjar Kaja, maka warga setempat sering tertimpa musibah. Sehingga akhirnya warga pun terus melestarikan tradisi omed-omedan. "Banyak acara yang mempertontonkan acara cium-ciuman di depan umum, tapi ini murni untuk melestarikan budaya," ujarnya.
Tokoh masyarakat setempat, Wayan Orten (85), mengatakan tradisi omed-omedan sudah ada sejak neneknya masih hidup. Apabila dihitung rentang waktunya, tradisi itu sudah ada sejak zaman Belanda.
Karena adanya acara omed-omedan, Jalan Raya Sesetan untuk sementara ditutup. Selain itu, Pemkot Denpasar juga menggelar Festival Budaya Gajah Mada di Banjar Kaja, Sesetan, Denpasar, sejak tadi pagi.
No comments:
Post a Comment