BERITA BOLA - JELANG FINAL LIGA CHAMPION 2011/2012 (BAYERN MUNCHEN VS CHELSEA EDISI 2). Bayern Munchen lebih dijagokan untuk menjadi juara Liga Champions musim ini. Hampir semua bursa taruhan menempatkan mereka sebagai unggulan. Kondisi yang bisa meningkatkan konfidensi Arjen Robben dkk.
Predikat mereka sebagai tuan rumah final pada 19 Mei mendatang di Allianz Arena adalah salah satu penyebabnya. Dukungan puluhan ribu fans akan menjadi pemain ke-12 bagi Bayern.
Namun, kondisi tersebut tidak hanya membawa dampak positif. Di sisi lain, hal itu juga memberikan tekanan tersendiri kepada Bayern. Jika sampai Bayern kalah, hal tersebut di khawatirkan akan meruntuhkan mental skuad Jerman untuk Euro 2012 nanti. Apalagi, ada delapan pemain Bayern yang akan memperkuat timnas Jerman.
Pendek kata, kalau tidak pandai mengelola dukungan dan kelebihan, pemain-pemain Bayern malah akan seperti memanggul monyet di punggungnya. Menang akan jaya, kalah jadi pecundang.
Legenda Bayern Stefan Effenberg adalah salah seorang yang menekan Robben dkk untuk juara. Menurut pria yang akrab disapa Effe itu, hanya kemenangan yang bisa menyelamatkan muka Bayern. Sebab, jika sampai kalah, tim berjuluk Die Rotten tersebut akan menjalani musim ini tanpa gelar. Di tiga ajang yang diikuti, Bundesliga, DFB Pokal, dan Liga Champions, semuanya berakhir dengan runner-up.
Menurut Effe, salah satu yang harus dicarikan solusi oleh Bayern menjelang final nanti adalah ketergantungan yang terlalu tinggi kepada Robben dan Frank Ribery. Itu membuat serangan Bayern mudah ditebak.
”Jelas tidak bagus kalau selalu mengandalkan Ribery dan Robben. Melihat kualitas Bayern, saya pikir kami bisa bermain dengan sistem yang berbeda. Bayern terlalu mudah diprediksi,” ulas Effe seperti dikutip The Sun. Menurut Effe, bila Ribery dan Robben di matikan, dampaknya adalah permainan Bayern tidak jalan.
Berikut perbandingan kekuatan Bayern Munchen vs Chelsea:
BAYERN MUNCHEN
PERFORMA: Bayern memiliki kemampuan penguasaan bola yang mantap. Secara statistik di Liga Champions, penguasaan bola mereka hanya kalah oleh Barcelona. Kecepatan dari sisi sayap lapangan menjadi momok bagi lawan. Ada Arjen Robben dan Franck Ribery yang bila gagal dimatikan bisa membuat kiper Chelsea Petr Cech bekerja ekstrakeras. Namun, bukan berarti permainan Bayern sempurna. Kekalahan telak 2-5 oleh Borussia Dortmund di DFB Pokal merupakan bukti bahwa mereka punya kelemahan da lam mengantisipasi serangan balik. Kalau Heynckes gagal mengangkat motivasi para pemainnya, bakal jadi masalah besar ketika menghadapi Chelsea.
PERTAHANAN: Catatan di atas tidak menunjukkan kemampuan defense Bayern sebenarnya untuk final. Pertahanan mereka terancam lebih rapuh karena Holger Badstuber, David Alaba, dan Luiz Gustavo akan absen. Apalagi, mereka tidak memiliki bek tengah murni yang benar-benar fit. Sehingga gelandang bertahan seperti Anatoliy Tymoschuk dipaksa bermain di bek tengah. Lalu masalah ada pada bek kiri. Tanpa Alaba, Diego Contento yang jadi pengganti minim pengalaman. Atau Philipp Lahm digeser ke kiri dan Rafinha mengisi bek kanan. Pertahanan Bayern harus lebih berhati-hati ketika situasi bola mati. Selain karena Chelsea memiliki pemain-pemain yang jago duel udara, mereka malah lemah dalam hal itu. Titik lemah ada pada Philipp Lahm dan Diego Contento.
PENYERANGAN: Tidak ada yang absen di lini depan Bayern. Mereka bisa menurunkan format terbaik. Soal ketajaman, striker Bayern Mario Gomez hanya kalah produktif oleh striker Barcelona Lionel Messi. Gomez mengemas 12 gol, dua gol lebih sedikit daripada Messi. Selain itu, FC Hollywood –julukan Bayern– punya sayap yang tajam. Seperti Robben dengan empat gol dan Ribery dengan tiga gol di Liga Champions musim ini. Hanya, yang menjadi titik lemah adalah kurangnya variasi serangan Bayern sehingga mudah terbaca lawan. Selalu saja memainkan bola dari sisi Robben atau Ribery. Thomas Mueller harus lebih sering mengambil inisiatif dari tengah dengan memanfaatkan kolaborasi bek Chelsea Gary Cahill-David Luiz yang belum padu.
CHELSEA
PERFORMA: Performa klub berjuluk The Blues ini memang labil, tetapi mereka memiliki pemain dengan motivasi kuat. Wajar, sejumlah andalan Chelsea sudah veteran dan bisa jadi ini peluang terakhir mereka menjuarai Liga Champions. Apalagi, mereka ditopang pelatih muda seperti Roberto di Matteo yang paham kebutuhan tim. Masalahnya, motivasi saja tidak cukup untuk menjadi juara. Kecuali lini depan, Chelsea mengalami kehilangan di pertahanan dan lini tengah. Parahnya, itu terjadi pada pemain yang selama ini memberikan dampak besar, termasuk Ramires, sang pencetak gol pertama pada second leg semifinal melawan Barcelona yang berakhir 2-2. Bila tetap ngotot dengan skema 4-2-3-1 andalannya, manajer interim Roberto di Matteo akan sangat kesulitan memilih pemain. Sebab, stok pemain bertahan minim dan pemain depan melimpah.
PERTAHANAN: Kehilangan kapten John Terry sungguh memukul Chelsea. Plus tanpa Branislav Ivanovic yang piawai bermain sebagai bek tengah dan bek kanan. Ivanovic juga rajin membantu serangan saat bola mati. Soal kualitas, Gary Cahill dan David Luiz mampu menutupi. Tapi, soal kepemimpinan, itulah yang akan hilang tanpa Terry. Lubang berada pada bek kanan, di posisi Jose Bosingwa yang harus menutupi gerakan lincah Franck Ribery. Masalahnya, kalau terlalu sibuk menutup pergerakan Ribery dan Robben di sayap, bek sayap Chelsea tidak bisa memberikan bantuan kepada lini serang. Kelemahan Bosingwa selama ini terkait dengan bagaimana menjaga keseimbangan antara bertahan dan menyerang. Dia keteteran bila dipaksa menjalankan dua tugas itu berbarengan. Akibatnya, harus ada yang dikorbankan, cenderung bertahan atau menyerang.
PENYERANGAN: Memainkan satu striker atau dua striker, itulah pertanyaan yang masih ada di benak Di Matteo. Didier Drogba tetap menjadi striker utama, tetapi performa Fernando Torres yang terus membaik harus diperhatikan. Hanya, soal produktivitas, para striker Chelsea tergolong rendah. Total gol dari duet Drogba-Torres masih kalah banyak ketimbang gol Mario Gomez. Drogba mencetak lima gol dan Torres baru tiga gol. Kalau Drogba atau Torres kurang efektif, Di Matteo harus segera menjajal Daniel Sturridge. Mantan striker Manchester City itu sempat moncer ketika Chelsea ditangani Andre Villas Boas, tetapi jarang dipakai sejak era Di Matteo. Selain itu, masih ada Salomon Kalou yang memiliki akselerasi cepat dan piawai membuka peluang. Sturridge dan Kalou merupakan tipe striker yang lebih bisa melayani ketimbang Drogba dan Torres yang egois.
PERKIRAAN STARTING ELEVEN BAYERN MUNCHEN VS CHELSEA
BAYERN MUNCHEN: 1-Manuel Neuer, 21-Phillip Lahm, 17-Jerome Boateng, 44-Anatoliy Tymoschuk, 26-Diego Contento, 7-Bastian Schweinsteiger, 18-Toni Kroos, 10-Arjen Robben, 13-Thomas Muller, 7-Franck Ribery, 33-Mario Gomez.
CHELSEA: 1-Petr Cech, 17-Jose Bosingwa, 24-Gary Cahill, 44-David Luiz, 3-Ashley Cole, 13-Juan Mata, 12-John Mikel Obi, 8-Frank Lampard, 15-Florent Malouda, 11-Didier Drogba, 9-Fernando Torres.
Sumber: http://aneka-wacana.blogspot.com/2012/05/jelang-final-liga-champion-20112012_16.html
No comments:
Post a Comment