Pesawat Ditembak, Mengapa Mulia Paling Panas
Hari Raya Paskah pesawat itu ditembak. Satu tewas. Bukan pertama. Puncak Jaya paling panas
VIVAnews – Hari Raya Paskah di Papua diwarnai aksi penembakan oleh kelompok bersenjata tidak dikenal terhadap pesawat Trigana Air yang hendak mendarat di Bandara Mulia, Minggu 8 Maret 2012. Peristiwa menggerikan itu terjadi pukul 8 lebih 30 menit waktu Indonesia Bagian Timur. Mulia adalah ibukota Kabupaten Puncak Jaya.
Diberondong peluru, pesawat Trigana Air PK-YRF itu hilang kendali dan menabrak rumah warga yang berada di pinggir Bandara Mulia. Kejadian bermula ketika kelompok bersenjata yang jumlahnya lebih dari lima orang tiba-tiba menembaki pesawat Trigana yang hendak parkir di apron bandara. Tembakan berlangsung secara membabi-buta.
Insiden tersebut menyebabkan seorang penumpang pesawat meninggal. Korban meninggal adalah putra daerah setempat yang bekerja sebagai wartawan di harian lokal Papuapos Nabire. Leiron Kogoya Muliambut. Pria berusia 35 tahun itu meninggal karena menderita luka tembak di leher bagian kanan.
Leiron sudah setahun lebih bertugas di Nabire. Dia mudik ke kampung halamannya di Kota Mulia untuk merayakan Paskah bersama keluarga. “Leiron Kogoya adalah wartawan kami yang bertugas di Puncak Jaya. Sudah setahun ia ditugaskan di sana,” kata Pemimpin Umum Papuapos Nabire , Angel Berta Sinaga.
Angel yang baru saja pulang dari gereja, kaget ketika diberitahu wartawannya tewas ditembak. “Selama ini Leiron Kogoya yang melaporkan semua peristiwa di Puncak Jaya, jelas kami sangat kehilangan dan berduka,” katanya.
Diberondong peluru, pesawat Trigana Air PK-YRF itu hilang kendali dan menabrak rumah warga yang berada di pinggir Bandara Mulia. Kejadian bermula ketika kelompok bersenjata yang jumlahnya lebih dari lima orang tiba-tiba menembaki pesawat Trigana yang hendak parkir di apron bandara. Tembakan berlangsung secara membabi-buta.
Insiden tersebut menyebabkan seorang penumpang pesawat meninggal. Korban meninggal adalah putra daerah setempat yang bekerja sebagai wartawan di harian lokal Papuapos Nabire. Leiron Kogoya Muliambut. Pria berusia 35 tahun itu meninggal karena menderita luka tembak di leher bagian kanan.
Leiron sudah setahun lebih bertugas di Nabire. Dia mudik ke kampung halamannya di Kota Mulia untuk merayakan Paskah bersama keluarga. “Leiron Kogoya adalah wartawan kami yang bertugas di Puncak Jaya. Sudah setahun ia ditugaskan di sana,” kata Pemimpin Umum Papuapos Nabire , Angel Berta Sinaga.
Angel yang baru saja pulang dari gereja, kaget ketika diberitahu wartawannya tewas ditembak. “Selama ini Leiron Kogoya yang melaporkan semua peristiwa di Puncak Jaya, jelas kami sangat kehilangan dan berduka,” katanya.
Pimpinan Papuapos di Nabire berencana menarik wartawan mereka yang bertugas di Puncak Jaya apabila kondisi keamanan di sana kerap terganggu dan makin memburuk.
Sementara itu empat penumpang yang mengalami luka-luka adalah Papua Korwa yang baru berusia 4 tahun. Dia terkena serpihan di jari tangan kiri. Korban luka lainnya adalah Yanti Korwa, seorang ibu rumah tangga yang berusia 30 tahun dan terkena serpihan di lengan kanan. Beby Astek yang adalah kapten pilot berusia 40 tahun, terkena serpihan di mata kaki kiri, dan Willy Resubun (kopilot, 30 tahun) terkena serpihan di jari tangan kanan.
Polisi Buru Pelaku
Sesudah memberondong tembakan, kelompok bersenjata melarikan diri ke dalam hutan yang berada di sekitar bandara. “Aparat gabungan TNI dan Polri masih mengejar para pelaku yang lari ke atas gunung di sekitar bandara,” ujar Juru Bicara Polda Papua AKBP Yohanes.
Pasukan Brimob yang diperbantukan di Polres Puncak Jaya dibantu TNI dari Batalyon 753 AVT Nabire terus memfokuskan pengejaran ke gunung-gunung di sekitar bandara. Pesawat Trigana Air lain yang diterbangkan ke sana guna mengevakuasi pilot, kopilot dan teknisi yang terluka tidak berani mendarat di Bandara Mulia. Pesawat hanya terbang di atas bandara karena kondisi di bandara belum kondusif.
Salah seorang staf Trigana Air yang enggan ditulis namanya mengatakan bahwa penembakan itu menyebabkan tangki pesawat berlubang. “Beruntung pesawat tidak meledak meski sempat menabrak bangunan,” kata dia di Papua.
Mabes Polri masih belum bisa memastikan siapa pelaku penembakan, dan berasal dari kelompok yang mana. "Kami belum bisa memastikan apakah mereka OPM atau tidak. Kami menduga mereka adalah kelompok orang tidak dikenal,” ujar Kepala Biro Penerangan Masyarakat Mabes Polri, Brigjen M. Taufik.
Menteri Koordinator Politik Hukum dan Hak Asasi Manusia Djoko Suyanto sangat menyesalkan dan mengutuk pelaku penembakan pesawat Trigana Air itu. “Pengejaran terhadap kelompok bersenjata ini terus dilakukan,” tegas Djoko.
Menurut Djoko, aksi-aksi penembakan semacam itu sangat mengganggu upaya pemerintah dalam memprioritaskan pembangunan di Papua. “Apalagi pesawat udara di pedalaman Papua diperuntukkan mengangkut kebutuhan sehari-hari masyarakat Papua, baik bahan makanan pokok maupun bahan bakar minyak,” kata dia.
Lembaga Swadaya Masyarakat pemerhati HAM, Imparsial, juga menyesalkan aksi penembakan itu. Imparsial menduga ada kelompok yang ingin mengacaukan situasi Puncak Jaya dan mengambil keuntungan dari kekacauan itu.
“Ini sudah keterlaluan sekali. Menembak pesawat sipil di hari suci Paskah, ada korban jiwa pula. Saya duga ada yang sengaja membuat situasi di Mulia seolah-olah jadi sarang teroris,” ucap Direktur Eksekutif Imparsial, Poengki Indarti.
Menurutnya, perlu penanganan serius dalam menghadapi berbagai peristiwa penembakan di Puncak Jaya. “Butuh perlakuan luar biasa untuk mengungkap hal ini. Saya harap aparat pemerintah dan keamanan bertindak serius, sebab orang asli Papua tidak mungkin mau mengotori tangannya dengan darah sesamanya di hari Paskah,” kata Poengki.
“Ini ulah kelompok jadi-jadian yang ingin jadikan Mulia seolah sarang teroris, padahal sama sekali bukan,” tegas Poengki lagi. Imparsial pun mendesak Polri segera mengidentifikasi kelompok jadi-jadian itu dengan mengirim intelijen canggih ke Puncak Jaya.
Sementara itu empat penumpang yang mengalami luka-luka adalah Papua Korwa yang baru berusia 4 tahun. Dia terkena serpihan di jari tangan kiri. Korban luka lainnya adalah Yanti Korwa, seorang ibu rumah tangga yang berusia 30 tahun dan terkena serpihan di lengan kanan. Beby Astek yang adalah kapten pilot berusia 40 tahun, terkena serpihan di mata kaki kiri, dan Willy Resubun (kopilot, 30 tahun) terkena serpihan di jari tangan kanan.
Polisi Buru Pelaku
Sesudah memberondong tembakan, kelompok bersenjata melarikan diri ke dalam hutan yang berada di sekitar bandara. “Aparat gabungan TNI dan Polri masih mengejar para pelaku yang lari ke atas gunung di sekitar bandara,” ujar Juru Bicara Polda Papua AKBP Yohanes.
Pasukan Brimob yang diperbantukan di Polres Puncak Jaya dibantu TNI dari Batalyon 753 AVT Nabire terus memfokuskan pengejaran ke gunung-gunung di sekitar bandara. Pesawat Trigana Air lain yang diterbangkan ke sana guna mengevakuasi pilot, kopilot dan teknisi yang terluka tidak berani mendarat di Bandara Mulia. Pesawat hanya terbang di atas bandara karena kondisi di bandara belum kondusif.
Salah seorang staf Trigana Air yang enggan ditulis namanya mengatakan bahwa penembakan itu menyebabkan tangki pesawat berlubang. “Beruntung pesawat tidak meledak meski sempat menabrak bangunan,” kata dia di Papua.
Mabes Polri masih belum bisa memastikan siapa pelaku penembakan, dan berasal dari kelompok yang mana. "Kami belum bisa memastikan apakah mereka OPM atau tidak. Kami menduga mereka adalah kelompok orang tidak dikenal,” ujar Kepala Biro Penerangan Masyarakat Mabes Polri, Brigjen M. Taufik.
Menteri Koordinator Politik Hukum dan Hak Asasi Manusia Djoko Suyanto sangat menyesalkan dan mengutuk pelaku penembakan pesawat Trigana Air itu. “Pengejaran terhadap kelompok bersenjata ini terus dilakukan,” tegas Djoko.
Menurut Djoko, aksi-aksi penembakan semacam itu sangat mengganggu upaya pemerintah dalam memprioritaskan pembangunan di Papua. “Apalagi pesawat udara di pedalaman Papua diperuntukkan mengangkut kebutuhan sehari-hari masyarakat Papua, baik bahan makanan pokok maupun bahan bakar minyak,” kata dia.
Lembaga Swadaya Masyarakat pemerhati HAM, Imparsial, juga menyesalkan aksi penembakan itu. Imparsial menduga ada kelompok yang ingin mengacaukan situasi Puncak Jaya dan mengambil keuntungan dari kekacauan itu.
“Ini sudah keterlaluan sekali. Menembak pesawat sipil di hari suci Paskah, ada korban jiwa pula. Saya duga ada yang sengaja membuat situasi di Mulia seolah-olah jadi sarang teroris,” ucap Direktur Eksekutif Imparsial, Poengki Indarti.
Menurutnya, perlu penanganan serius dalam menghadapi berbagai peristiwa penembakan di Puncak Jaya. “Butuh perlakuan luar biasa untuk mengungkap hal ini. Saya harap aparat pemerintah dan keamanan bertindak serius, sebab orang asli Papua tidak mungkin mau mengotori tangannya dengan darah sesamanya di hari Paskah,” kata Poengki.
“Ini ulah kelompok jadi-jadian yang ingin jadikan Mulia seolah sarang teroris, padahal sama sekali bukan,” tegas Poengki lagi. Imparsial pun mendesak Polri segera mengidentifikasi kelompok jadi-jadian itu dengan mengirim intelijen canggih ke Puncak Jaya.
Kota Mulia Paling Panas
Aksi penembakan di daerah Puncak Jaya itu sudah sering terjadi. Belakangan ini, daerah itu terhitung salah satu wilayah paling "panas" di Papua. Kamis, 8 Maret 2012, segerombolan orang bersenjata beraksi di siang bolong. Mereka memberondong anggota TNI, Pratu La Ode Alwi dan temannya yang sedang menumpang truk di kota lama Mulia.
Gerombolan itu tiba-tiba mencegat truk itu lalu melepas tembakan. Lumpuh ditembak, mereka kemudian merebut senjata SS1 milik korban. Sesudah itu mereka kabur ke hutan. (selengkapnya baca di sini). Korban dievakuasi ke Jayapura, tapi sayang jiwanya tidak tertolong. La Ode wafat dalam perjalanan. Polisi menduga para pelaku adalah anggota Organisasi Papua Merdeka (OPM).
Sebelumnya, 2 Februari 2012, masih di Puncak Jaya itu, sekelompok orang bersenjaya menembak tukang ojek. Yondri begitu nama tukang ojek itu, bersama kawannya pulang mengantar penumpang dari kampung Kuilirik. Tiba-tiba di tengah jalan mereka dicegat 10 orang bersenjata lengkap. Sang kawan berhasil melarikan diri. Tapi Yondri ditembak di leher dan pipinya dikampak.
Sesudah itu, kawanan ini kabur. Yondri kemudian diantar penduduk setempat ke Rumah Sakit Mulia.
Empat hari sebelum itu, tanggal 28 Januari 2012, terjadi baku tembak antara Pasukan Brimob dengan kelompok bersenjata yang diduga sebagai kelompok OPM. Terjadi pagi hari sekitar pukul 8.55 waktu setempat. Baku tembak terjadi di Kampung Wandenggobak Distrik Mulia. Polisi dan TNI terus memburu para pelaku ke hutan.
Ketika itu, Juru Bicara Polda Papua, Kombes Wachyono, menegaskan bahwa gerombolan bersenjata sesewaktu bisa kembali lagi dan menembak warga atau aparat. Itu sebabnya, aparat gabungan TNI dan Polri terus melakukan pengejaran terhadap para pelaku. (Baca selengkapnya: Tewasnya Briptu Sukarno).
Sebelum tewasnya Briptu Sukarno itu, penembakan juga terjadi Jumat, 20 Januari 2012. Penembakan itu terjadi malam hari. Sekitar pukul 7 malam lebih 25 menit. Korbannya adalah Rofiq yang berusia 27 tahun dan pemilik Warung di Kampung Ura Pate.
"Pelaku datang dan menembak, langsung pergi. Tidak ada barang yang diambil," kata Juru Bicara Polri, Inspektur Jenderal Polisi Saud Usman Nasution di Mabes Polri, ketika itu. Rofiq tewas seketika. Peluru itu ditembakkan pada bagian leher belakang sebelah kanan, tembus ke mulutnya. Luka tembak juga terdapat pada hidung sebelah kiri.
Saat itu Saud menegaskan bahwa kepolisian kesulitan mengusut kasus ini dan memburu pelaku. Sebab warga yang menyaksikan kejadian itu enggan memberi keterangan. "Ada yang melihat, tapi tidak mau memberikan keterangan," kata mantan Kepala Detasemen Khusus 88 Anti-Teror Mabes Polri ini. (Baca: Rofiq Tewas, Para Saksi Ketakutan)
Saat itu Saud menegaskan bahwa kepolisian kesulitan mengusut kasus ini dan memburu pelaku. Sebab warga yang menyaksikan kejadian itu enggan memberi keterangan. "Ada yang melihat, tapi tidak mau memberikan keterangan," kata mantan Kepala Detasemen Khusus 88 Anti-Teror Mabes Polri ini. (Baca: Rofiq Tewas, Para Saksi Ketakutan)
Masih pada bulan Januari 2012 itu, Jumat tanggal 6, terjadi baku tembak antara pasukan TNI dan gerombolan OPM. Dan saat itu, salah seorang anggota OPM tewas ditempat. Lindiron Tabuni, nama anggota OPM itu tewas ditimah pasukan TNI. Dari tangan korban, aparat berhasil menyita satu pucuk senjata api laras panjang jenis SS1 V1 call 5,56 dengan nomor seri AG A.095370 serta amunisi sebanyak 75 butir.
Sejumlah kasus penembakan di atas terjadi pada tahun 2012, belum lagi peristiwa penembakan atau baku tembak yang terjadi tahun 2011 dan tahun-tahun sebelumnya. Puncak Jaya memang daerah bergunung, berlembah curam dan berhutan lebat. Selepas memberondong, kelompok itu gampang kabur ke hutan. Alam yang susah itu menyulitkan aparat memburu.
No comments:
Post a Comment