A. Definisi
Apendiks adalah ujung seperti jari yang kecil panjangnya kira-kira 10cm (4 inci), melekat pada sakum tepat di bawah katup ileosekal. Apendiks berisi makanan dan mengosongkan diri secara teratur kedalam sekum. Karena pengosongan tidak efektif dan lumennya kecil, apendiks cendrung menjadi tersumbat dan terutama rentan terhadap infeksi.
Apendisitis adalah peradangan yang relative sering dijumpai yang dapat timbul tanpa sebab yang jelas. Acute appendicitis atau radang apendiks akut merupakan kasus infeksi intra abdominal yang sering dijumpai di negara-negara maju, sedangkan pada Negara berkembang jumlahnya lebih sedikit, hal ini mungkin terkait dengan diet serat yang
kurang pada masyarakat modern (perkotaan) bilang dibandingkan dengan masyarakat
desa yang cukup banyak mengkonsumsi serat. Appendicitis dapat menyerang orang
dalam berbagai umur, umumnya menyerang orang dengan usia dibawah 40 tahun,
khususnya antara 8 sampai 14 tahun, dan sangat jarang terjadi pada usia dibawah 2 tahun.
kurang pada masyarakat modern (perkotaan) bilang dibandingkan dengan masyarakat
desa yang cukup banyak mengkonsumsi serat. Appendicitis dapat menyerang orang
dalam berbagai umur, umumnya menyerang orang dengan usia dibawah 40 tahun,
khususnya antara 8 sampai 14 tahun, dan sangat jarang terjadi pada usia dibawah 2 tahun.
Kira-kira 7% dari populasi akan mengalami apendisitis pada waktu yang bersamaan dalam hidup mereka, pria lebih sering dipengaruhi dari pada wanita dan remaja lebih sering dari pada orang dewasa.
B. Etiologi
Serangan peradangan usus buntu tidak selalu khas sebagaimana lazimnya. Yang khas, diawali dengan tidak enak perut, biasanya rasa tak enak perut di sekitar pusar.
Pada saat yang sama muncul demam ringan, disertai mual dan muntah-muntah. Mungkin diare, ada pula yang malah sembelit. Namun, yang pasti, nyeri tidak enak perut berlanjut, kendati sudah diredakan dengan obat.
Pada saat yang sama muncul demam ringan, disertai mual dan muntah-muntah. Mungkin diare, ada pula yang malah sembelit. Namun, yang pasti, nyeri tidak enak perut berlanjut, kendati sudah diredakan dengan obat.
Nyeri berkembang dari sekitar pusar, kemudian menyebar sampai ke perut kanan bawah. Tergantung posisi usus buntunya terhadap usus besar, rasa nyeri dan keluhan tak enak perut tidak selalu khas.
Apabila ujung usus buntu menyentuh saluran kencing ureter, nyerinya akan sama dengan sensasi nyeri kolik saluran kemih, dan mungkin ada gangguan berkemih. Bila posisi usus buntunya ke belakang, rasa nyeri muncul pada pemeriksaan tusuk dubur atau tusuk vagina. Pada posisi usus buntu yang lain, rasa nyeri mungkin tidak spesifik begitu.
Pada kasus peradangan usus buntu yang spesifik, akan muncul nyeri tekan pada perut kanan bawah. Nyeri semakin memberat dari jam ke jam. Selain nyeri bila ditekan, nyeri juga muncul bila setelah ditekan lalu segera dilepas (nyeri lepas). Nyeri yang sama pada perut kanan bawah akan timbul bila ditekan pada perut kiri bawah. Selain itu otot-otot dinding perut teraba menegang.
C. Patofisiologi
Appendicitis dapat terjadi karena berbagai macam penyebab, antara lain obstruksi
oleh fecalith, a gallstone, tumor, atau bahkan oleh cacing (Oxyurus vermicularis), akan
tetapi paling sering disebabkan obstruksi oleh fecalith. Hasil observasi epidemiologi juga
menyebutkan bahwa obstruksi fecalith adalah penyebab terbesar. Pada fase awal appendicitis mukosa mengalami inflamasi terlebih dahulu.Kemudian inflamasi ini akan meluas ke lapisan submukosa, termasuk juga lapisan muskularis dan lapisan serosa. Terbentuk pula eksudat fibrinopurulen pada permukaan serosa dan menyebar ke dinding peritoneal terdekat, sehingga menyebabkan peritonitis. Pada fase ini glandula mukosa yang nekrosis masuk ke dalam lumen usus, sehingga menyebabkan terjadinya nanah atau pus di dalam lumen. Akhirnya, pembuluh-pembuluh kapiler yang mensuplai darah ke appendiks mengalami trombose dan appendiks yang infark tersebut menjadi nekrosis atau gangrenous. Setelah mengalami nekrosis, appendiks dapat mengalami perforasi, sehingga kandungan yang terdapat dalam lumen appendiks,seperti pus dapat menyebar di cavitas peritoneal dan menimbulkan peritonitis.
oleh fecalith, a gallstone, tumor, atau bahkan oleh cacing (Oxyurus vermicularis), akan
tetapi paling sering disebabkan obstruksi oleh fecalith. Hasil observasi epidemiologi juga
menyebutkan bahwa obstruksi fecalith adalah penyebab terbesar. Pada fase awal appendicitis mukosa mengalami inflamasi terlebih dahulu.Kemudian inflamasi ini akan meluas ke lapisan submukosa, termasuk juga lapisan muskularis dan lapisan serosa. Terbentuk pula eksudat fibrinopurulen pada permukaan serosa dan menyebar ke dinding peritoneal terdekat, sehingga menyebabkan peritonitis. Pada fase ini glandula mukosa yang nekrosis masuk ke dalam lumen usus, sehingga menyebabkan terjadinya nanah atau pus di dalam lumen. Akhirnya, pembuluh-pembuluh kapiler yang mensuplai darah ke appendiks mengalami trombose dan appendiks yang infark tersebut menjadi nekrosis atau gangrenous. Setelah mengalami nekrosis, appendiks dapat mengalami perforasi, sehingga kandungan yang terdapat dalam lumen appendiks,seperti pus dapat menyebar di cavitas peritoneal dan menimbulkan peritonitis.
Apendiks terinflamsi dan mengalami edema sebagai akibat terlipat atau tersumbat. Kemungkinan oleh fekalit (massa keras dari feses), tumor maupun benda asing. Proses inflamasi ini meningkatkan tekanan intraluminal dapat menimbulkan nyeri abdomen atas atau menyebar bebas secara progresif dalam beberapa jam, terlokalisasi dikuadran kanan bawah dari abdomen, akhirnya apendiks yang terinflamasi berisi pus.
Akan lebih jelasnya dapat dilihat berdasarkan diagram berikut ini :
D. Manifestasi Klinis
a. Nyeri difus yang timbul mendadak di daerah apigastrium atau periumbilikus
b. Dalam beberapa jam, nyeri lebih terlokasi dan dapat dijelaskan sebagai nyeri tekan di daerah kuadran kanan bawah
c. Nyeri tekan lepas (nyeri yang timbul sewaktu tekanan dihilangkan dari bagian yang sakit)
d. Demam
e. Leukosit meningkat (10.000 – 18.000/mm3)
f. Mual dan muntah dan rasa ngilu
g. Kurang nafsu makan
h. konstipasi
E. Komplikasi
Komplikasi utama apendisitis adalah perforasi apendiks, yang dapat berkembang menjadi peritonitis atau abses apabila apendiks yang membengkak tersebut pecah. Insiden perforasi adalah 10% sampai 32%. Insiden lebih tinggi pada anak kecil dan lansia. Perforasi secara umum terjadi 24 jam setelah awetan nyeri. Gejala mencakup demam dengan suhu 37,70C atau lebih tinggi, penampilan toksik, dan nyeri aatau nyeri abdomen secara kontinyu.
F. Pemeriksaan Penunjang
Apabila setelah dipantau masih menimbulkan keraguan maka kita dapat melakukan pemeriksaan yang dapat mendukung diagnosis, seperti memeriksa urine secara mikroskopis, X-ray, full blood count, dan serum amylase, darah lengkap.
G. Penatalaksanaan
Pembedahan di indikasikan bila diagnosa apendisitis telah di tegakkan. Antibiotic dan cairan IV diberikan sampai pembedaha dilakukan. Analgesic dapat diberikan setelah diagnosa ditegagkan.
Apendektomi (pembedahan untuk mengangkat apendiks) dilakukan sesegera mungkin untuk menurunkan resiko perforasi. Apendektomi dapat dilakukan dibawah anastesi umum atau sepinal dengan insisi abdomen bawah atau dengan laparoskopi yang merupakan metode terbaru yang sangat efektif.
H. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul
1. Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan inpasif
2. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelelahan menyeluruh (patique)
3. Defisit volume cairan berhubungan dengan kegagalan mekanisme pengaturan
4. Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit
5. Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, diet, perawatan dan pengobatan berhubungan dengan interpretasi terhadap informasi yang salah
6. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan intake.
7. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri (Post OP)
I. Tujuan yang ingin dicapai
1. Berdasarkan diagnosa 1 :
(Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan inpasif)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, klien tidak mengalami infeksi dengan kriteria : tidak ada tanda-tanda infeksi, TTV dbn.
2. Berdasarkan diagnosa 2 :
(Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelelahan menyeluruh (patique))
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, klien mampu mnegontrol nyeri dengan criteria : Klien melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri, menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang, TTD dalam batas normal
3. Berdasarkan diagnosa 3 :
(Defisit volume cairan berhubungan dengan kegagalan mekanisme pengaturan)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, deficit volume cairan teratasi dengan criteria : klien dapat bertambah baik dengan Saturasi oksigen dbn normal, RR dbn dalam respon aktivitas,TD Sistolik dbn dalam respon aktifitas, TD Diastolik dbn dalam respon aktifitas, ADL dapat dilakukan dengan mandiri, volume intake terpenuhi.
4. Berdasarkan diagnosa 4 :
(Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam, cemas pada klien berkurang dengan criteria : klien tidak merasakan kecemasan tentang penyakit yang dideritanya dengan mengontrol kecemasannya.
5. Berdasarkan diagnosa 5 :
(Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, diet, perawatan dan pengobatan berhubungan dengan interpretasi terhadap informasi yang salah)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam, klien dapat memahami dan mengenal penyakit yang dideritanya dengan criteria : Klien dapat menyebutkan pengertian, penyebab, tanda dan gejala, penanganan serta perawatannya.
6. Berdasarkan diagnosa 6 :
(Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan intake.)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam , klien dapat mencapai status nutrisi sesuai dengan kebutuhan tubuh, dengan kriteria : Intake makanan dan cairan yang adekuat dengan ditandai BB dbn, Tidak ada tanda-tanda malnutrisi, intake nutrisi adekuat.
7. .Berdasarkan diagnosa 7 :
(Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri (Post OP)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam,nyeri pada klien berkurang, dengan criteria: Klein dapat mengontrol nyeri, skala nyeri terjadi penurunan, mampu mengenali nyeri, TTD dalam batas normal.
J. Intervensi keperawatan dan rasionalnya
Berdasarkan diagnosa 1 :
(Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan inpasif)
Intervensi Keperawatan | Rasionalnya |
ü Obeservasi dan laporkan tanda-tanda infeksi ü Kaji teperatur tiap 4 jam ü Catat dan laporkan nilai laboratorium (AL, Protein Serum, Ab) ü Gunakan strategi untuk mencegah nosokomial ü Tingkatkan intake cairan ü Istirahat yang adekuat ü Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan perawatan. ü Gunakan standar precaution dan sarung tanggan selama kontak dengan darah, memberan mucosa, kulit yang tidfak utuh ü Ajarkan tehnik non farmakologi ü Efaluasi keefektifan control nyeri ü Kolaborasikan dengan dokter, jika nyeri mash belum berhasil | ü Memantau adanya infeksi ü Perkembang infeksi masih dapat ditoleransi ü Dapat mengetahui adanya infeksi dan segera harus diatasi. ü Dugaan adanya infeksi ü Memperlancar proses pembentukan imunitas ü Mencepat proses penyembuhan ü Dugaan adanya infeksi ü Menurunkan resiko penyebaran bakteri. ü Menurunkan terjadinya keracunan obat obatan yang mengandung kimia ü Rasa nyaman terpenuhi dengan tidak nyeri ü Mengurangi rasa nyeri lebih dini sebelum menjadi kronis. |
Berdasarkan diagnosa 2 :
(Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelelahan menyeluruh (patique))
Intervensi Keperawatan | Rasionalnya |
Energi Manajemen : ü Observasi adanya pembatasan klien dalam beraktifitas. ü Dorong klien untuk mrngungkapkan perasaan terhadap keterbatasan. ü Monitor adanya kelelahan fisik emosi secara berlebihan ü Monitor pola dan lamanya tidur/istirahat klien Activity therapy : ü Bantu klien untuk mngidentifikasi aktifitas yang mampu dilakukan. ü Bantu klien memilih aktifitas yang mampu untuk dilakukan. ü Bantu klien untuk membuat jadwal latihan diwaktu luang. ü Bantu klien untuk mengidentifikasi aktifitas yang disukai. ü Monitor respon fisik, emosi, social, dan spiritual. | Ø Aktifitas lebih bermanfaat dalam memberikan latihan gerak dengan tidak terlalu hiper aktif. Ø Mengetahui secara psikologis permasalahn dengan keterbatasan gerak. Ø Sehat secara psikologis dapaty meningkatkan semangat hidup dengan emosi tidak berlebihan. Ø Meningkatkan kekuatan otot untuk beraktifitas. Ø Mengurangi resiko terjadinya intoleransi ktifitas. Ø Menngkatkan aktifitas sesuai dengan keinginan klien. Ø Kebutuhan aktifitas lebih teratur dan terorganisir. Ø Pemenuhan aktifitas dapat terpenuhi sesuai dengan keinginan. Ø Mengurangi resiko kelelahan aktifitas. |
Berdasarkan diagnosa 3 :
(Defisit volume cairan berhubungan dengan kegagalan mekanisme pengaturan)
Intervensi Keperawatan | Rasionalnya |
Fluid Managemen : ü Pertahankan intake dan out put yang akurat. ü Monitor sturasi hidrasi ü Monitor hasil lab yang sesuai retensi cairan (BUN, Hmt, Os urin) ü Kolaborasi pemberian cairan IV ü Berikan diuretic sesuai intruksi ü Dorong masukan oral ü Dorong keluarga untuk membantu klien makan. ü Tawarkan snak,(Jus buah, Buah segar) ü Kolaborasi dengan dokter jika tanda cairan berlebihan muncul memburuk. | Ø Keseimbangan cairan dalam tubuh terpenuhi. Ø Menghindari terjadinya dehidrasi Ø Terpantau kadar BUN, Hmt, Os urin jika terjadi kelainan Ø Menghindari terjadinya kelebihan cairan Ø Menghindari kegagalan dalam pemenuhan cairan Ø Kebutuhan cairan dapat lebih menerima Ø Kebutuhn cairan terpenuhi Ø Menghindari lebih dini terjadinya keburukan dalam pemenuhan cairan. |
Berdasarkan diagnosa 4 :
(Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit
Intervensi Keperawatan | Rasionalnya |
ü Tenangkan klien ü Jelaskan seluruh prosedur tindakan kepada klien dan perasaan yang mungkin muncul pada saat melakukan tindakan. ü Berusaha memahami klien ü Berikan informasi tentang diagnosa, prognosis dan tindakan. ü Kaji tingkat kecemasan dan reaksi fisik pada tingkat kecemasan (tachycardia, tachypnia, ekpresi cemas dan verbal) ü Gunakan pendekatan dan sentuhan. ü Temani pasien untuk mendukung keamanan dan menurunkan rasa takut. ü Sediakan aktivitas untuk menurunkan ketegangan. ü Bantu pasien mengidentifikasi situasi yang menciptakan cemas. | Ø Dapat melaksanakan tidakan-tindakan dalam proses penyembuhan klien Ø Membantu menurunkan kecemasan agar klien menyadari tindakan yang harus dilakukan Ø Turut empati terhadap klien Ø Klien memahami kondisi yang dideritanya. Ø Membantu dalam memberikan terapi kecemasan sesui tingkat kecemasanya. Ø Meyakinkan klien agar dapat mudah dalam melkukan tindakan-tindakan Ø Mencegah terjadinya hal-hal yang merusak diri serta menigkatkan semangat hidup. Ø Membantu melepaskan beban sehingga klien dapat merasakan tidak terbebani. Ø Melatih klien untuk mengatisi kecemasan secara mandiri. |
Berdasarkan diagnosa 5 :
(Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, diet, perawatan dan pengobatan berhubungan dengan interpretasi terhadap informasi yang salah)
Intervensi Keperawatan | Rasionalnya |
Teaching : Dieases Process ü Mengobservasi kesiapan klien untuk mendengarkan ü Menentukan tingkat pengetahuan klien sebelumnya. ü Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan klien tentang proses penyakit yang sfesifik ü Jelaskan fatofisiologi terjadinya. ü Gambarkan tanda dan gejala yang bisa muncul pada penyakit dengan cara yang tepat ü Identifikasi kemungkinan penyebab penyakit yang diderita klien ü Hindari jaminan yang kosong ü Diskusikan gaya hidup yang mungkin diperlukan untuk mencegah komplikasi dimasa yang akan dating ü Diskusikan plihan terapi serta penaganannya ü Instruksikan klien mengenai tanda dan gejala untuk melaporkan pada perawat yang jaga. | Ø Memudahkan klien dalam menerima informasi Ø Dapat menjelaskan informasi sesuai tingkat pengetahuan klien Ø Dapat melakukan pendidikan kesehatan seuai dengan tingkat pengetahuan klien Ø Klien memahami dan menilai hal-hal yang tidak boleh dilakukan. Ø Klien dapat mengidentifikasi terjadinya penyakit serta penagnana lebih dini Ø Klien lebih waspada terhadap factor-faktor penyebab terjadinya penyakit yang dialami. Ø Lebih meyakinkan dalam perawatanya. Ø Mengurangi resiko terjadinya kembali dalam lingkungan keluarganya sendiri. Ø Klien lebih nyaman dalam menerima terapi yang diberikan Ø Klien lebih mudah memahami tanda dan gejala yang diberikan oleh pendidik |
Berdasarkan diagnosa 7 :
(Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri (Post OP)
Intervensi Keperawatan | Rasionalnya |
Pain Managemen : ü Lakukan pengkajian nyeri secara konfrehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan factor presipitasi ü Observasi reaksi non verbal ü Gunakan tehnik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengetahuan nyri klien ü Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri ü Bantu klien dan keluarganya untuk mencari dukungan ü Control lingkungan yang mempengaruhi nyri ;suhu, ruangan, cahaya. ü Kurang factor pencetus nyeri ü Tingkatkan istirahat ü Ajarkan tehnik non farmakologi ü Evaluasi keefektifan control nyeri ü Kolaborasi dengan dokter jika masalah nyri belum teratasi. Analgesik Managemen : ü Cek intruksi dokter tentang jenis, dosis, dan frekuensi obat. ü Kaji riwayat alergi ü Pilih rute pemberian secara IV & IM untuk pengobatan nyeri secara teratur ü Mengontrol TTV sebelum dan sdsudah pemberian analgesic pertama kali ü Efaluasi keefektifan analgesic tanda dan gejala (efek samping) | Ø Pengawasan keefektifan obat, kemajuan penyembuhan, perubahan akan karakteristik menunjukkan terjadinya abses, memerlukan upaya evaluasi medik dan intervensi Ø Kebutuhan rasa nyaman dapat terpenuhi. Ø Meyakinkan klien untuk mendapatkan perawatan yang intensif. Ø Bermanfaat dalam pengawasan keefektifan obat, kemajuan penyembuhan. Ø Meningkatkan psikologis dan motifasi keingin sembuhan Ø Menurunkan factor-faktor yang menmpengaruhi nyeri Ø Nyeri dapat diatasi sedini mungkin denan menemukan factor presipitari Ø Mencegah nyri dan meningkatkan penyembuhan. Ø Menurunkan terjadinya keracunan obat yang mengandung bahan kimia. Ø Rasa nyeri libuh dapat teratasi. Ø Menurunkan rasa nyeri sebelum terjadi nyeri kronis. Ø Mengurangi terjadinya kebutuhan oabat lebih tepat pada indikasinya. Ø Mengurangi terjadinya gejala lain yang mingkin muncul Ø Proses mengatasi nyeri lebih cepat dan efisien Ø Mengurangi terjadinya adanya komplikasi serta alergi dan keefisien dalam pemberian obat. Ø Dapat mengkolaborasikan lebih lanjut tentang keefektifan pemberian analgesic. |
K. Daftar pustaka
Ø Elizabeth J. Corwin, 2001, Buku Saku Patofisiologi, EGC, Jakarta
Ø Doenges,M E dkk, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan : pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien, EGC, Jakarta
Ø Smeltzer, S.C, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8, Vol 2, EGC, Jakrta
Ø Kristanti, A dkk, 2006, Materi kumpulan kuliah : Diagnosa Keperawatan Berdasarkan NANDA 2005-2006, NIC dan NOC, UGM, Yogyakarta
Ø Alhadrami S, Selasa 16 Januari 2007, Informasi Penyakit, Faculty of medicine Gajah Mada University.http:\legasi.blogspot.com
Ø Radang Usus Buntu Berkomplikasi : Usus Buntu, Antara Maut dan Biji Jambu Klutuk.www.KeluargaSehat.com
BAB III ANALISA DAN PEMBAHASAN
A. Defenisi
Berdasarkan tinjauan teori apendisitis adalah peradangan pada apendiks yaitu jaringan usus seperti ujung jari yang kecil yang panjangnya kira-kira 10 cm ( 4 inci ) melekat pada sakum tepat di bawah katup ileosekal. Pada operasi jaringan inilah yang diambil karena dapat menginfeksi organ lain di abdomen.
B. Etiologi
Penyebab apendiks bisa disebabkan oleh karena konsumsi serat yang kurang, akibart pengosongan apendiks tidak efektif dan lumennya kecil, apendiks cenderung menjadi tersumbat dan rentan terhadap infeksi
C. Patofisiologi
Telah dijelaskan lebih mendalam pada tinjauan teori yang disajikan lebih sederhana pada Path way
D. Manifestasi klinis
Nyeri difus yang timbul mendadak juga dirasakan klien sebelum operasi pada kuadran kanan bawah begitu juha nyeri tekan lepas, demam klien mencapai 39 0 C
Angka leukosit meningkat ( 13. 800 / mmk ). Mual mintah, nafsu malkan kurang, dan konstipasi juga dirasakan klien.
E. Komplikasi
Pad klien belum terjadi komplikasi
F. Pemeriksaan penunjang
Pada klien diketahui mendapatkan pemeriksaan darah rutin, Apendicogram, dan gula darah puasa.
G. Penatalaksanaan
Pada klien telah dilakukan operasi apendiktomi dengan anaestesi secara Spinal
H. Diagnosa Keperawatan Yang Muncul
Dari 7 diagnosa keperawatan yang mungkjin muncul didapatkan 3 diagnosa saja yang dapat ditegakkan berdasarkan data pengkajian yang diperoleh, yaitu :
Nyeri Akut, Resiko Infeksi, dan Defisit perawatan diri
I. Implementasi dan Evaluasi
Setelah dilakukan perencanaan tujuan kemudian dilakukan implementasi. Dari 3 diagnosa diatas akan dijelaskan sebagai berikut :
1. Resiko Infeksi berhubungan dengan tindakan invasive, setelah dilakukan intervensi keperawatan Selama 3 x 24 m tidak terjadi tanda-tanda dan gejala infeksi. Sehingga tujuan tercapai
2. Nyeri Akut berhubungan dengan agen injury fisik, setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2 x 24 jam, nyeri pada klien dapat diturunkan sesuai dengan tujuan yang dicapai dengan mudah karena nyeri yang dialami klien hanya berupa nyeri dengan skala sedang .
3. Defisit perawatan diri. Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2 x 24 jam, klien dapat merawat dirinya dengan bantuan, sehingga tujuan tercapai. Hal ini dapat dicapai karena klien mempunyai mobilitas fisik yang baik, hanya karena terpasang infus dan catheter sehingga terhambat untuk melakukan perawatan diri.
No comments:
Post a Comment