Penelitian di Leeds University menunjukkan bahwa parasit mempengaruhi produksi dopamin, senyawa kimia yang membawa pesan ke otak untuk mengendalikan gerak, kognitif dan perilaku, sehingga memicu terjadinya schizophrenia dan gangguan bipolar lainnya.
Parasit ini menginfeksi otak dengan membentuk kista dalam sel dan menghasilkan enzim yang disebut tyrosine hydroxylase, yang diperlukan untuk dopamin.
Schizophrenia merupakan gangguan yang terjadi pada fungsi otak. Penderitanya selalu mengalami halusinasi atau delusi, perilaku tidak teratur, penarikan sosial dan perilaku katatonik.
Parasit ini ditularkan kucing melalui kotorannya, yang biasa dikenal dengan Toxoplasma gondii dan merupakan mikroba yang menyebabkan toxoplasmosis. Inilah yang menjadi penyebab mengapa ibu hamil diminta untuk menghindari kontak dengan kotoran kucing.
Sejak tahun 1920, dokter telah mengklaim bahwa wanita yang terinfeksi toxoplasmosis selama kehamilan dapat menularkan penyakit ke janin, yang mengakibatkan kerusakan otak parah pada bayi, bahkan menyebabkan kematian.
Pada orang dewasa, penyakit ini mirip dengan gejala flu, dimana parasit ini menekan sistem kekebalan tubuh hingga akhirnya penderitan menjadi sakit parah dengan komplikasi seperti encephalitis (radang otak).
Namun, meskipun begitu parasit yang sudah masuk didalam tubuh manusia, masih harus kembali ke dalam tubuh kucing untuk melakukan reproduksi secara seksual.
Penelitian menggunakan tikus menemukan bahwa tikus yang terinfeksi lebih aktif bermain dalam roda putar dibandingkan mereka yang tidak. Tikus yang terinfeksi juga kurang waspada terhadap predator. Sehingga, tikus lebih mudah ditangkap oleh kucing dan parasit dapat terus melanjutkan siklus hidupnya
sumber
No comments:
Post a Comment