A. PENGERTIAN
Demensia atau pikun pada usia lanjut sering dianggap lumrah. Karena, usia lanjut merupakan fase kehidupan di mana seseorang mengalami perubahan biologik, psikologik, maupun sosial, yang turut mempengaruhi daya ingat.
Demensia adalah gangguan fungsi memori/daya ingat dan daya pikir yang terjadi perlahan namun semakin memburuk. Gangguan kognitif itu berupa gangguan mengingat jangka pendek dan mempelajari hal-hal baru, gangguan berbicara (sulit menyebut nama benda dan mencari kata-kata untuk diucapkan), keliru mengenali tempat-waktu-orang, sulit menghitung, tidak bisa membuat rencana, mengatur kegiatan, mengambil keputusan, dan sebagainya. Kemunduran fungsi kognitif terjadi pada usia 40-90 tahun.
B. TANDA DAN GEJALA
Demensia ditandai dengan :
Perubahan perilaku, seperti mudah tersinggung, curiga, menarik diri dari aktivitas sosial, tidak peduli, dan berulangkali menanyakan hal yang sama.
Bentuk gangguan yang sangat menyolok adalah penurunan perilaku yang secara lengkap disebut perilaku sosial (social skill) dan perilaku ini dapat dirinci lebih lanjut menjadi:
· ADL (Activity of Daily Living yaitu kemampuan seseorang untuk mengurus dirinya sendiri) dimulai dari bangun tidur, mandi, berpakaian dan seterusnya sampai pergi tidur kembali, pokoknya segala kegiatan orang untuk mengurus kebutuhannya sendiri.
· Perilaku Okupasional yaitu perilaku yang dilaksanakan seseorang untuk menjalankan kehidupannya untuk bekerja dan mencari nafkah, yaitu sekolah, bekerja, berorganisasi, menjalankan ibadah, mengisi waktu luang.
· Partisipasi sosial yaitu perilaku seseorang untuk hidup bermasyarakat seperti mematuhi kewajiban sebagai warga masyarakat, misalnya mengurus KTP, SIM, Kerja Bakti, berorganisasi sosial, menghadiri undangan dan sebagainya.
Pada umumnya gejala yang tampak pada demensia adalah:
- Terganggunya fungsi daya ingat yang makin lama makin berat terutama daya ingat jangka pendek. Ingatan masa lalu masih tetap baik dan bertahan.
- Terganggunya fungsi berfikir antara lain : aphasia, apraxia, agnosia, atau gangguan fungsi eksekutif.
- Penurunan fungsi daya ingat dan daya pikir ini menimbulkan gangguan fungsi kehidupan sehari-hari (mandi, berpakaian, kebersihan diri, buang air besar/kecil, dll)
Makin lama gangguan yang terjadi semakin berat.
C. PENYEBAB
Penyebab demensia adalah terganggunya beberapa fungsi otak akibat hilang atau rusaknya sel-sel otak dalam jumlah besar, termasuk menurunnya zat-zat kimia dalam otak. Biasanya volume otak akan mengecil/menyusut sehingga rongga-rongga dalam otak melebar. Demensia juga dapat disebabkan oleh penyakit Alzheimer, stroke, tumor otak, depresi, gangguan sistemik (gizi, elektrolit, hormon, virus, alkohol). Demensia akibat depresi atau gangguan sistemik dapat pulih kembali, tetapi kebanyakan demensia tidak pulih.
D. AKIBAT
Gangguan Psikologis dan Perilaku
Gangguan psikologis dan perilaku pada penderita demensia adalah sebagai berikut:
Gangguan Psikologis | Gangguan Perilaku | ||
Jenis | Bentuk | Jenis | Bentuk |
1. Waham (Delusi) | a. Isi pikiran yang salah diyakini kebenarannya b. Tidak dpt dikoreksi melalui bukti-bukti yang ada | 1. Wandering | a. Mondar-mandir b. Mencari-cari/ membututi pengasuh/keluarga/ orang lain kemana pun pergi. c. Berjalan mengelilingi rumah d. Keluar rumah /kabur /keluyuran |
2. Halusinasi | a. Halusinasi dengar b. Halusinasi penglihatan c. Halusinasi Haptic | 2. Restlessness | Sangat gelisah sehingga tidak bisa diam barang sejenak |
3. Misidenti fikasi / Mispersepsi | a. Merasa bukan dirinya b.Merasa bahwa istri/suami bukan lagi pasangan hidupnya c. Tidak dapat mengidentifikasi kejadian | 3. Agitasi | Aktivitas verbal (bicara) maupun motorik (fisik) yang berlebihan dan tidak selaras. Misalnya marah-marah, ngamuk-ngamuk, ngomel terus, dsb. |
4. Depresi | a. Murung, sedih, menangis b. Ingin mengakhiri hidupnya c. Uring-uringan dan mudah tersinggung | 4. Agresivitas | a. Agresivitas fisik seperti : memukul, menendang, mendorong, mencakar, menggigit orang atau menggerayangi barang orang lain b. Agresivitas Verbal seperti : menjerit, berteriak, membuat suara gaduh, marah meledak-ledak. |
5. Apatis | a. Tak ada minat terhadap hal-hal yang biasanya disukai, termasuk kegiatan sehari-hari. b. Perawatan diri terganggu. c. Interaksi sosial menjadi sangat berkurang. | 5. Disinhibisi | c. Kelakuan yang tidak sesuai budaya dan norma-norma sosial yang berlaku karena terganggunya/hilangnya fungsi pengendalian diri. d. Perilakunya menjadi kurang sopan, kurang terpuji, memalukan dan sebagainya. |
6. Cemas | a. Menanyakan hal yang sama berulang-ulang b. Meremas-remas tangan c. Tidak dapat duduk diam | | |
E. INTERVENSI
Tindakan-tindakan yang sebaiknya dilakukan jika menghadapi pasien demensia adalah sebagai berikut:
1. Terapi Obat dengan pengawasan dokter
2. Terapi non obat, berupa:
a. Intervensi Lingkungan
b. Intervensi Perilaku
c. Intervensi Psikologis
3. Terapi Lainnya:
a. Aktivitas keagamaan
b. Mengembangkan hobby yang ada seperti melukis, memasak, main musik, berkebun, fotografi
Dalam menangani demensia, diperlukan pendekatan psikologis karena penderita mengalami kemunduran dalam fungsi otak. Ia harus diberi penjelasan tentang penyebab penyakitnya. Rasa percaya diri harus ditingkatkan karena penderita demensia cenderung sensitif perasaannya. Untuk itu, seluruh anggota keluarga harus memberi dukungan terhadap penderita demensia agar dapat menjalani kehidupan sehari-hari dengan baik.
Obat-obatan dapat diberikan untuk mengurangi keluhan gangguan tidur, perasaan cemas, depresi, adanya waham dan halusinasi.
Teknik Modifikasi Tingkah Laku :
- Lakukan pendekatan dengan tenang dan lembut .Kekerasan, perintah, suara yang terlalu keras akan memperberat gangguan perilaku karena pasien akan merasa terancam dan ketakutan. Pendekatan harus dilakukan secara pelan-pelan.
- Menggunakan bahasa isyarat agar tidak mengejutkan pasien
Bahasa isyarat merupakan cara terbaik untuk berkomunikasi dengan mereka, selalu tersenyum saat bertemu pasien. - Berbicara pelan-pelan dan menggunakan kata-kata yang sederhana sehingga percakapan menjadi lebih mudah dimengerti.
- Memberikan rasa aman kepada pasien.
Bila mereka melakukan hal yang baik, berikan pujian. Jika pasien mulai bertindak aneh atau terlihat bingung, tenangkan mereka dengan mengatakan bahwa mereka telah melakukan pekerjaan yang hebat.
- Memberikan rasa empati terhadap masalah pasien.
Walaupun pikiran pasien sedang kacau, akan lebih baik jika kita membenarkan segala perkataan mereka dan kita tidak perlu mengatakan kebenaran.
- Jangan memberikan perintah kepada pasien.
Untuk meyakinkan pasien untuk melakukan pekerjaannya adalah dengan membuat mereka berpikir bahwa pekerjaan tersebut harus dilakukan atas keinginan dan inisiatif mereka sendiri. Daripada menyuruh mereka mandi, akan lebih baik jika kita mengatakan : " Saya mau mandi ,apakah anda mau mandi terlebih dahulu? " atau " Saya akan mandi segera setelah anda mandi "
- Mengalihkan perhatian pasien.
Jika pasien berniat untuk melakukan pekerjaan yang berbahaya bagi mereka seperti memasak atau menyetir, segera alihkan perhatian mereka dengan memperlihatkan sebuah gambar, mengajak pasien berjalan ke jendela untuk melihat-lihat pemandangan, atau memberikan kue kepada mereka untuk dimakan. Berikan sesuatu yang mereka sukai.
- Mengawasi " utilization behaviour " (aktivitas tertentu yang masih dapat dilakukan
pasien walaupun mengalami gangguan fungsi kognitif ) - " Out of sight ", " out of mind " (sesuatu yang dilihat oleh pasien akan menyebabkan
timbulnya perilaku perilaku yang aneh sebagai reaksi terhadap stimulus obyek atau situasi yang dialami pasien. - Melakukan kegiatan rutin untuk mencegah timbulnya disorientasi, untuk menghindari
pasien dari kecemasan atau kegelisahan. - Menambah aktivitas pada siang hari, untuk merangsang pikiran pasien tetap aktif bekerja sekaligus mengurangi waktu tidur dan menghasilkan tidur yang lebih baik pada malam hari sehingga menguragi gejala imsomnia ( sulit tidur ).
- Menempatkan pasien pada lingkungan yang aman .
- Menghindari lingkungan yang terlalu merangsang.
- Mengawasi kebiasaan " hyperoral " (suka mengunyah baik makanan maupun benda- benda lainnya )
- Mengurangi kebingungan pada malam hari.
Gangguan tidur pada malam hari menyebabkan pasien terus terbangun pada malam hari walaupun dalam keadaan gelap.
Intervensi Lingkungan:
· Penyesuaian fisik (bentuk ruangan, warna, alat yang tersedia)
· Penyesuaian waktu (membuat jadwal rutin)
· Penyesuaian lingkungan malam hari (mandi air hangat, tidur teratur)
· Penyesuaian indera (mata, telinga)
· penyesuaian nutrisi (makan makanan dgn gizi seimbang)
Intervensi Perilaku I:
1. Wandering:
a. Yakinkan dimana keberadaan pasien
b. Berikan keleluasaan bergerak di dalam dan di luar ruangan
c. Gelang pengenal “ Hendaya Memory”.
2. Agitasi dan Agresivitas:
a. Hindari situasi yang memprovokasi
b. Hindari argumentasi
c. Sikap kita tenang dan mantap
d. Alihkan perhatian ke hal lain.
3. Sikap dan pertanyaan yang berulang:
Tenang, dengarkan dengan baik, jawab dengan penuh pengertian. Bila masih berulang, acuhkan dan usahakan alihkan perhatian ke hal yang menarik pasien.
4. Perilaku seksual yang tidak sesuai/wajar:
a. Tenang dan bimbing pasien keruang pribadinya.
b. Alihkan ke hal yang menarik perhatiannya.
c. Bila didapatkan dalam keadaan telanjang, berilah baju / selimut untuk menutupi badannya. Bantu mengenakan baju kembali.
Intervensi Perilaku II:
1. Intervensi psikologis dapat berupa psikoterapi untuk mengurangi kecemasan, memberi rasa aman dan ketenangan, dalam bentuk :
a. Psikoterapi individual
b. Psikoterapi kelompok
c. Psikoterapi keluarga
2. Untuk caregiver (pengasuh) diperlukan :
a. Dukungan mental
b. Pengembangan kemampuan adaptasi dan peningkatan kemandirian.
c. Kemampuan menerima kenyataan (realistik).
3. Mengatasi mudah “Lupa”, lakukan:
a. Latihan terus-menerus, berulang-ulang
b. Tingkatkan perhatian
c. Asosiasikan hal yang diingat dengan hal yang sudah ada dalam otak.
No comments:
Post a Comment