multi info, hiburan, pengetahuan, dan aneka informasi

Menonton Film-film Bermutu di JiFFest !



”No Country for Old Men”, film arahan sutradara Coen Bersaudara (Joel dan Ethan), pernah diputar pada Jakarta International Film Festival 2007 dan tidak terlalu dipromosikan, apalagi dipilih sebagai film pembuka atau penutup. Siapa nyana film itu meraih empat Oscar pada Academy Awards 2008.

Persepolis (2007) karya Marjane Satrapi dan Vincent Paronnaud yang menjadi pembuka JiFFest 2007 juga menjadi unggulan Academy Awards 2008 untuk kategori film animasi terbaik meski dikalahkan Ratatouille.

Little Miss Sunshine (2006) memenangi Oscar 2007 untuk kategori aktor pendukung terbaik dan skenario asli terbaik. Film ini diputar di JiFFest 2006 bersama dengan The Queen (enam nominasi Oscar, menang untuk aktris utama terbaik) dan Babel (enam nominasi, menang untuk musik asli terbaik).

Ferdinand Zebua, Website Officer JiFFest 2008, mengatakan, ”Banyak film di JiFFest kami pilih tanpa kami tahu apakah film itu akan masuk nominasi Oscar atau tidak, tetapi kami yakin itu film-film bagus. Informasi didapat dari festival film internasional lain atau dari direktur festival, direktur program, serta dewan penasihat.”

Di JiFFest 2008 terdapat beberapa film berkualitas yang sudah didaftarkan (official film submission) untuk kategori film asing terbaik di Academy Awards. Film itu adalah My Magic (Singapura), Dunya and Desie (Belanda), Captain Abu Raed (Jordania), dan Worlds Apart (Denmark).

Untuk film Indonesia, diputar tiga film baru, yakni Under the Tree (Garin Nugroho), film pendek Drupadi (Riri Riza), dan film dokumenter Pertaruhan (Ani Ema Susanti, Iwan Setiawan dan M Ichsan, Lucky Kuswandi, serta Ucu Agustin).

Berikut ini gambaran beberapa film di JiFFest 2008.

Burn After Reading

Film komedi arahan sutradara Joel dan Ethan Coen ini menceritakan petualangan konyol analis CIA, Osborne Cox (John Malkovich), istrinya, Katie (Tilda Swinton), Harry Pfarrer (George Clooney), serta dua karyawan pusat kebugaran, Linda (Frances McDormand) dan Chad Feldheimer (Brad Pitt).

Osborne dipecat pada saat Katie ingin menceraikannya, apalagi selama ini ia berselingkuh dengan Harry, yang juga telah beristri. Di sisi lain, Harry punya selingkuhan lain. Suatu saat, Linda dan Chad menemukan CD milik Osborne, yang dikira berhubungan dengan dunia intelijen yang membahayakan negara. Linda dan Chad pun ingin memeras Osborne.

Selebihnya, film ini sungguh konyol dan sarkastis. Persoalan seremeh apa pun jangan pernah dianggap sepele. Urusan bedah plastik pun sampai melibatkan intelijen. Coen Bersaudara menggambarkan ironi hidup dengan cerdas. Film ini pada pekan pertama pemutaran di AS berada di posisi pertama box office.

Under the Tree

Film terbaru sutradara Garin Nugroho ini bercerita tentang perempuan dalam tiga tokoh utama, yakni Maharani (Marcella Zalianty), Dewi (Ayu Laksmi), dan Nian (Nadia Saphira). Ketiganya tidak saling kenal. Kehidupan masing- masing digambarkan bergantian dengan urutan tetap, Maharani-Dewi-Nian.

Maharani datang ke Bali untuk mencari asal-usulnya setelah tahu ia bukan anak kandung ibunya. Dewi harus menerima kenyataan, anak yang dia kandung cacat dan harus memilih antara menggugurkan kandungan atau membiarkan bayinya lahir tetapi mati. Sementara Nian, artis dari Jakarta, melarikan diri ke Bali untuk mencari sosok ayah yang ia impikan, bukan seperti ayah kandungnya yang korup. Nian menemukan sosok ayah dalam diri Darma (Ikranagara), pembuat tato.

Beberapa maestro tari Bali dilibatkan dalam film produksi Oro- Oro Film Arts ini, yaitu Ni Ketut Cenik, Ni Ketut Arini, Sang Ayu Ketut Muklen, Ayu Bulantrisna Djelantik, dan I Ketut Rina. Under the Tree mengambil bentuk sangat realis, berkebalikan dengan film Garin sebelumnya, Opera Jawa, yang surealis dan penuh bahasa simbol.

Dunya and Desie

Film dari Belanda ini tidak hanya menggambarkan persahabatan kental Dunya (Maryam Hassouni) dan Desie (Eva van de Wijdeven), tetapi perbauran dua budaya dan agama. Film membawa penonton dari Amsterdam, Belanda, ke Casablanca di Maroko.

Dunya yang Muslim akan dijodohkan dengan cowok Maroko, meninggalkan Desie yang hamil di luar nikah. Desie menyusul Dunya ke Maroko, sekaligus mencari ayah biologis yang meninggalkannya sejak di kandungan ibu. Sebuah kisah perjalanan hidup sarat makna.

Film arahan sutradara Dana Nechustan ini meraih Audience Awads di Sarajevo Film Festival 2008. Kisah Dunya and Desie dibuat berdasarkan cerita serial televisi yang juga disutradarai Dana.

In the Name of God (judul asli: Khuda Kay Liye)

Film Shoaib Mansoor ini tidak hanya menjadi film terlaris sepanjang masa di Pakistan, tetapi juga film pertama Pakistan yang diputar di India.

Film ini meraih penghargaan Silver Pyramid Award dari Cairo International Film Festival 2007 di Mesir dan Audience Award untuk kategori film terbaik dari Fukuoka Film Festival 2007 di Jepang.

Secara cerdas dan tajam, Mansoor mengangkat isu fundamentalisme Islam dan benturan peradaban Barat dan Islam yang sedang menjadi isu paling aktual di dunia sejak tragedi 9/11 di Amerika Serikat. Pusat ceritanya keluarga besar Khan dari kelas menengah di Pakistan.

Sang kakak tinggal di Lahore dan memiliki dua anak yang menjadi musisi, Mansoor (Shan) dan Sarmad (Fawad Khan). Sang adik tinggal di London, menjalani kehidupan liberal, kumpul kebo dengan seorang perempuan kulit putih, dan memiliki anak perempuan, Mary (Iman Ali).

Pertaruhan

Ini adalah antologi dokumenter tentang otonomi perempuan atas tubuhnya karya Kalyana Shira Films. Film ini memotret kehidupan perempuan dalam empat dunia berbeda, tetapi semua disatukan oleh lemahnya posisi perempuan atas tubuhnya sendiri.

”Untuk Apa?” menuturkan tradisi sunat perempuan yang masih dipraktikkan meskipun Departemen Kesehatan telah melarang dan tidak ada kewajiban dari sisi agama. Penulis dan sutradara Iwan Setiawan dan Mohammad Ichsan memotret praktik ini di Indramayu dan Banten yang dilakukan pada anak balita.

”Mengusahakan Cinta” bertutur tentang dua pekerja migran Indonesia di Hongkong. Sutradara Ani Ema Susanti menuturkan pengalaman Ruwati yang belum menikah dan sudah bekerja 11 tahun di Hongkong dan bersoal dengan isu keperawanan ketika akan menikah ketika dia memiliki mioma di rahim yang harus dikeluarkan melalui vagina. Juga ada Riantini yang seorang lesbian.

Pada ”Nona Nyonya”, Lucky Kuswandi menggambarkan perempuan muda Jakarta yang tidak mendapatkan layanan kesehatan reproduksi dari tenaga kesehatan (dokter kebidanan) karena berstatus nona.

Sedangkan ”Ragat’e” anak karya Ucu Agustin bercerita tentang pekerja seks di pekuburan China di Gunung Bolo, Tulungagung, Jawa Timur, yang mengalami kekerasan berlapis. Dari preman penjaga lokasi, dari bekas suami atau kiwir (pacar), dan dari negara yang tidak memberi hak hidup layak. (DHF/NMP)

No comments:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Blog Archive