Empat bayi kembar lahir dari rahim seorang ibu yang menjalani operasi caesar di RS Efarina Etaham, Jalan Raya Bungursari, Purwakarta. Keempat bayi tersebut adalah hasil proses bayi tabung. Mereka anak pasangan dokter, yaitu Didit Widagdo (35) dan Vita (33). Didit dikenal sebagai spesialis bedah di rumah sakit tersebut, sedangkan Vita dokter di sebuah rumah sakit di Bandung.
"Proses persalinannya sekitar satu jam, melalui operasi caesar. Jenis kelamin bayinya, dua lelaki dan dua perempuan," kata Jeffry Panjaitan, dokter spesialis kandungan yang memimpin operasi caesar tersebut, kemarin. Menurut Jeffry, secara medis usia kehamilan sang ibu yang mencapai 34 minggu sudah cukup untuk melahirkan. Operasi dilakukan karena sang ibu sudah tak tahan lagi dengan kondisi perutnya yang semakin besar.
Jeffry menjelaskan, proses kehamilan tersebut direncanakan oleh pasangan Didit-Vita dengan cara bayi tabung. Kabarnya proses bayi tabungnya di Bandung. Biasanya, kata dia, orangtua bayi menanam lebih dari satu embrio di kandungan untuk jaga-jaga.
"Ternyata keempatnya hidup. Jadi baru kali ini ada kembar empat persalinan bayi tabung. Umumnya cuma dua," ujarnya.
Meski secara medis keempat bayi itu sehat, kata Jeffry, bobot masing-masing masih di bawah 1 kg alias prematur. Karenanya keempatnya kini menjalani perawatan di inkubator.
Data yang diperoleh Warta Kota, bobot teringan bayi yang belum diberi nama tersebut 1,29 kg. Sedangkan bobot bayi terberat hanya 1,7 kg. "Normalnya kan di atas 2 kg, jadi masih perlu perawatan khusus," kata Jeffry. Hingga kemarin, keempat bayi tersebut masih dirawat di ruang NICU (Neonatal Intensive Care Unit) kamar Teratai RS Efarina Etaham.
Delapan tahun
Kelahiran empat bayi sekaligus itu membawa kebahagian bagi keluarga besar pasangan dokter Didit-Vita. Kerabat mereka dari Solo dan Bandung juga sudah datang menjenguk. "Alhamdulillah, ternyata kelahirannya pun lancar. Jelas senang sekali. Ini usaha maksimal kami selama delapan tahun," kata Didit Widagdo mengungkapkan perasaannya, kemarin.
Mereka bahagia karena tak semua pasangan yang menempuh program bayi tabung bisa berhasil. Didit menyebutkan, tingkat keberhasilan program bayi tabung di Indonesia hanya sekitar 30 persen. Dia mencontohkan, dari 12 pasangan yang mengikuti program bayi tabung seangkatan mereka, hanya tiga yang berhasil. "Yang kembar empat cuma kami, dua lainnya masing-masing satu," katanya.
Banyak jalan yang telah ditempuh pasangan ini untuk mendapatkan keturunan. Program bayi tabung dipilih pasangan itu setelah mereka menjalani tiga kali inseminasi. Ketiganya gagal. Padahal berdasarkan pemeriksaan, kesehatan reproduksi keduanya normal.
Atas saran seorang dokter, mereka mendatangi Klinik Aster, Rumah Sakit Hasan Sadikin, Bandung, kira-kira setahun lalu. Setelah berembuk secara matang, akhirnya mereka memutuskan mengikuti program bayi tabung itu.
Rp 50 juta
Program bayi tabung ini sudah ada di beberapa rumah sakit milik pemerintah, baik di Jakarta, Bandung, maupun Surabaya. Di Bandung, kata Didit, biaya untuk mengikuti program bayi tabung saat itu sekitar Rp 50 juta. Dana sebesar itu dibutuhkan mulai dari konseling hingga proses penanaman embrio. "Berhasil nggak berhasil ya ongkosnya segitu. Kalau ternyata gagal di tengah jalan, ya harus mulai dari awal lagi kalau memang masih berminat," katanya.
Secara medis, sel telur dan sperma diambil sesuai kebutuhan. Proses pembuahan dilakukan di luar rahim. Embrio yang terbaguslah yang kemudian dipilih untuk ditanamkan ke rahim sang ibu. Soal berapa embrio yang hendak ditanam, kata Didit, dilakukan sesuai perjanjian. Biasanya, empat embrio saja belum tentu bertahan. "Karenanya kami kaget campur senang sewaktu tahu keempatnya ternyata berhasil," katanya.
Sama saja
Dokter ginekologi dr H Abdul Radjak SpOg menganggap peristiwa bayi tabung kembar empat adalah normal. "Kemungkinan bayi tabung kembar 2, 3, atau 4 itu mungkin saja, sama seperti kandungan natural," ujarnya saat dihubungi semalam. Ia mengatakan, prinsip pembuahan bayi tabung dan pembuahan kehamilan normal sama saja. Yang membedakannya hanya pertemuan sperma dan sel telur terjadi di luar rahim.
Dokter di RS MH Thamrin ini menjelaskan, anak kembar bisa terjadi akibat pembelahan sel telur secara individual. "Saya kurang tahu rasio kembar 4, kalau tidak salah, 1 banding 1 juta kelahiran. Nah kalau bayi tabung kan baru sekitar ribuan kali dilakukan di Indonesia, jadi kembar empat bayi tabung sangat jarang," tambahnya.
antara.co.id
"Proses persalinannya sekitar satu jam, melalui operasi caesar. Jenis kelamin bayinya, dua lelaki dan dua perempuan," kata Jeffry Panjaitan, dokter spesialis kandungan yang memimpin operasi caesar tersebut, kemarin. Menurut Jeffry, secara medis usia kehamilan sang ibu yang mencapai 34 minggu sudah cukup untuk melahirkan. Operasi dilakukan karena sang ibu sudah tak tahan lagi dengan kondisi perutnya yang semakin besar.
Jeffry menjelaskan, proses kehamilan tersebut direncanakan oleh pasangan Didit-Vita dengan cara bayi tabung. Kabarnya proses bayi tabungnya di Bandung. Biasanya, kata dia, orangtua bayi menanam lebih dari satu embrio di kandungan untuk jaga-jaga.
"Ternyata keempatnya hidup. Jadi baru kali ini ada kembar empat persalinan bayi tabung. Umumnya cuma dua," ujarnya.
Meski secara medis keempat bayi itu sehat, kata Jeffry, bobot masing-masing masih di bawah 1 kg alias prematur. Karenanya keempatnya kini menjalani perawatan di inkubator.
Data yang diperoleh Warta Kota, bobot teringan bayi yang belum diberi nama tersebut 1,29 kg. Sedangkan bobot bayi terberat hanya 1,7 kg. "Normalnya kan di atas 2 kg, jadi masih perlu perawatan khusus," kata Jeffry. Hingga kemarin, keempat bayi tersebut masih dirawat di ruang NICU (Neonatal Intensive Care Unit) kamar Teratai RS Efarina Etaham.
Delapan tahun
Kelahiran empat bayi sekaligus itu membawa kebahagian bagi keluarga besar pasangan dokter Didit-Vita. Kerabat mereka dari Solo dan Bandung juga sudah datang menjenguk. "Alhamdulillah, ternyata kelahirannya pun lancar. Jelas senang sekali. Ini usaha maksimal kami selama delapan tahun," kata Didit Widagdo mengungkapkan perasaannya, kemarin.
Mereka bahagia karena tak semua pasangan yang menempuh program bayi tabung bisa berhasil. Didit menyebutkan, tingkat keberhasilan program bayi tabung di Indonesia hanya sekitar 30 persen. Dia mencontohkan, dari 12 pasangan yang mengikuti program bayi tabung seangkatan mereka, hanya tiga yang berhasil. "Yang kembar empat cuma kami, dua lainnya masing-masing satu," katanya.
Banyak jalan yang telah ditempuh pasangan ini untuk mendapatkan keturunan. Program bayi tabung dipilih pasangan itu setelah mereka menjalani tiga kali inseminasi. Ketiganya gagal. Padahal berdasarkan pemeriksaan, kesehatan reproduksi keduanya normal.
Atas saran seorang dokter, mereka mendatangi Klinik Aster, Rumah Sakit Hasan Sadikin, Bandung, kira-kira setahun lalu. Setelah berembuk secara matang, akhirnya mereka memutuskan mengikuti program bayi tabung itu.
Rp 50 juta
Program bayi tabung ini sudah ada di beberapa rumah sakit milik pemerintah, baik di Jakarta, Bandung, maupun Surabaya. Di Bandung, kata Didit, biaya untuk mengikuti program bayi tabung saat itu sekitar Rp 50 juta. Dana sebesar itu dibutuhkan mulai dari konseling hingga proses penanaman embrio. "Berhasil nggak berhasil ya ongkosnya segitu. Kalau ternyata gagal di tengah jalan, ya harus mulai dari awal lagi kalau memang masih berminat," katanya.
Secara medis, sel telur dan sperma diambil sesuai kebutuhan. Proses pembuahan dilakukan di luar rahim. Embrio yang terbaguslah yang kemudian dipilih untuk ditanamkan ke rahim sang ibu. Soal berapa embrio yang hendak ditanam, kata Didit, dilakukan sesuai perjanjian. Biasanya, empat embrio saja belum tentu bertahan. "Karenanya kami kaget campur senang sewaktu tahu keempatnya ternyata berhasil," katanya.
Sama saja
Dokter ginekologi dr H Abdul Radjak SpOg menganggap peristiwa bayi tabung kembar empat adalah normal. "Kemungkinan bayi tabung kembar 2, 3, atau 4 itu mungkin saja, sama seperti kandungan natural," ujarnya saat dihubungi semalam. Ia mengatakan, prinsip pembuahan bayi tabung dan pembuahan kehamilan normal sama saja. Yang membedakannya hanya pertemuan sperma dan sel telur terjadi di luar rahim.
Dokter di RS MH Thamrin ini menjelaskan, anak kembar bisa terjadi akibat pembelahan sel telur secara individual. "Saya kurang tahu rasio kembar 4, kalau tidak salah, 1 banding 1 juta kelahiran. Nah kalau bayi tabung kan baru sekitar ribuan kali dilakukan di Indonesia, jadi kembar empat bayi tabung sangat jarang," tambahnya.
antara.co.id
No comments:
Post a Comment