Tumor otak adalah pertumbuhan abnormal dari perkembangan asal, primer metastasik yang terjadi didalam otak dan stuktur penyokong.
Tumor otak merupakan sebuah lesi yang terletak pada intrakranial yang menempati ruang didalan tengkorak. Tumor selalu tumbuh sebagai sebuah massa berbentuk bola juga dapat menyebar kejaringan.
II. PATOFISIOLOGI
Tumor otak menyebabkan gangguan neurologi progresif, gejala gejalanya terjadi berurutan. Gangguan pada tumor otak disebabkan oleh dua faktor yaitu gangguan fokal disebabkan oleh tumor dan tekanan intrakranial.
Gangguan fokal terjadi apabila terdapat penekanan pada jaringan otak, dan infiltrasi atau invasi langsung pada parenkim otak dengan kerusakan jaringan neuron. Disfungsi paling besar pada tumor yang tumbuh paling cepat misalnya glioblastoma multiple.
Perubahan suplai darah akibat tekanan yang ditimbulkan tumor yang tumbuh menyebabkan nekrosis jaringan otak. Gangguan suplai darah arteri pada umumnya bermanifestasi sebagai kehilangan fungsi secara akut dan mungkin dapat dikacaukan dengan gangguan cerebrovaskulai primer.
Serangan kejang sebagai manifestasi perubahan kepekaan neuron dihubungkan dengan kompresi, invasi dan perubahan suplai darah ke jaringan otak. Peningkatan TIK dapat diakibatkan oleh :
· Bertambahnya massa dalam tengkorak.
· Terbentuknya edema sekitar tumor
· Perubahan cirkulasi cairan serebrospinal.
Peningkatan TIK akan membahayakan jiwa bila terjadi cepat. Peningkatan TIK apabila tidak diobati akan menyebabkan herniasi unkus atau serebelum. Herniasi unkus timbul bila garis medialis lobus temporalis tergeser ke inferior melalui insura tentorial oleh massa dalam hemisfer otak. Herniasi menekan mesensefalon menyebabkan kehilangan kesadaran dan menekan saraf otak ketiga. Pada herniasi serebelum tonsil serebelum tergeser kebawah melalui magnum oleh suatu massa posterior. Kompresi medulla oblongata dan henti nafas terjadi dengan cepat. Perubahan fisiologis yang terjadi akibat peningkatan intrakranial yang cepat adalah bradikardi progresif, hipertensi sistemik dan gangguan pernafasan.
III. MANIFESTASI KLINIS
Lokasi tumor didalam SSP dan perilaku biologinya menentukan penyajian neurologi pasien. Bila tumor tumbuh lambat dalam daerah otak yang tenang secara neurofisiologi atau dalam kavitas intraventrikularis, mula-mula tumor membberikan gejala non fokal disertai nyeri kepala, mual, muntah, perubahan personalitas atau perubahan dalam tingkat kesadaran akibat peningkatan TIK , terutama dalam masa kanak-kanak, karena peningkatan timbulnya neoplasma infratentorium daripada tumor dalam serebrum, cenderung menyumbat sistem ventrikulus dengan akibatnya hidrocefalus, iritabilitas atau letargi. Sebaliknya tumor yang melibatkan daerah bicara atau lajur motorik korteks bisa tampil dengan kelemahan unilateral atau disfasia, lama sebelum ada peningkatan umum dalam TIK. Tergantung pada lokasi tumor, kelainan klinis lain bisa ada dan mencakup kelainan endokrin yang menyertai tumor hipofisis dan hipotalamus, tuli menyertai tumor angulus serebelopoitin, ataksia menyertai tumor serebelum dan defisit penglihatan menyertai tumor yang melibatkan nerves optikus. Sering anamnese dan gambaran klinis yang berhubungan dengan usia pasien, memberikan para klinikus diagnosis banding terbatas yang layak.
IV. TANDA DAN GEJALA BERDASARKAN LOKASI :
1. Lobus Frontalis :
a. Respon afektif tidak tepat: mudah lupa.
b. Kurang perhatian : kehilangan minat sosial
c. Penilaian kurang
d. Gangguan pengendalian spingter
e. Kejang motorik fokal
f. Sakit kepala.
2. Lobus Temporalis
a. Kehilangan memori terbaru.
b.Venomena visual
c. Gangguan auditorius
d. Kejang psikomotor
e. Halusinasi olfaktorius atau gustatorius
f. Afasia sensori
3. Lobus oksipitalis
a. Gangguan visual
b.Kebutaan sentral
c. Kebutaan kortikal atau guastorius
d. Halusinasi visual
4. Serebelum
a. Tak terkoordinasi : ataksia
b. Kehilangan keseimbangan
c. Mual muntah
d. Vertigo
5. Lobus parietalis
a. Kehilangan sensoris
b. Apraksia
c. Gangguan persepsi tubuh.
Berdasarkan tipe :
1. Gliomas :
a. Terjadi pada hemisfer cerebral
b. Sakit kepala
c. Muntah
d. Perubahan kepribadian : peka rangsang, apatis
2. Neuroma Akustik
a. Vertigo
b. Ataksia
c. Parestesia dan kelemahan wajah (saraf kranial V, VII).
d. Kehilangan refleks kornea
e. Penurunan sensitifitas terhadap sentuhan (saraf kranial V, XI)
f. Kehilangan pendengaran unilateral
3. Meningioma
a. Kejang
b. Eksoftalmus unilateral
c. Palsi otot ekstraokuler
d. Gangguan pandangan
e. Gangguan Olfaktorius
f. Paresis
4. Adenoma hipofisis
a. Akromegali
b. Hipopituitari
c. Sindrom Cushing
d. Wanita : amenorea, sterilisasi
e. Pria : kehilangan libido, impotensi
f. Gangguan penglihatan
g. DM
h. Hipotiroid
i. Hipoadrenalin
j. Diabetes insipidus
k. IADH
V. KEMUNGKINAN KOMPLIKASI YANG MUNCUL
1. Herniasi
2. Peningkatan Tekanan Darah
3. Kejang
4. Defisit Neurologis
5. Peningkatan TK
6. Perubahan fungsi pernafasan
7. Perubahan dalam kesadaran
8. Perubahan kepribadian
VI. PEMERIKSAAN PENUNJANG
- Pemeriksaan fisik dan neurologis
- Pemeriksaan lapang pandang
- MRI
- Pemeriksaan sinar X kepala
- Fungsi Lumbal
- EEG
- Echoencepalografi
- CT Scan
- Angiografi cerebral
- Glukosa
VII. PENATALAKSANAAN
Tumor otak yang tidak diobati menunjukkan arah kematian, salah satu akibat dari peningkatan TIK atau kerusakan otak yang disebabkan tumor. Pasien tumor otak harus dievaluasi dan diobati segera bila memungkinkan sebelum kerusakan neurologis.
Tujuannya adalah mengangkat dan memusnahkan semua tumor, salah satu variasi pengobatan dapat digunakan pendekatan spesifik bergantung pada tipe tumor, lokasi dan kemungkinan untuk dicapai dengan mudah. Kombinasi ini dapat digunakan sebagai modal.
1. Pendekatan Pembedahan Konvensional ( Kraniotomi)
Pendekatan ini digunakan untuk mengobati pasien meningioma, neuroma akustik, astrositoma kistik pada serebelum, kista koloid pada ventrikel ketiga, tumor konginetal (kista dermoit, glanuloma). Untuk pasien –psien dengan glioma maligna, pengangkatan tumor secara menyeluruh, dan pengobatan tidak mungkin, tetapi dapat masuk akal dengan tindakan yang mencakup pengurangan TIK, mengangkat jaringan nekrotik, dan mengurangi bagian yang besar dari tumor.
2. Pendekatan Stereotaktik.
Dapat digunakan Laser dan radiasi, radioisotop (131I) dapat ditempelkan langsung kedalam tumor untuk menghasilkan dosis tinggi pada radiasi tumor (brakhiterapi) sambil meminimalkan pengaruh pada jaringan otak disekitarnya.
3. Penggunaan Pisau Gamma U/ bedah Radio.
Untuk tumor yang tidak dapat dimasukkan obat, tindakan tersebut sering dilakukan sendiri. Keuntungan metode ini : tidak membutuhkan insisi pembedahan, kerugiannya : waktu lambat diantara pengobatan dan hasil yang diharapkan.
4. Kemoterapi dan Radiasi Eksternal.
Hal ini bisa digunakan dengan satu model atau kombinasi. Terapi radiasi merupakan dasar pada pengobatan beberapa tumor otak, juga menurunkan timbulnya kembali tumor yang tidak lengkap.
CRANIOTOMY
VIII. PENGERTIAN
Craniotomy adalah perbaikan pembedahan, reseksi atau pengangkatan pertumbuhan atau abnormalitas didalam kranium ; terdiri atas pengangkatan dan penggantian tulang tengkorak untuk memberikan pencapaian pada struktur intrakranial.
Craniotomy adalah pengangkatan bagian dari tulang tengkorak termasuk melakukan pembuatan lubang dengan bor.
IX. POTENSIAL KOMPLIKASI :
1.Aktivitas kejang
2.Peningkatan TIK
3.Hemoragi
4.Disritmia jantung
5.Tromboplebitis
6.Sindrom distres pernafasan dewasa.
X. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. PK : Perdarahan
2. PK : TIK
3. Nyeri akut b/d agen injuri fisik
4. Risiko infeksi b/d imunitas tubuh menurun, adanya luka operasi
5. Perfusi cerebral tidak efektif b/d edema serebral, penyumbatan aliran darah
6. Sindrom defisit self care b/d kelemahan
7. Cemas b/d ancaman biologis, kurang pengetahuan tentang penyakit dan perawatannya.
RENPRA TUMOR OTAK
No | Diagnosa | Tujuan | Intervensi |
1 | PK: TIK | Setelah dilakukan askep …. jam perawat akan mengatasi dan atau mengurangi episode dari peningkatan TIK. | · Pantau tanda dan gejala peningkatan TIK, kaji hal berikut : o Responmmembuka mata, respon motorik dan verbal o Kaji perubahan v/s o Kaji respon pupil o Catat adanya muntah, sakit kepala, perubahan tersebunyi (mis; letargi, gelisah, perubahan mental) · Tinggikan kepala 30-400 kecuali dikontraindikasikan. · Hindarkan situasi atau manuever yang dapat meningkatkan TIK (massage karotis, fleksi / rotasi leher berlebihan, stimulasi panas dingin, menahan nafas, mengejan, perubahan posisi yang cepat). · Ajarkan klien untuk ekspirasi selama perubahan posisi · kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapinya dan pelunak feses jka diperlukan · antau AGD · Pantau status hidrasi (balance cairan). · berikan lingkungan yang tenang. |
2 | PK: Perdarahan | Setelah dilakukan askep ….. jam perawat akan menangani atau mengurangi komplikasi daripada perdarahan | · Pantau tanda dan gejala perdarahan · Monitor V/S · Pantau laborat Hb, HMT. AT · kolaborasi untuk tranfusi bila terjadi perdarahan (hb < 10 gr%) · Kolaborasi dengan dokter untuk terapinya · Pantau daerah yang dilakukan operasi |
3 | Nyeri akut b/d agen injuri fisik | Setelah dilakukan Asuhan keperawatan …. jam tingkat kenyamanan klien meningkat, dengan KH: · klien dapat melaporkan nyeri berkurang level nyeri pada scala 2-3, · klien menyatakan kenyamanan fisik dan psikologis · ekspresi wajah rileks dan dapat istirahat, tidur · V/S dbn | Manajemen nyeri : · Kaji tingkat nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi. · Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan. · Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri klien sebelumnya. · Kontrol faktor lingkungan yang mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan. · Kurangi faktor presipitasi nyeri. · Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologis/non farmakologis).. · Ajarkan teknik non farmakologis (relaksasi, distraksi dll) untuk mengetasi nyeri. · Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri. · Evaluasi tindakan pengurang nyeri/kontrol nyeri. · Kolaborasi dengan dokter bila ada komplain tentang pemberian analgetik tidak berhasil. · Monitor penerimaan klien tentang manajemen nyeri. Administrasi analgetik :. · Cek program pemberian analogetik; jenis, dosis, dan frekuensi. · Cek riwayat alergi.. · Tentukan analgetik pilihan, rute pemberian dan dosis optimal. · Monitor TV · Berikan analgetik tepat waktu terutama saat nyeri muncul. · Evaluasi efektifitas analgetik, tanda dan gejala efek samping. |
4 | Risiko infeksi b/d imunitas tubuh menurun, prosedur invasive, adanya luka | Setelah dilakukan asuhan keperawatan …. jam tidak terdapat faktor risiko infeksi pada klien dengan KH: · status imune klien adekuat · tdk ada tanda infeksi · AL dbn · V/S dbn | Kontrol infeksi : · Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain. · Pertahankan teknik isolasi. · Batasi pengunjung bila perlu. · Intruksikan kepada keluarga dan pengunjung untuk mencuci tangan saat berkunjung dan sesudahnya. · Gunakan sabun anti miroba untuk mencuci tangan. · Lakukan cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan keperawatan. · Gunakan baju dan sarung tangan sebagai alat pelindung. · Pertahankan lingkungan yang aseptik selama pemasangan alat. · Lakukan perawatan luka dan dresing infus dan kateter/ hari · Tingkatkan intake nutrisi dan cairan yang adekuat · Berikan antibiotik sesuai program. Proteksi terhadap infeksi · Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal. · Monitor hitung granulosit dan WBC. · Monitor kerentanan terhadap infeksi.. · Pertahankan teknik aseptik untuk setiap tindakan. · Pertahankan teknik isolasi bila perlu. · Inspeksi kulit dan mebran mukosa terhadap kemerahan, panas, drainase. · Inspeksi kondisi luka, insisi bedah. · Ambil kultur, dan laporkan bila hasil positip · Dorong masukan nutrisi dan cairan yang adekuat. · Dorong istirahat yang cukup. · Dorong peningkatan mobilitas dan latihan. · Instruksikan klien untuk minum antibiotik sesuai program. · Ajarkan keluarga/klien tentang tanda dan gejala infeksi. · Laporkan kecurigaan infeksi. |
5 | Perfusi cerebral tidak efektif b/d edema serebral, penyumbatan aliran darah | Setelah dilakukan asuhan keperawatan …. jam klien menunjukan status cirkulasi dan tissue perfustion cerebral membaik dengan KH: · TD dalam rentang normal (120/80 mmHg) · Tidak ada tanda peningkatan TIK · Klien mampu bicara dengan jelas, menunjukkan konsentrasi, perhatian dan orientasi baik · Funsi sensori motorik cranial utuh : kesadaran membaik (GCS 15, tidak ada gerakan involunter) | Monitoring tekanan intrakranium: · monitor tekanan perfusi serebral · Monotor balance cairan · Catat respon pasien terhadap stmulasi · Berikan informasi kepada keluarga · monitor respon neurology terhadap aktivitas · monitor drainase jika perlu · posisikan pasien kepala lebih tinggi dari badan (30-40 derajat) · minimalkan stimulasi dari luar. · monitor v/s · monitor tanda-tanda TIK · monitor adanya parese · batasi gerakan leher dan kepala · monitor adanya tromboplebitis · diskusikan mengenahi perubahan sensasi. |
6 | Sindrom defisit self care b/d kelemahan | Setelah dilakukan asuhan keperawatan …. jam klien mampu Perawatan diri: Activity Daly Living (ADL) dengan KH : · Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari (makan, berpakaian, kebersihan, toileting, ambulasi) · Kebersihan diri pasien terpenuhi | Bantuan perawatan diri · Monitor kemampuan pasien terhadap perawatan diri · Monitor kebutuhan akan personal hygiene, berpakaian, toileting dan makan · Beri bantuan sampai klien mempunyai kemapuan untuk merawat diri · Bantu klien dalam memenuhi kebutuhannya. · Anjurkan klien untuk melakukan aktivitas sehari-hari sesuai kemampuannya · Pertahankan aktivitas perawatan diri secara rutin · Evaluasi kemampuan klien dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. · Berikan reinforcement atas usaha yang dilakukan dalam melakukan perawatan diri sehari hari. |
7 | Cemas b/d ancaman biologis, kurang pengetahuan tentang penyakit dan perawatannya | Setelah dilakukan asuhan keperawatan …. jam klien mampu mengontrol cemas Dengan KH : · Klien mengatakan cemas berkurang · Monitor intensitas kecemasan · Pasien rileks dan tengang serta bisa istirahat dan tidur | Penurunan Kecemasan · Bina hubungan saling percaya · Gunakan pendekatan yang menenangkan klien · Jelaskan emua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur · Temani pasien dan libatkan keluarga untuk memberikan keamanan dan rasa takut · Berikan informasi tentang penyakit dan perawatannya pada keluarga / klien · Dengarkan keluhan klien · Identifikasi tingkat kecemasan klien · Bantu Klien mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan · Dorong klien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan, persepsi · Ajarkan dan anjurkan klien untuk relaksasi · Kolaborasi pemberian obat ubtuk mengurangi kecemasan |
No comments:
Post a Comment