I. PENGERTIAN
Kiste ovarii adalah tumor jinak pada ovarium. Merupakan tumor paling banyak pada wanita usia 20 – 40 th.
II. TANDA DAN GEJALA
Adanya kiste dapat menimbulkan tanda dan gejala :
1. Nyeri dan rasa tidak nyaman pada perut bagian bawah
2. Pembesaran abdomen
3. Penekanan pada vesika urinaria dan rectum
4. Varicosities dan edema pada tungkai bawah
5. Perdarahan pada jalan lahir.
III. ETIOLOGI
Secara pasti belum diketahui
IV. MACAM-MACAM KISTE OVARIUM
1. Kiste ovarium simpleks
Kiste yang permukaannya rataa dan halus, biasanya bertangkai, bilateral dan biasanya dapat menjadi besar. Dinding kiste tipis dan terisi cairan jernih yang serus dan berwarna kuning.
2. Kiste adenoma ovarium musinossum
Kiste multi / okuler, unilateral, dapat tumbuh menjadi besar. Kiste ini diduga berasal dari germinatium.
3. Kistadenoma ovarii serosum
Berasal dari epitel germinatium berbentuk uniokuler, dapat membesar tetapi tidak sebesar kiste musinosum.
4. Kiste dermoid
Adalah teratoma kistik jinak dengan struktur ektodermal berdeferansiasi sempurna dan lebih menonjol daripada mesoderm, dinding kiste agak tipis, konsistensi kenyal, kiste ini diduga berasal dari sel telurmelalui proses partenogenesis.
V. PATOFISIOLOGI
Ovarium merupakan tempat yang umum bagi kiste, yang dapat merupakan pembesaran sederhana konstituen ovarium normal, volikel degraf atau korpus luteum atau kiste ovarium dapat timbul akibat pertumbuhan abdomen dari epitelium uvarium.
Kiste dermoid adalah salh satu tumor yang diduga timbul dari bagian ovum yang normalnya menghilang saat maturasi. Asalnya tidak teridentifikasi dan terdiri atas sel-sel embrional yang tidak terdeferensiasi. Kiste ini sembuh dengan lambat, dari kiste ini mengandung material sabasea kental, berwarna kuning, yang timbul sdari lapisan kulit. Kiste dermoid hanya merupakan satu tipe lesi yang dapat terjadi. Terdapat banyak tipe dan pengobatannya tergantung pada tipe tersebut.
VI. PENATALAKSANAAN
Pengobatan kiste ovarii yang besr biasanya adalah pengangkatan melalui tindakan bedah. Jika ukuran lebar kiste kurang dari 5 cm dan tampak terisi oleh cairanatau fisiologis pada pasien muda yang sehat, kontrasepsi oral dapat digunakan untukmenekan aktivitas ovarium dan menghilangkan kiste.
Perawatan paska operatif setelah pembedahan serupa dengan perawatan pembedahan abdomen. Penurukan tekanan intraabdomen yang diakibatkan oleh pengangkatan kiste yang besar biasanya mengarah pada distensi abdomen yang berat, komplikasi ini dapat dicegah dengan pemakaian gurita abdomen yang ketat.
VII. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNKIN MUNCUL :
Preoperasi
1. Nyeri kronis b/d putaran tangkai kiste.
2. Cemas berhubungan dengan diagnosis dan rencana pembedahan
3. PK perdarahan
Post operasi
1. Nyeri akut b/d luka insisi pembedahan
2. Resiko infeksi b/d tindakan invasifg dan pembedahan
DAFTAR PUSTAKA
Abdul bari saifuddin,, 2001 , Buku acuan nasional pelayanan kesehatan maternal dan neonatal, penerbit yayasan bina pustaka sarwono prawirohardjo, Jakarta
Arif Mansyoer,DKK,1999, Kapita selecta Kedokteran, Penerbit media aeskulapius FKUI.
Hacher/moore, 2001, Esensial obstetric dan ginekologi, hypokrates , jakarta
Helen Varney,DKK, 2002, Buku Saku Bidan, cetakan I, EGC, Jakarta
Lynda Jual Carpenito, 2001, Buku Saku Diagnosa keperawatan edisi 8,EGC,Jakarta.
Manuaba,Ida Bagus Gede, 1998, Ilmu kebidanan,penyakit kandungan dan keluarga berencana, EGC, Jakarta
Marlyn Doenges,dkk, 2001,Rencana perawatan Maternal/Bayi, EGC , Jakarta
Sarwono, 1989, Ilmu Bedah kebidanan, Yayasan sarwono, Jakarta.
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
No. | DIAGNOSA KEP. / MAS. KEP. | INTERVENSI | RASIONAL | |
TUJUAN | INTERVENSI | |||
1. | Nyeri kronis / akut b / d taran tangkai kiste, diskontinyuitas jaringan post operasi | Setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien dapat mengontrol nyeri / nyeri berkurang dengan kriteria : o Skala nyeri 0 – 1 o Pasien tampak rileks o Aktifitas optimal o TTV dbn | 1. Kontrol nyeri
2. Menejemen nyeri
3. Ciptakan lingkungan yang tenang
| o Tolok ukur rencana dan evaluasi tindakan o Nyeri merangsang pengeluaran adrenalin yang berpengaruh pada TTV o Nyeri merupakan pengalaman yang tergantung pada persepsi masing-masing individu o Cemas karena kurang pengetahuan tentang nyeri meningkatkan sekala nyeri o Perasaan nyeri membatasi mobilisasi dan aktivitas pasien o Memblok atau mengalihkan impuls nyeri o Nyeri terkontrol pasien bisa mendapatkan istirahat o Memblok impul nyeri. |
2. | Cemas berhubungan dengan diagnosis dan rencana pembedahan | Setelah dilakukan tindakan keperawatan kecemasan pasien berkurang dengan kriteria : o Pasien mengungkapkan kecemasan dan pola kopingnya. o Mengungkapkan adanya peningkatan kenyaman fisik dan psikologis. o Menggunakan mekanisme koping efektif dalam mengatasi cemasnya. | 1. Kaji tingkat kecemasan pasien 2. Bantu pasien menurunkan tingkat kecemasan 3. 4. Kaji kemampuan individu dalam mengenali kecemasannya untuk memulai pemecahan masalah 5. Kurangi atau hilangkan masalah mekanisme koping. 6. Berikan penyuluhan kesehatan tentang perawatan kiste ovarii pre operasi maupun post operasi | o Cemas sangat bervariasi tergantung dari intensitas beratnya yang dirasakan, penyelesaian dan berhasil atau gagalnya dari usaha menanggulangi perasaannya. o Seseorang dapat menggunakan mekanisme intrapersonal dan intrapsikis untuk mengurangi kecemasan, efektifitas strategi tergantung individu dan situasi. o Status cemas dan sifat cemas tergantung pada respon individu terhadap situasi tertentu dan interpretasi individu terhadap situasi yang mengancam. o Individu mengembangkan rentang perilaku koping baik adaptif maupun mal adaptif. Maladaptif dikarakteristikkan dengan ketidakmampuan membuat pilihan, konflik, pengulangan dan ketakutan serta pangasingan. o Akibat dari kurangnya kognitif berakibat individu cenderung menggeneralisasi dan mengasumsi serta mengantisipasi bahaya secara berlebihan, sehingga kehilangan tujuan dan kewaspadaan. |
3. | PK perdarahan | Setelah dilakukan tindakan keperawatan komplikasi perdarahan per jalan lahir tidak terjadi dengan kriteria : o Hb : 12 – 16 gr % o Konjungtiva tak anemis o Tidak tampak pucat o Tanda dan gejala shock hipovolemik - | 1. Monitor derajat perdarahan pervaginam 2. Monitor tanda-tanda vital 3. Monitor tanda dan gejala shock hipovolemik 4. Kolaborasi tranfusi 5. kolaborasi pemeriksaan darah rutin | o Tolok ukur rencana dan evaluasi perawatan o Penurunan cardiac output merangsang tubuh melakukan kompensasi peningkatan detak jantung o Penurunan volume intravaskuler menurunkan preload dan berpengaruh pada cardiac output. o Pengisian volume intravaskuler o Dasar rencana dan evaluasi rencana keperawatan |
4. | Resiko infeksi b/d tindakan invasifg dan pembedahan | Setelah dilakukan tindakan keperawatan infeksi tidak terjadi. o Tanda dan gejala ISK – o Tanda dan gejala infeksi luka operasi – o TTV dalam batas normal | 1. Proteksi infeksi 2. Kontrol infeksi 3. Site care 4. Self care | o Meminimalkan terpaparnya organisme infeksi, mencegah kontaminasi & transmisi infeksi. o Deteksi dini infeksi & menentukan intervensi yang tepat o Mencegah dan meminimalkan kolonisasi bakteri o Mencegah media untuk kembang biak kuman dan meminimalkan kolonisasi bakteri |
No comments:
Post a Comment