multi info, hiburan, pengetahuan, dan aneka informasi

Hindari Bakteri Sakazakii pada Susu Formula

Kalangan masyarakat resah atas temuan hasil penelitian awal oleh Institut Pertanian Bogor (IPB) mengenai adanya dugaan sebagian susu formula tercemar oleh bakteri enterobacter sakazakii. Sebab, konsumsi susu formula bagi bayi dan anak di bawah usia lima tahun (balita) untuk mengoptimalkan tumbuh kembang relatif tinggi .
 
"Masyarakat harus berhati-hati dalam membeli produk susu formula dan makanan bayi. Produk pangan yang tercemar enterobacter sakazakii membahayakan kesehatan bayi," kata Direktur Standardisasi Produk Pangan Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM), Sri Irawati Susalit, Kamis (28/2), di Kantor Badan POM, Jalan Percetakan Negara, Jakarta.
 
Enterobacter sakazakii adalah bakteri gram negatif yang tahan panas dan tidak membentuk spora. Secara klinis, cemaran enterobacter sakazakii menimbulkan diare yang bila tidak diobati dapat menimbulkan dehidrasi dan dapat berakibat fatal pada kesehatan bayi dan anak balita.
 
Pada tahun 2005, World Health Assembly (WHA) menginformasikan pada negara-negara anggota mengenai ada kemungkinan cemaran mikroba enterobact er sakazakii pada susu formula. WHA lalu mengeluarkan resolusi agar Badan Kesehatan Dunia (WHO) serta Badan Pangan dan Agrikultur (FAO) menyiapkan pedoman, pesan dan pelabelan produk tentang penyiapan penyimpanan dan penanganan susu formula.
 
Belakangan ini ramai diberitakan hasil riset dari Fakultas Kedokteran Hewan Institut PertanianBogor (IPB) yang dimuat dalam situs IPB bahwa 22,73 persen susu formula (dari 22 sampel) 40 persen makanan bayi (dari 15 sampel) yang dipasarkan antara April - Juni 2006 telah terkontaminasi Enterobacter sakazakii. Sampel makanan dan susu formula yang di teliti berasal dari produk lokal. Sejumlah staf pengajar Fakultas Kedokteran Hewan IPB yang bergabung dalam penelitian ini antara lain Dr Sri Estuningsih, Drh.Hernomoadi Huminto MVS, Dr. I.Wayan T. Wibawan, Dr. Rochman Naim.
 
Penelitian ini menyimpulkan di Indonesia ada susu formula dan makanan bayi terkontaminasi E. Sakazakii yang menghasilkan enterotoksin tahan panas dan menyebabkan enteritis, sepsis dan meningitis pada bayi mencit. hasil pengamatan histopatologis yang diperoleh masih dibutuhkan penelitian senada yang lebih mendalam untuk mendukung hasil penelitian itu. Sangat penting dipahami susu formula bayi bukan produk steril, sehingga penggunaan serta penyimpanannya perlu perhatian khusus untuk menghindari kejadian infeksi karena mengkonsumsi produk itu .
 
Terkait hasil kajian ilmiah itu, Irawati menyatakan Badan POM melakukan pengawasan susu formula secara rutin setiap tahun di semua laboratorium Balai Besar POM di berbagai daerah. "Kami mengawasi susu formula melalui evaluasi premarket sebelum izin edar dan kontrol setelah produk beredar, ujarnya." Pemeriksaan cemaran mikroba merupakan bagian dari pemeriksaan rutin lembaga itu terhadap produk pangan, termasuk susu formula.

Isu Susu Beracun, Masyarakat Resah tapi Tetap Beli
 
Isu tentang ditemukannya bakteri enterobacter sakazakii pada sejumlah produk susu formula dan makanan bayi memang membuat masyarakat yang memiliki balita resah, namun pada faktanya kebutuhan akan susu cukup mendesak.
 
Widi, perempuan yang memiliki bayi berusia 9 bulan,  mengaku ketar-ketir dengan merebaknya isu susu formula yang mengandung racun. Namun begitu, Widi tetap memilih untuk memberi susu yang direkomendasikan oleh dokter pribadinya. "Saya sebenarnya ngeri juga, kan itu juga belum diumumin ya apa aja (produknya), tapi kalo saya emang tetep pakai susu yang direkomendasi dokternya sejak lahir. Takut juga ya, soalnya kan itu ke otak. Tapi untungnya, kemarin anak saya baru diimunisasi untuk selaput otak, jadi agak tenang," ujarnya ketika ditemui di salah satu pusat perbelanjaan di kawasan Lebak Bulus, Kamis (28/2).
 
Sementara itu, Rahma, perempuan yang memiliki dua orang anak yang sedang berbelanja beberapa produk susu di salah satu pusat perbelanjaan di Permata Hijau juga mengaku was-was hingga merembet ke produk susu yang lain, yaitu susu untuk ibu hamil karena kandungannya sudah mencapai 5 bulan. Dia juga kini lebih berhati-hati dengan mengendalikan pembelian jumlah susu.
 
"Khawatir juga sih. Tapi masalahnya kan kita di rumah minum susu terus. Saya juga lagi hamil begini, kan jadi takut kalau salah-salah. Sekarang aja saya beli susunya dikit-dikit dulu, biar nanti kalau diumumin ternyata salah, nggak rugi-rugi amat. Biasanya langsung beli empat kotak yang 800 gram. Sekarang beli kemasan yang 400 gram aja, satu-satu," ujarnya.
 
Kebingungan msyarakat terhadap isu susu beracun memang beralasan karena informasi yang tidak jelas dari pemerintah maupun pihak peneliti. "Saya juga ngeri. Tapi saya bingung, itu khusus susu bayi aja atau juga untuk anak-anak umur segini (umur 7 tahun). Saya juga milih-milih jadinya, kira-kira apa ya. Tapi bingung juga pertimbangannya apa," ujar Lita bingung ketika memilih-memilih produk susu.
 
Sementara itu, menurut Wati, salah satu (Sales Promotion Girl (SPG) susu di salah satu pusat perbelanjaan di Permata Hijau, tidak ada perubahan jumlah dan pola pembelian konsumen susu formula dan makanan bayi. "Banyak sih yang nanya tentang isu itu, susu mana yang beracun. Saya kan SPG aja, jadi nggak tahu apa-apa. Jadi mereka langsung nanya ke Sales Managernya. Tapi setelah itu, mereka tetap beli juga susu yang biasa dipakai," kata Wati.
 
Wati juga menambahkan distribusi susu ke tempatnya bekerja juga normal, tidak ada penurunan jumlah produk susu yang masuk untuk dijual. (C2-08)
 
Para Ibu Resahkan Susu Formula Berbakteri
 
Sebagian warga di Sukabumi, baik kota maupun kabupaten resah adanya informasi susu formula yang mengandung bakteri membahayakan 'Enterobacter Sakazakii', sehingga warga mulai mengurangi pembelian susu formula. "Saya kaget sekali ada susu formula yang mengandung bakteri berbahaya. Saya baru tahu setelah membaca pemberitaan di media massa," kata salah seorang warga Kota Sukabumi, Vera (25) di Sukabumi, Rabu.
 
Menurut dia, pemerintah harus menjelaskan secara rinci susu apa saja yang berbahaya dengan merk yang dilarang, sehingga warga masyarakat dapat menghindarinya. "Saat ini masih banyak warga yang tidak tahu, sehingga merasa khawatir dan resah jika hasil penelitian itu benar-benar berdampak pada anak-anaknya," ujarnya.
 
Hal senada juga dikatakan Yuli (30) warga Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Sukabumi, bahwa dirinya baru mengetahui adanya susu formula yang mengandung bakteri berbahaya dari media elektronik, sehingga dirinya mengurangi jumlah pembelian susu formula untuk anaknya. Ia mengaku khawatir jika informasi bakteri yang berbahaya tersebut ada dalam susu yang diminum oleh anaknya selama ini.
 
"Saya takut terjadi apa-apa kepada anak saya. Saya minta pemerintah turun tangan memberikan penjelasan terkait peredaran susu formula yang mengandung bakteri berbahaya itu," ujarnya seraya menyebutkan, saat ini dirinya masih membeli susu formula, namun dirinya lebih berhati-hati.
 
Warga lainnya di kecamatan yang sama, Noor (33) mengaku khawatir dan resah karena pemberitaan susu formula yang mengandung zat berbahaya, bahkan dirinya terus mencari tahu kebenaran informasi tersebut dengan membeli media cetak.
 
Sementara beredarnya informasi susu formula yang mengandung bakteri yang berbahaya tidak terlalu berpengaruh pada omzet penjualan susu formula, pasalnya masih banyak warga Sukabumi yang belum mengetahuinya. "Jumlah pembelian susu formula tidak berpengaruh oleh isu bakteri karena masih banyak warga yang belum tahu," ujar salah seorang pegawai toko susu di Jalan Jenderal Ahmad Yani Kota Sukabumi, Nita.
 
Kegelisahan juga terjadi di kota-kota lain, termasuk Jakarta dan wilayah-wilayah lain. Beberapa ibu menanyakan produk susu apa saja yang dikatakan mengandung bakteri.

No comments:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Blog Archive