Gubernur Lemhanas Muladi mengatakan untuk mengatasi dan mengantisipasi masalah teror yang terjadi di negeri ini perlu dibentuk badan khusus anti terorisme di Indonesia.
"Badan anti terorisme ini nantinya akan bertugas untuk melakukan tidakan preemtif, preventif dan penanganan kasus teror yang terjadi di negeri ini sehingga tidak hanya bertugas sesaat, seperti Densus 88," katanya seusai ceramah umum dalam rangka Kunjungan Siswa Lemhanas Program Pendidikan Regular Angkatan XLII Tentang Studi Strategi Dalam Negeri ke Sumatra Selatan di Palembang, Selasa (4/8).
Menurutnya, penanganan terorisme harus menjadi program permanen sehingga dapat mengantisipasi terjadinya teror di negeri ini. "Karena saat ini akibat hanya Densus 88 yang bertugas mengatasi masalah teroris, cenderung tidak bisa berkerja optimal sehingga seringkali
menimbulkan persepsi dan hasil berbeda dalam mengungkap masalah usai pengeboman," tambahnya.
Ia mengatakan, badan anti terorisme tersebut menjadi wadah untuk memerangi teror secara fundamental. Namun peran serta masyarakat juga harus terus digalakan sehingga tidak hanya kelompok profesional yang aktif mengantisipasi masalah teror tetapi rakyat juga sama-sama masih memerangi teror.
Muladi menjelaskan, seluruh elemen masyarakat mulai dari keluarga RT/RW diharapkan berpastisipasi mencegah terjadinya teror. "Kalau ada warga asing harap segera disikapi dengan melaporkan ke Ketua RT/RW terdekat," ujarnya.
Aparat keamanan, katanya, juga diminta lebih peka dalam menjaga tempat-tempat vital, seperti imigrasi, bea cukai dan lokasi lainnya yang dinilai dapat menjadi perantara terjadinya kejahatan, tidak hanya bersifat teror.
"Jalur-jalur masuk ke berbagai daerah baik dari udara, darat dan sungai atau laut pun harus dijaga secara intensif sehingga tidak terjadi penyusupan atau penyelundupan," kata Muladi. (Ant/OL-01)
"Badan anti terorisme ini nantinya akan bertugas untuk melakukan tidakan preemtif, preventif dan penanganan kasus teror yang terjadi di negeri ini sehingga tidak hanya bertugas sesaat, seperti Densus 88," katanya seusai ceramah umum dalam rangka Kunjungan Siswa Lemhanas Program Pendidikan Regular Angkatan XLII Tentang Studi Strategi Dalam Negeri ke Sumatra Selatan di Palembang, Selasa (4/8).
Menurutnya, penanganan terorisme harus menjadi program permanen sehingga dapat mengantisipasi terjadinya teror di negeri ini. "Karena saat ini akibat hanya Densus 88 yang bertugas mengatasi masalah teroris, cenderung tidak bisa berkerja optimal sehingga seringkali
menimbulkan persepsi dan hasil berbeda dalam mengungkap masalah usai pengeboman," tambahnya.
Ia mengatakan, badan anti terorisme tersebut menjadi wadah untuk memerangi teror secara fundamental. Namun peran serta masyarakat juga harus terus digalakan sehingga tidak hanya kelompok profesional yang aktif mengantisipasi masalah teror tetapi rakyat juga sama-sama masih memerangi teror.
Muladi menjelaskan, seluruh elemen masyarakat mulai dari keluarga RT/RW diharapkan berpastisipasi mencegah terjadinya teror. "Kalau ada warga asing harap segera disikapi dengan melaporkan ke Ketua RT/RW terdekat," ujarnya.
Aparat keamanan, katanya, juga diminta lebih peka dalam menjaga tempat-tempat vital, seperti imigrasi, bea cukai dan lokasi lainnya yang dinilai dapat menjadi perantara terjadinya kejahatan, tidak hanya bersifat teror.
"Jalur-jalur masuk ke berbagai daerah baik dari udara, darat dan sungai atau laut pun harus dijaga secara intensif sehingga tidak terjadi penyusupan atau penyelundupan," kata Muladi. (Ant/OL-01)
No comments:
Post a Comment