1960
Uni Soviet dapat membusungkan dada sebagai tim yang kali pertama keluar sebagai juara Piala Eropa pada 1960, setelah mengalahkan Cekoslowakia 2-1 lewat perpanjangan waktu. Laga yang diadakan pada 10 Juli 1960 itu digelar di Paris dengan dihadiri 17.966 penonton. Soviet tampil sebagai kampiun berkat polesan pelatih Gavril Kathchalin. Kapten kesebelasan Igor Netto.
1964
Di tengah lantangnya dominasi Soviet waktu itu, Spanyol mampu unjuk gigi. Negeri yang waktu itu dipimpin oleh Jenderal Franco mengalahkan Soviet 2-1 dalam pertandingan yang digelar di Spanyol. Spanyol dilatih oleh Jose Villalonga/Miguel Munoz. Laga diadakan pada 21 Juni dengan disaksikan 79.115 penonton. Gol menentukan Spanyol dicetak oleh salah satu ikon negeri itu Marcellino lewat sundulan kepala enam menit menjelang pertandingan selesai.
1968
Tahun ini Italia juara setelah bermain imbang 1-1 melawan Yugoslavia dalam laga yang diadakan pada 8 Juni. Dua hari kemudian, Italia mencetak dua gol untuk mengusir pulang lawannya. "Azzuri" waktu itu dilatih oleh Ferrucio Valcareggi. Ban kapten dikenakan oleh Giacento Facchetti. Yugoslavia maju ke final setelah menang 1-0 atas Inggris.
1972
Tahun kebangkitan Jerman Barat yang waktu itu diperkuat oleh Sepp Maier, Franz Beckenbauer, dan Gerd 'Das Bomber' Muller. Tim Panzer mengaramkan Uni Soviet 3-0 dalam laga final yang dipentaskan di Brussel di tengah gemuruh 43.066 penonton. Helmut Schoen waktu itu jadi arsitek Jerman. Muller menyarangkan dua gol. Sebelum melaju ke final, Jerman menyingkirkan Belgia di semi-final, sementara Soviet menekuk Hungaria 1-0. Jerman mengukuhkan diri sebagai kekuatan sepakbola dunia waktu itu dengan menyabet gelar Piala Dunia 1974.
1976
Cekoslowakia bak meteor karena melesat kemudian menantang Jerman pada final yang digelar pada 20 Juni. Kedua tim bermain imbang 2-2. Lewat perpanjangan waktu, pelatih Vaclav Jezek membawa Cekoslowakia merebut gelar Piala Eropa lewat adu penalti 5-3. Laga diselenggarakan di Beograd di tengah 30.790 penonton.
1980
Ini kali pertama Piala Eropa diikuti oleh delapan tim, sebelumnya hanya empat tim. Kejutan terjadi karena Belgia masuk final, meski akhirnya harus mengakui keperkasaan Jerman 1-2 dalam laga yang ketat. Belgia menyingkirkan sejumlah negara yang telah malang melintang di arena sepakbola Eropa. Sebut saja, Italia yang menjadi tuan rumah dan Inggris. Dua gol yang disarangkan oleh Horst Hrubesch membungkam harapan pendukung Belgia. Tokoh di balik sukses Jerman yakni pelatih Jupp Derwall.
1984
Di hadapan publik Paris, Prancis menorehkan sejarah dalam lintas sejarah sepakbola Eropa dengan mengalahkan Spanyol 2-0 dalam laga final yang diselenggarakan pada 27 Juni. Prancis memupus Jerman Barat yang nota bene telah mendominasi kancah sepakbola di Eropa jaman itu. Sebelum menantang Spanyol, Prancis yang dilatih oleh Michel Hidalgo mampu menekuk Portugal di laga semi-final. Nama Michel Platini mulai mencuat dan mengundang decak kagum pecinta sepakbola dunia. Prancis juga diperkuat oleh gelandang Jean Tigana.
1988
Tahun ini nama Ruud Gullit mulai berkibar. Belanda tampil sebagai juara mengalahkan Uni Soviet 2-0 dalam laga final yang diadakan pada 25 Juni dengan disaksikan 62.770 penonton. Belanda di bawah pelatih Rinus Michel mengintroduksi total football. Publik yang menyaksikan laga final mendapat suguhan menawan dengan gol Marco van Basten. Dia melakukan tendangan voli yang membuat penjaga gawang Soviet Rinat Dasaev tampak terperangah. Soviet terus menggempur pertahanan Belanda. Kiper Belanda Hans van Breukelen membuat beberapa aksi penyelamatan, bahkan menghalau tendangan penalti yang dieksekusi oleh salah satu pemain depan Soviet. Panji Belanda begitu kokoh berkibar karena ditopang oleh sejumlah pemain berkualitas, misalnya van Basten, Ruud Gullit dan Frank Rijkaard. Jerman Barat merasakan keampuhan dari trio Belanda itu di laga semi-final.
1992
Tahun ini Denmark mulai mendongeng kepada pubik dunia. Di bawah pelatih Richard Moeller-Nielsen, Jerman mengakui kehandalan pasukan Negeri Dongeng dengan skor 0-2. Dengan kapten kesebelasan Lars Olsen, publik Gothenburg tersentak karena Denmark di bawah kapten Lars Olsen mampu memotivasi rekan-rekannya untuk meredam laju "Tim Panzer" Jerman. "Seharusnya saya membangun sebuah dapur baru. Meski kami tampil di Swedia," kata Moeller-Nielsen. "Saya telah selesai membangun dapur itu. Saya telah menjadi dekorator profesional di sini." Tim asal negeri penulis dongeng anak-anak Hans Christian Andersen ini bertumpuk kepada dua pemain bersaudara Michael Laudrup dan Brian Laudrup. Keduanya memporakporandakan barisan pertahanan Belanda di semi-final. Tim total football mengakui bahwa Denmark sedang memasang dinamit ke segala lini pertahanan lawan. Penjaga gawang Peter Schmeichel mampu menahan tendangan penalti yang diambil oleh van Basten.
1996
Ini kali pertama Piala Eropa diikuti oleh 16 negara, yang sebelumnya delapan negara. Jerman di bawah pelatih Berti Vogts mengakhiri kerinduan publik untuk memboyong Piala Eropa. Jerman memupus harapan Ceko dengan skor 2-1. Nama Oliver Bierhoff mengukir nama sebagai pencetak gol emas bagi timnya dalam laga yang digelar di stadion Wembley, Inggris yang dihadiri 73.611 penonton. Pada tahun ini juga, Prancis mencatat tinta emas sejarah dengan melahirkan sejumlah pemain berkelas, yakni Zinedine Zidane dan Bixente Lizarazu. Empat tahun kemudian, Prancis dibaptis sebagai juara Piala Eropa.
2000
Ini tahun pemenuhan bagi Prancis di bawah asuhan pelatih Roger Lemere. Lahirnya generasi emas Prancis terus menebar bibit ketakutan kepada semua tim yang coba menantang di setiap laga. Italia kena batunya. Tim Azzuri kalah 1-2 dalam final yang diadakan di hadapan publik Rotterdam. Prancis memberi kepercayaan kepada Didier Deschamps sebagai kapten kesebelasan. Gol kemenangan Prancis dicetak oleh David Trezeguet setelah kedua tim menjalani perpanjangan waktu.
2004
Tampil sebagai tim underdog, Yunani di bawah asuhan pelatih Otto Rehhagel asal Jerman mampu membungkam Portugal dengan skor 1-0 di laga final yang digelar di Lisbon. Publik tuan rumah sontak terdiam dengan gol semata wayang yang dicetak oleh Angelos Charisteas. Luis Figo yang mengusung label sebagai generasi emas seakan mengalami mimpi buruk dengan kalah di hadapan publik sendiri. Kenangan manis dari negeri para filsuf ini tercatat saat memberi pelajaran kepada Republik Ceko yang saat itu diperkuat oleh sejumlah pemain muda. (*)
Keterangan
* setelah perpanjangan waktu
** pertandingan ulang
*** adu penalti
Antonim
No comments:
Post a Comment