Ammar Zabin: Tahanan Palestina dengan Vonis 26 Kali Seumur Hidup
Pada hari Ahad, di kota Nablus, telah dimakamkan Haji Abdul Rahman al Zabin, ayah tahanan Palestina di penjara Israel, Ammar Zabin, yang dijatuhi hukuman penjara 26 kali seumur hidup, dan sudah mendekam di penjara Israel sejak sepuluh tahun yang lalu.
Banyaknya para pelayat yang turut mengantarkan pemakaman menunjukan kedudukan penting keluarga Zabib dalam kancah perjuang Palestina di mata rakyat Nablus, Tepi Barat.
Aisha Zabin, ibu dari Ammar Zabin sebelumnya telah gugur dalam aksi mogok makan sebagai bentuk solidaritas untuk para tahanan Palestina pada tahun 2004. Dengan demikian Ammar telah kehilangan kedua orangtuanya selama dalam penahanan.
Keluarga Zabin memiliki sejarah panjang penderitaan. Pada tahun 1994 putra keluarga ini, Bashar Zabin gugur di tangan pasukan penjajah Israel di Nablus, yang disusul kemudian dengan penahanan Ammar Zabin pada tahun 1998. Dia dijatuhi hukuman penjara 26 kali seumur hidup. Kemudian pada tahun 2004 ibunya meninggal dunia dalam aksi mogok makan. Sampai akhirnya ayahnya, Haji Abdul Rahman Zabin meninggal dunia, kemarin, tanpa bisa melihat putranya yang mendekam di penjara Israel, setelah ada optimisme pembebasan Ammar dalam waktu dekat dari penjara Israel bersama para tahanan Palestina lainnya melalui pertukaran dengan serdadu Israel Gilad Shalit.
Fuad Khafash, direktur "Pusat Studi Tahanan dan HAM", mengatakan, "Selama menggali kuburan Bashar Zabin, kakak Ammar Zabin, untuk memakamkan ayahnya di kuburan yang sama, kami semua dikejutkan dengan darah yang masih basah pada jasad Bashar, dan tubuhnya tidak membusuk, bahkan kain penutup yang digunakan untuk membungkus tubuhnya belum hancur!".
Khaffash menyebutkan, kondisi paling sulit yang menimpa para tahanan dan mempengaruhi psikologi dan spiritnya adalah hilangnya salah seorang kerabat. Penderitaan yang dialami tahanan Ammar Zaib bertumpuk-tumpuk. Dia sudah kehilangan ayah dan ibunya, sementara dia sendiri dalam tahanan. Dan sebelumnya dia sudah kehilangan saudaranya, Bashar Zabin.
Khaffash mengatakan, "Menurut data yang disebutkan pihak perlawanan Palestina yang melakukan perundingan pertukaran dengan Shalit, Ammar termasuk di antara nama-nama yang harus dibebaskan, dan berharap bisa menemukan satu dari anggota keluarganya. Namun taqdir Allah menetapkan lain, dia telah kehilangan seluruh anggota keluarganya, sementara dia masih dalam tahanan."
Pada hari Ahad, di kota Nablus, telah dimakamkan Haji Abdul Rahman al Zabin, ayah tahanan Palestina di penjara Israel, Ammar Zabin, yang dijatuhi hukuman penjara 26 kali seumur hidup, dan sudah mendekam di penjara Israel sejak sepuluh tahun yang lalu.
Banyaknya para pelayat yang turut mengantarkan pemakaman menunjukan kedudukan penting keluarga Zabib dalam kancah perjuang Palestina di mata rakyat Nablus, Tepi Barat.
Aisha Zabin, ibu dari Ammar Zabin sebelumnya telah gugur dalam aksi mogok makan sebagai bentuk solidaritas untuk para tahanan Palestina pada tahun 2004. Dengan demikian Ammar telah kehilangan kedua orangtuanya selama dalam penahanan.
Keluarga Zabin memiliki sejarah panjang penderitaan. Pada tahun 1994 putra keluarga ini, Bashar Zabin gugur di tangan pasukan penjajah Israel di Nablus, yang disusul kemudian dengan penahanan Ammar Zabin pada tahun 1998. Dia dijatuhi hukuman penjara 26 kali seumur hidup. Kemudian pada tahun 2004 ibunya meninggal dunia dalam aksi mogok makan. Sampai akhirnya ayahnya, Haji Abdul Rahman Zabin meninggal dunia, kemarin, tanpa bisa melihat putranya yang mendekam di penjara Israel, setelah ada optimisme pembebasan Ammar dalam waktu dekat dari penjara Israel bersama para tahanan Palestina lainnya melalui pertukaran dengan serdadu Israel Gilad Shalit.
Fuad Khafash, direktur "Pusat Studi Tahanan dan HAM", mengatakan, "Selama menggali kuburan Bashar Zabin, kakak Ammar Zabin, untuk memakamkan ayahnya di kuburan yang sama, kami semua dikejutkan dengan darah yang masih basah pada jasad Bashar, dan tubuhnya tidak membusuk, bahkan kain penutup yang digunakan untuk membungkus tubuhnya belum hancur!".
Khaffash menyebutkan, kondisi paling sulit yang menimpa para tahanan dan mempengaruhi psikologi dan spiritnya adalah hilangnya salah seorang kerabat. Penderitaan yang dialami tahanan Ammar Zaib bertumpuk-tumpuk. Dia sudah kehilangan ayah dan ibunya, sementara dia sendiri dalam tahanan. Dan sebelumnya dia sudah kehilangan saudaranya, Bashar Zabin.
Khaffash mengatakan, "Menurut data yang disebutkan pihak perlawanan Palestina yang melakukan perundingan pertukaran dengan Shalit, Ammar termasuk di antara nama-nama yang harus dibebaskan, dan berharap bisa menemukan satu dari anggota keluarganya. Namun taqdir Allah menetapkan lain, dia telah kehilangan seluruh anggota keluarganya, sementara dia masih dalam tahanan."
No comments:
Post a Comment