Para ilmuwan Inggris baru-baru ini ingin mengetahui apakah mungkin terwujud seekor tikus yang dapat berbicara atau seekor anjing yang memiliki tangan atau kaki manusia. Di satu sisi mereka menilai mungkin itu terlalu jauh dalam penelitian medis. Hal ini mengingatkan kita akan sebuah film Island of Dr. Moreau (1996) di mana satu pulau terdapat komunitas hasil rekaan seorang ilmuwan yang mencampur gen manusia dengan hewan.
Sebagaimana diberitakan Science News, Kamis (12/11) Britain’s Academy of Medical Sciences, Selasa meluncurkan sebuah studi guna mengetahui penggunaan hewan yang mengandung bahan manusia dalam penelitian ilmiah. Pekerjaan ini diperkirakan akan memakan waktu setidaknya satu tahun.
Tetapi para ilmuwan berharap ini akan membantu menetapkan pedoman bagi para ilmuwan di Inggris dan di seluruh dunia seputar seberapa jauh masyarakat siap untuk melihat para ilmuwan mencampur gen manusia menjadi hewan untuk menemukan cara-cara dalam memerangi berbagai penyakit.
Menggunakan bahan campuran pada hewan dan manusia bukanlah kasus yang baru. Sebelumnya, para ilmuwan telah menciptakan monyet rhesus macaque yang memiliki bentuk manusia dari gen Huntingdon sehingga mereka dapat meneliti bagaimana mengembangkan penyakit. Juga tikus dengan jantung yang terbuat dari sel-sel manusia digunakan untuk mempelajari efek obat-obatan baru.
Tetapi para ilmuwan mengatakan teknologi untuk membuat semakin besar jumlah materi genetik manusia menjadi hewan ini menyebar dengan cepat di seluruh dunia, meningkatkan kemungkinan bahwa beberapa ilmuwan mungkin ingin mendorong dirinya keluar batas.
“Ada keseluruhan teknik ilmiah baru yang akan membuatnya tidak hanya lebih mudah, tetapi juga lebih penting untuk dapat melakukannya pada eksperimen antar spesies,” kata Martin Bobrow, profesor genetika medis dari Cambridge University dan ketua dari 14 kelompok anggota ilmuwan.
Tahun lalu telah trejadi perdebatan yang hangat antar ilmuwan di Inggris soal penciptaan embrio manusia-hewan untuk eksperimentasi, sistem hukum memungkinkan di sana. Baris hukum tersebut menarik intervensi dari kelompok-kelompok keagamaan yang mengatakan eksperimen tersebut termasuk jalan sesat.
Sedangkan para ilmuwan mengatakan eksperimen itu sangat penting dalam penelitian obat untuk penyakit. Seorang Kardinal Katolik mengatakan bahwa eksperimen tersebut seperti “Frankenstein.”
Sumber: Harian-Global
Sebagaimana diberitakan Science News, Kamis (12/11) Britain’s Academy of Medical Sciences, Selasa meluncurkan sebuah studi guna mengetahui penggunaan hewan yang mengandung bahan manusia dalam penelitian ilmiah. Pekerjaan ini diperkirakan akan memakan waktu setidaknya satu tahun.
Tetapi para ilmuwan berharap ini akan membantu menetapkan pedoman bagi para ilmuwan di Inggris dan di seluruh dunia seputar seberapa jauh masyarakat siap untuk melihat para ilmuwan mencampur gen manusia menjadi hewan untuk menemukan cara-cara dalam memerangi berbagai penyakit.
Menggunakan bahan campuran pada hewan dan manusia bukanlah kasus yang baru. Sebelumnya, para ilmuwan telah menciptakan monyet rhesus macaque yang memiliki bentuk manusia dari gen Huntingdon sehingga mereka dapat meneliti bagaimana mengembangkan penyakit. Juga tikus dengan jantung yang terbuat dari sel-sel manusia digunakan untuk mempelajari efek obat-obatan baru.
Tetapi para ilmuwan mengatakan teknologi untuk membuat semakin besar jumlah materi genetik manusia menjadi hewan ini menyebar dengan cepat di seluruh dunia, meningkatkan kemungkinan bahwa beberapa ilmuwan mungkin ingin mendorong dirinya keluar batas.
“Ada keseluruhan teknik ilmiah baru yang akan membuatnya tidak hanya lebih mudah, tetapi juga lebih penting untuk dapat melakukannya pada eksperimen antar spesies,” kata Martin Bobrow, profesor genetika medis dari Cambridge University dan ketua dari 14 kelompok anggota ilmuwan.
Tahun lalu telah trejadi perdebatan yang hangat antar ilmuwan di Inggris soal penciptaan embrio manusia-hewan untuk eksperimentasi, sistem hukum memungkinkan di sana. Baris hukum tersebut menarik intervensi dari kelompok-kelompok keagamaan yang mengatakan eksperimen tersebut termasuk jalan sesat.
Sedangkan para ilmuwan mengatakan eksperimen itu sangat penting dalam penelitian obat untuk penyakit. Seorang Kardinal Katolik mengatakan bahwa eksperimen tersebut seperti “Frankenstein.”
Sumber: Harian-Global
No comments:
Post a Comment