BUTA berdasarkan orang awam adalah kondisi yang tidak bisa melihat sesuatu apa pun yang ada dihadapannya. Tapi menurut ilmu kedokteran bidang mata dan organisasi kesehatan dunia (WHO), bila seseorang masih dapat melihat atau menghitung jari dengan jarak kurang dari 3 meter (< 3/60) maka ia sudah dikatakan buta.
dr Alie Solahuddin, SpM, spesialis Mata dari Rumah Sakit Muhammad Husein mengatakan, pada 2000 tercatat 50 juta penduduk dunia mengalami kebutaan dan diperkirakan tahun 2020 akan meningkat menjadi 70 juta jiwa bila tidak ditanggulangi dengan serius. Penderita kebutaan ini terbanyak pada penduduk dengan ekonomi sangat miskin.
’’Penyebab terbanyak kebutaan adalah katarak. Di samping itu, disebabkan juga oleh galukoma, jaringan parut kornea, Gangguan retina akibat kencing manis, degenerasi makula akibat usia, dan kelainan refraksi ( kaca mata ),’’ungkapnya.
Alie—sapaan akrab pria ini mengatakan, kekeruhan pada lensa yang disebut katarak merupakan salah satu kelainan terbanyak yang menyebabkan kebutaan Kebutaan akibat katarak inilah yang dapat disembuhkan.
’’Kasus katarak ini terbanyak di negara ketiga termasuk di Indonesia, Angka kejadian katarak 0,78 % dan angka pertumbuhan katarak pertahun 0,1 % dari jumlah penduduk,’’jelasnya seraya menambahkan jadi jumlah penderita katarak di Indonesia bila jumlah penduduk saat ini 300 juta jiwa maka penderita katarak 2,34 juta jiwa dan tiap tahun muncul kasus baru 300 ribu jiwa.
Alie menjelaskan, untuk di Sumatera Selatan dengan jumlah penduduk kira-kira 7 juta maka penderita katarak adalah 54.600 jiwa dan kasus baru tiap tahun 7 ribu jiwa. Dapat dibayangkan apa yang akan terjadi bila kasus katarak ini terus bertambah.
’’Usia merupakan penyebab terbanyak terjadinya katarak yang disebut dengan katarak senelis. Dengan meningkatnya derajat kesehatan hingga usia harapan hidup pun meningkat maka katarak senelis pun meningkat,’’ujar Alie.
Selain itu, penyebab lain katarak adalah trauma pada mata. Baik langsung maupun tidak langsung, radiasi, gangguan metabolik dan peradangan. Hampir 100 % orang akan mengalami katarak terutama sekali katarak karena usia, akan tetapi usia timbulnya katarak dan derajat kekeruhannya setiap orang dapat berbeda-beda.
Mengapa demikian, ini dikarenakan perbedaan kebiasaan gaya hidup dan keadaan kesehatannya seperti pekerjaan, kebiasaan makanan, penyakit sistemik menahun dan faktor keturunan juga dapat mempengaruhi.
’’Secara statistik usia timbulnya katarak mulai diatas usia 45 tahun dan semakin banyak usia diatas 60 tahun,’’bebernya.
Ia menambahkan, terjadinya katarak memang tidak dapat dicegah, akan tetapi dapat diperlambat. Ada beberapa faktor yang dapat mempercepat terjadinya katarak seperti penyakit kencing manis, penggunaan obat steroid jangka panjang, radiasi sinar ultra violet. ’’Pekerjaan dapat mempengaruhi timbulnya katarak. Tentu akan berbeda seorang pekerja diluar dengan didalam gedung,’’tuturnya.
Pekerja diluar gedung, lanjutnya akan lebih banyak dan sering terpapar sinar matahari secara langsung. Ada kebiasaan baik petani zaman dahulu, mereka biasa menggunakan topi caping untuk mengurangi paparan sinar matahari, tetapi kebiasan ini hampir punah.
’’Pada penderita katarak yang berhubungan dengan usia keluhan utamanya adalah penglihatan semakin kabur seperti ada asap atau embun. Keluhan tambahan biasanya penderita lebih suka ditempat teduh,’’pungkasnya. (21)
dr Alie Solahuddin, SpM, spesialis Mata dari Rumah Sakit Muhammad Husein mengatakan, pada 2000 tercatat 50 juta penduduk dunia mengalami kebutaan dan diperkirakan tahun 2020 akan meningkat menjadi 70 juta jiwa bila tidak ditanggulangi dengan serius. Penderita kebutaan ini terbanyak pada penduduk dengan ekonomi sangat miskin.
’’Penyebab terbanyak kebutaan adalah katarak. Di samping itu, disebabkan juga oleh galukoma, jaringan parut kornea, Gangguan retina akibat kencing manis, degenerasi makula akibat usia, dan kelainan refraksi ( kaca mata ),’’ungkapnya.
Alie—sapaan akrab pria ini mengatakan, kekeruhan pada lensa yang disebut katarak merupakan salah satu kelainan terbanyak yang menyebabkan kebutaan Kebutaan akibat katarak inilah yang dapat disembuhkan.
’’Kasus katarak ini terbanyak di negara ketiga termasuk di Indonesia, Angka kejadian katarak 0,78 % dan angka pertumbuhan katarak pertahun 0,1 % dari jumlah penduduk,’’jelasnya seraya menambahkan jadi jumlah penderita katarak di Indonesia bila jumlah penduduk saat ini 300 juta jiwa maka penderita katarak 2,34 juta jiwa dan tiap tahun muncul kasus baru 300 ribu jiwa.
Alie menjelaskan, untuk di Sumatera Selatan dengan jumlah penduduk kira-kira 7 juta maka penderita katarak adalah 54.600 jiwa dan kasus baru tiap tahun 7 ribu jiwa. Dapat dibayangkan apa yang akan terjadi bila kasus katarak ini terus bertambah.
’’Usia merupakan penyebab terbanyak terjadinya katarak yang disebut dengan katarak senelis. Dengan meningkatnya derajat kesehatan hingga usia harapan hidup pun meningkat maka katarak senelis pun meningkat,’’ujar Alie.
Selain itu, penyebab lain katarak adalah trauma pada mata. Baik langsung maupun tidak langsung, radiasi, gangguan metabolik dan peradangan. Hampir 100 % orang akan mengalami katarak terutama sekali katarak karena usia, akan tetapi usia timbulnya katarak dan derajat kekeruhannya setiap orang dapat berbeda-beda.
Mengapa demikian, ini dikarenakan perbedaan kebiasaan gaya hidup dan keadaan kesehatannya seperti pekerjaan, kebiasaan makanan, penyakit sistemik menahun dan faktor keturunan juga dapat mempengaruhi.
’’Secara statistik usia timbulnya katarak mulai diatas usia 45 tahun dan semakin banyak usia diatas 60 tahun,’’bebernya.
Ia menambahkan, terjadinya katarak memang tidak dapat dicegah, akan tetapi dapat diperlambat. Ada beberapa faktor yang dapat mempercepat terjadinya katarak seperti penyakit kencing manis, penggunaan obat steroid jangka panjang, radiasi sinar ultra violet. ’’Pekerjaan dapat mempengaruhi timbulnya katarak. Tentu akan berbeda seorang pekerja diluar dengan didalam gedung,’’tuturnya.
Pekerja diluar gedung, lanjutnya akan lebih banyak dan sering terpapar sinar matahari secara langsung. Ada kebiasaan baik petani zaman dahulu, mereka biasa menggunakan topi caping untuk mengurangi paparan sinar matahari, tetapi kebiasan ini hampir punah.
’’Pada penderita katarak yang berhubungan dengan usia keluhan utamanya adalah penglihatan semakin kabur seperti ada asap atau embun. Keluhan tambahan biasanya penderita lebih suka ditempat teduh,’’pungkasnya. (21)
No comments:
Post a Comment