1. Pengertian Pemanasan Global (Global Warming)
Secara umum pemanasan global (global warming) dapat dikatakan bahwa pemanasan global merupakan peristiwa meningkatnya suhu rata-rata bumi yang diakibatkan oleh meningkatnya penggunaan teknologi dan aktivitas manusia sehingga menyebabkan meningkatnya gas-gas rumah kaca (Notoatmodjo, 2007 : 350).
Menurut (Utami, 2003) dikutip dari Notoatmodjo. pemanasan global adalah sebuah fenomena ketika energy yang berasal dari radiasi matahari diserap oleh permukaan bumi dan dilepas kembali sebagai energi infra merah yang tidak dapat menembus keluar angkasa karena terhambat atau terperangkap oleh berbagai macam gas rumah kaca yang ada di atmosfer. (Notoatmodjo,2007 : 350).
Pemanasan global adalah kejadian meningkatnya temperatur rata-rata atmosfer, laut dan daratan bumi (Syahid, 2010).
2. Penyebab Pemanasan Global (Global Warming)
Penyebab Pemanasan Global (Global Warming) adalah sebagai berikut :
a. Efek rumah kaca
Segala sumber energi yang terdapat di Bumi berasal dari Matahari. Sebagian besar energi tersebut berbentuk radiasi gelombang pendek, termasuk cahaya tampak. Ketika energi ini tiba permukaan Bumi, ia berubah dari cahaya menjadi panas yang menghangatkan Bumi. Permukaan Bumi, akan menyerap sebagian panas dan memantulkan kembali sisanya. Sebagian dari panas ini berwujud radiasi infra merah gelombang panjang ke angkasa luar. Namun sebagian panas tetap terperangkap di atmosfer bumi akibat menumpuknya jumlah gas rumah kaca. Gas rumah kaca ini diantaranya adalah :
1) Uap air
Gas rumah kaca yang paling banyak adalah uap air yang mencapai atmosfer akibat penguapan air dari laut, danau dan sungai. Uap air adalah gas rumah kaca yang timbul secara alami dan bertanggungjawab terhadap sebagian besar dari efek rumah kaca. Konsentrasi uap air berfluktuasi secara regional, dan aktifitas manusia tidak secara langsung mempengaruhi konsentrasi uap air kecuali pada skala lokal.
Karbon dioksidaadalah gas terbanyak kedua. Ia timbul dari berbagai proses alami seperti: letusan gunung berapi, hasil pernafasan hewan dan manusia yang menghirup oksigen dan menghembuskan karbon dioksida dan pembakaran material organik seperti tumbuhan. Manusia telah meningkatkan jumlah karbon dioksida yang dilepas ke atmosfer ketika mereka membakar bahan baker fosil, limbah padat, dan kayu untuk menggerakkan kendaraan dan menghasilkan listrik. Pada saat yang sama, jumlah pepohonan yang mampu menyerap karbon dioksida semakin berkurang akibat perambahan hutan untuk diambil kayunya maupun untuk perluasan lahan pertanian. Karbon dioksida dapat berkurang karena terserap oleh lautan dan diserap tanaman untuk digunakan dalam proses fotosintesis. Fotosintesis adalah proses memecah karbon dioksida dan melepaskan oksigen ke atmosfer serta mengambil atom karbonnya. Walaupun lautan dan proses alam lainnya mampu mengurangi karbon dioksida di atmosfer, aktifitas manusia yang melepaskan karbon dioksida ke udara jauh lebih cepat dari kemampuan alam untuk menguranginya.
3) Nitrous Dioksida (N2O)
Nitrous dioksidaadalah gas insulator panas yang sangat kuat. Ia dihasilkan terutama dari pembakaran bahan bakar fosil dan oleh lahan pertanian. Nitrous dioksida dapat menangkap panas 300 kali lebih besar dari karbondioksida. HFCs (Hydrofluorocarbons), PFCs (Perfluorocarbons) dan SF6(Sulphur hexafluoride). Gas rumah kaca lainnya dihasilkan dari berbagai proses manufaktur. Campuran berflourinasi dihasilan dari peleburan aluminium. HFCs (Hydrofluorocarbons) terbentuk selama manufaktur berbagai produk, termasuk busa untuk insulasi, perabotan (furniture), dan tempat duduk di kendaraan.
4) Metana
Metana yang merupakan komponen utama gas alam juga termasuk gas rumah kaca. Ia merupakan insulator yang efektif, mampu menangkap panas 20 kali lebih banyak bila dibandingkan karbon dioksida. Metana dilepaskan ke atmosfir selama produksi dan transportasi batu bara, gas alam dan minyak bumi. Metana juga dihasilkan dari pembusukan limbah organik di tempat pembuangan sampah (landfill), bahkan dapat keluarkan oleh hewan-hewan tertentu, terutama sapi, sebagai produk samping dari pencernaan.
5) Cholorofluorocarbon(CFC)
Chlorofluorocarbonadalah sekelompok gas buatan yang mempunyai sifat-sifat, misalnya tidak beracun, tidak mudah terbakar, dan amat stabil sehingga dapat digunakan dalam berbagai peralatan dan mulai digunakan secara luas setelah Perang Dunia II. Chlorofluorocarbon yang paling banyak digunakan mempunyai nama dagang ‘Freon’. Zat-zat tersebut digunakan dalam proses mengembangkan busa, didalam peralatan pendingin ruangan dan lemari es selain juga sebagai pelarut untuk membersihkan microchip
(jurnalingkungan. 2011)
(jurnalingkungan. 2011)
Gas-gas ini menyerap dan memantulkan kembali radiasi gelombang yang dipancarkan Bumi dan akibatnya panas tersebut akan tersimpan di permukaan Bumi. Keadaan ini terjadi terus menerus sehingga mengakibatkan suhu rata-rata tahunan bumi terus meningkat.
b. Efek umpan balik
Ada beberapa efek umpan balik yang dapat menyebabkan pemanasan global diantaranya yaitu :
1) Efek umpan balik karena penguapan air. Pada kasus pemanasan akibat bertambahnya gas-gas rumah kaca seperti CO2 (Karbon dioksida), pemanasan pada awalnya akan menyebabkan lebih banyaknya air yang menguap ke atmosfer. Karena uap air sendiri merupakan gas rumah kaca, pemanasan akan terus berlanjut dan menambah jumlah uap air di udara sampai tercapainya suatu kesetimbangan konsentrasi uap air. Efek rumah kaca yang dihasilkannya lebih besar bila dibandingkan oleh akibat gas CO2 sendiri. Walaupun umpan balik ini meningkatkan kandungan air absolut di udara, kelembaban relatif udara hampir konstan atau bahkan agak menurun karena udara menjadi menghangat. Umpan balik ini hanya berdampak secara perlahan-lahan karena CO2 memiliki usia yang panjang di atmosfer.
2) Efek umpan balik karena pengaruh awan. Bila dilihat dari bawah, awan akan memantulkan kembali radiasi infra merah ke permukaan, sehingga akan meningkatkan efek pemanasan. Sebaliknya bila dilihat dari atas, awan tersebut akan memantulkan sinar Matahari dan radiasi infra merah ke angkasa, sehingga meningkatkan efek pendinginan. Apakah efek langsungnya menghasilkan pemanasan atau pendinginan tergantung pada beberapa detail-detail tertentu seperti tipe dan ketinggian awan tersebut. Detail-detail ini sulit direpresentasikan dalam model iklim, antara lain karena awan sangat kecil bila dibandingkan dengan jarak antara batas-batas komputasional dalam model iklim sekitar 125 hingga 500 km untuk model yang digunakan dalam laporan IPCC. Walaupun demikian, umpan balik awan berada pada peringkat dua bila dibandingkan dengan umpan balik uap air dan dianggap turut berperan dalam menambah pemanasan menurut Laporan Pandangan IPCC.
3) Umpan balik penting lainnya adalah hilangnya kemampuan memantulkan cahaya (albedo)oleh es, Ketika temperatur global meningkat, es yang berada di dekat kutub mencair dengan kecepatan yang terus meningkat. Bersamaan dengan melelehnya es tersebut, daratan atau air di bawahnya akan terbuka. Baik daratan maupun air memiliki kemampuan memantulkan cahaya lebih sedikit bila dibandingkan dengan es, dan akibatnya akan menyerap lebih banyak radiasi Matahari. Hal ini akan menambah pemanasan dan menimbulkan lebih banyak lagi es yang mencair, menjadi suatu siklus yang berkelanjutan.
c. Variasi matahari
Terdapat hipotesa yang menyatakan bahwa variasi dari Matahari, dengan kemungkinan diperkuat oleh umpan balik dari awan, dapat memberi kontribusi dalam pemanasan saat ini. Perbedaan antara mekanisme ini dengan pemanasan akibat efek rumah kaca adalah meningkatnya aktivitas Matahari akan memanaskan stratosfer sebaliknya efek rumah kaca akan mendinginkan stratosfer. Pendinginan stratosfer bagian bawah paling tidak telah diamati sejak tahun 1960, yang tidak akan terjadi bila aktivitas Matahari menjadi kontributor utama pemanasan saat ini. Penipisan lapisan ozon juga dapat memberikan efek pendinginan tersebut tetapi penipisan tersebut terjadi mulai akhir tahun 1970-an. Fenomena variasi Matahari dikombinasikan dengan aktivitas gunung berapi mungkin telah memberikan efek pemanasan dari masa pra-industri hingga tahun 1950, serta efek pendinginan sejak tahun 1950. Ada beberapa hasil penelitian yang menyatakan bahwa kontribusi Matahari mungkin telah diabaikan dalam pemanasan global. Dua ilmuan dari Duke University mengestimasikan bahwa Matahari mungkin telah berkontribusi terhadap 45-50% peningkatan temperatur rata-rata global selama periode 1900-2000, dan sekitar 25-35% antara tahun 1980 dan 2000. Stott dan rekannya mengemukakan bahwa model iklim yang dijadikan pedoman saat ini membuat estimasi berlebihan terhadap efek gas-gas rumah kaca dibandingkan dengan pengaruh Matahari; mereka juga mengemukakan bahwa efek pendinginan dari debu vulkanik dan aerosol sulfat juga telah dipandang remeh, Walaupun demikian, mereka menyimpulkan bahwa bahkan dengan meningkatkan sensitivitas iklim terhadap pengaruh Matahari sekalipun, sebagian besar pemanasan yang terjadi pada dekade-dekade terakhir ini disebabkan oleh gas-gas rumah kaca. (wikipedia, 2011)
Menurut (Sutjahjo 2009:6) penyebab utama pemanasan bumi adalah aktivitas manusia walaupun ada penyebab lain yang bersifat alami. Penyebab pemanasan bumi yang disebabkan oleh aktivitas manusia antara lain :
1). Pembakaran bahan bakar batu bara, misalnya untuk pembangkit listrik
2). Pembakaran minyak bumi, misalnya untuk kendaraan bermotor
3). Pembakaran gas alam, misalnya untuk keperluan memasak
Akibat dari proses pembakaran itu, karbon dioksida dan gas-gas lainnya terlepas ke atmosfer. Gas-gas tersebut disebut dengan gas rumah kaca yang memenuhi atmosfer semakin banyak maka akan semakin kuat juga menjadi insulator yang menyekat panas dari sinar matahari yang dipancarkan ke permukaan bumi. Diperkirakan proses menghangat dan mendinginnya bumi ini telah saling berganti-ganti dan kurang lebih terjadi selama 4 milyar tahun.
3. Tanda-Tanda pemanasan Global (Global Warming)
Diantara tanda-tanda pemanasan global (Global Warming) adalah :
a. Kenaikan suhu permukaan bumi dan berubahnya pola cuaca, yang dapat menimbulkan peningkatan curah hujan yang tidak biasa, semakin ganasnya angin dan badai, bahkan terjadinya bencana alam.
(Notoatmodjo,2007 : 350).
(Notoatmodjo,2007 : 350).
b. Kebakaran hutan besar-besaran
Bukan hanya di Indonesia, sejumlah hutan di Amerika Serikat juga ikut terbakar ludes. Dalam beberapa dekade ini, kebakaran hutan meluluhlantakan lebih banyak area dalam tempo yang lebih lama juga. Ilmuwan mengaitkan kebakaran yang merajalela ini dengan temperatur yang kian panas dan salju yang meleleh lebih cepat. Musim semi datang lebih awal sehingga salju meleleh lebih awal juga. Area hutan lebih kering dari biasanya dan lebih mudah terbakar.
c. Situs purbakala cepat rusak
Akibat alam yang tak bersahabat, sejumlah kuil, situs bersejarah, candi dan artefak lain lebih cepat rusak dibandingkan beberapa waktu silam. banjir, suhu yang ekstrim dan pasang laut menyebabkan itu semua. Situs bersejarah berusia 600 tahun di Thailand, Sukhotai, sudah rusak akibat banjir besar.
d. Ketinggian gunung berkurang
Tanpa disadari banyak orang, pegunungan Alpen mengalami penyusutan ketinggian. Ini diakibatkan melelehnya es di puncaknya. Selama ratusan tahun, bobot lapisan es telah mendorong permukaan bumi akibat tekanannya. Saat lapisan es meleleh, bobot ini terangkat dan permukaan perlahan terangkat kembali.
e. Satelit bergerak lebih cepat
Emisi karbondioksida membuat planet lebih cepat panas, bahkan berimbas ke ruang angkasa. Udara di bagian terluar atmosfer sangat tipis, tapi dengan jumlah karbondioksida yang bertambah, maka molekul di atmosfer bagian atas menyatu lebih lambat dan cenderung memancarkan energi, dan mendinginkan udara sekitarnya. Makin banyak karbondioksida di atas sana, maka atmosfer menciptakan lebih banyak dorongan, dan satelit bergerak lebih cepat.
f. Hanya yang Terkuat yang Bertahan
Akibat musim yang kian tak menentu, maka hanya mahluk hidup yang kuatlah yang bisa bertahan hidup. Misalnya, tanaman berbunga lebih cepat tahun ini, maka migrasi sejumlah hewan lebih cepat terjadi. Mereka yang bergerak lambat akan kehilangan makanan, sementar mereka yang lebih tangkas, bisa bertahan hidup. Hal serupa berlaku bagi semua mahluk hidup termasuk manusia.
g. Pelelehan Besar-besaran
Bukan hanya temperatur planet yang memicu pelelehan gunung es, tapi juga semua lapisan tanah yang selama ini membeku. Pelelehan ini memicu dasar tanah mengkerut tak menentu sehingga menimbulkan lubang-lubang dan merusak struktur seperti jalur kereta api, jalan raya, dan rumah-rumah. Imbas dari ketidakstabilan ini pada dataran tinggi seperti pegunungan bahkan bisa menyebabkan keruntuhan batuan.
h. Keganjilan di Daerah Kutub
Hilangnya 125 danau di Kutub Utara beberapa dekade silam memunculkan ide bahwa pemanasan global terjadi lebih parah di daerah kutub. Riset di sekitar sumber air yang hilang tersebut memperlihatkan kemungkinan mencairnya bagian beku dasar bumi.
i. Mekarnya Tumbuhan di Kutub Utara
Saat pelelehan Kutub Utara memicu masalah pada tanaman dan hewan didataran yang lebih rendah, tercipta pula situasi yang sama dengan saat matahari terbenam pada biota Kutub Utara. Tanaman di situ yang dulu terperangkap dalam es kini tidak lagi dan mulai tumbuh. Ilmuwan menemukan terjadinya peningkatan pembentukan fotosintesis di sejumlah tanah sekitar dibanding dengan tanah di era purba.
j. Habitat Makhluk Hidup Pindah ke Dataran Lebih Tinggi
Sejak awal dekade 1900-an, manusia harus mendaki lebih tinggi demi menemukan tupai, berang-berang atau tikus hutan. Ilmuwan menemukan bahwa hewan-hewan ini telah pindah ke dataran lebih tinggi akibat pemanasan global. Perpindahan habitat ini mengancam habitat beruang kutub juga, sebab es tempat dimana mereka tinggal juga mencair.
k. Peningkatan Kasus Alergi
Beberapa dekade terakhir kasus alergi dan asma di kalangan orang Amerika mengalami peningkatan. Pola hidup dan polusi dianggap pemicunya. Studi para ilmuwan memperlihatkan bahwa tingginya level karbondioksida dan temperatur belakangan inilah pemicunya. Kondisi tersebut juga membuat tanaman mekar lebih awal dan memproduksi lebih banyak serbuk sari yang bisa memicu alergi (Antonius, 2009).
Menurut Sutjahjo (Sutjahjo, 2009 : 6) Tanda pemanasan global dapat diamati dan dirasakan dengan adanya :
1). Pergantian musim yang tidak bisa diprediksi
2). Hujan badai sering terjadi dimana-mana
3). Sering terjadi angin puting beliung
4). Banjir dan kekeringan terjadi pada waktu yang bersamaan
5). Penyakit mewabah dibanyak tempat
6). Terumbu karang memutih
4. Dampak Pemanasan Global (Global Warming)
Pemanasan global, yang diperkirakan telah dimulai puluhan tahun yang lalu mempunyai berbagai dampak terhadap bumi kita, di antaranya sebagai berikut :
a. Iklim mulai tidak stabil
Pemanasan global dapat menyababkan kenaikan permukaan air laut akibat pencairan es di kutub, perubahan pola angin, meningkatnya badai atmosfer, bertambahnya populasi dan jenis organisme penyebab penyakit yang berdampak pada kesehatan masyarakat. Disamping itu, pemanasan global dapat menyebabkan perubahan pola curah hujan dan siklus hidrologi. Disamping itu dengan tidak stabilnya musim ini juga berdampak kepada penyebaran penyakit seperti demam berdarah.
b. Peningkatan Permukaan air laut
Berbagai studi tentang perubahan iklim memperlihatkan telah terjadi kenaikan permukaan air laut sebesar 1 - 2 meter dalam 100 tahun terakhir ini. Menurut IPCC ( intergovernmental climate change ) pada tahun 2010 permukaan air laut akan bertambah 8 – 29 cm.
c. Dampak sosial ekonomi dan politik
Tahun 2000, Indonesia telah mengalami 33 kejadian banjir, kebakaran hutan, dan 6 bencana angin topan. Hal ini semua membawa kerugian sebesar lebih $150 miliar dan 690 nyawa hilang. Bencana ini menimbulkan dampak sosial seperti perubahan mata pencaharian penduduk, terutama di daerah pertanian akibat perubahan iklim yang menyebabkan kurangnya masa panen.sehingga menyebabkan para petani mencari mata pencaharian lain yang tidak tergantung pada iklim, sehingga terjadi urbanisasi besar-besaran. Sedangkan dampak politik yang terjadi berupa hilangnya batas-batas negara atau berkurangnya pulau-pulau kecil akibat kenaikan permukaan air laut. Dengan naiknya permukaan air laut juga menyebabkan mundurnya garis pantai di sebagian besar wilayah Indonesia. Akibatnya bila ditarik garis batas 12 mil laut dari garis pantai maka sudah barang tentu wilayah Indonesia akan berkurang.
d. Sumber daya air
Perubahan suhu akibat perubahan iklim menyebabkan perubahan curah hujan serta menyebabkan pergeseran vegetasi di daerah hulu sungai, sehingga akan mempengaruhi ketersediaan air dan permukaan tanah. Secara umum di Indonesia, diperkirakan pada tahun 2080 akan terdapat 2 – 3,5 miliar penduduk yang akan mengalami kekurangan air, akibat menurunnya persediaan air tanah.
e. Topan siklon tropis
Koordinator bantuan PBB Jan Egeland mengatakan bahwa topan yang merusak kehidupan orang Amerika dan telah terjadi sejak tahun 1960-an adalah akibat pemanasan global. Pernyataan ini diperkuat oleh sejumlah ilmuan lainnya yang menyatakan bahwa topan siklon tropis terbentuk akibat gejolak di atas laut diakibatkan oleh kenaikan temperatur akibat pemanasan global. Dari Geneva dikabarkan, setelah topan Katrina dan Rita akan muncul pula topan stan di Samudra Atlantik. Untuk wilayah Atlantik, Karibia dan Teluk Meksiko nama-nama topan sepanjang tahun 2005 sudah disusun berdasarkan abjad, mulai dari Arlene hingga Wilma. Ditengahnya ada topan Katrina, Lee, Nate, Ophelia, Philipe, Rita, Stan serta Tammy.
f. Kesehatan Masyarakat
Transmisi beberapa penyakit menular sangat dipengaruhi oleh faktor iklim dan suhu. Parasit dan vektor penyakit sangat peka terhadap faktor-faktor iklim khususnya suhu dan kelembaban udara. Penyakit-penyakit tropis yang ditularkan melalui vektor seperti malaria, demam berdarah, filariasis (kaki gajah) akan makin meningkat, bukan hanya di negara yang beriklim tropis, tetapi juga di negara-negara sub-tropis, bahkan di negara yang bermusim dingin. Di Indonesia penyakit-penyakit tersebut yang semula terjadi di daerah dataran rendah, mungkin pada waktu yang akan datang akan menyebar di daerah pegunungan yang berhawa dingin, namun karena pemanasan global berubah menjadi bersuhu panas (Notoatmodjo, 2007 : 353).
Sementara itu menurut (Thompson 2009 : 136) dampak lain dari pemanasan global adalah : pembajiran daerah pesisir karena naiknya tingkat permukaan laut, kekacauan curah hujan yang mempengaruhi pola pemakaian air, dampak terhadap pertanian karena tekanan panas (kemarau), penyebaran penyakit, dan kerusakan ekosistem seperti hancurnya terumbu karang karena air laut yang panas sehingga menyebabkan hilangnya keanekaragaman hayati. Naiknya permukaan laut dapat mengakibatkan bencana besar pada mereka yang tinggal di pesisir bahkan bisa menenggelamkan beberapa Negara kepulauan seperti Maladewa.
5. Cara Mencegah Pemanasan Global (Global Warming)
Banyak hal yang bisa kita lakukan sebagai warga Bumi untuk turut berperan serta mengatasi peristiwa Pemanasan Global (Global Warming) dan Perubahan Iklim (Climate Change) yang sedang dialami Bumi, dimulai dari hal-hal kecil yang dapat dilakukan oleh semua orang dari rumah tempat kita tinggal, diantaranya seperti hal-hal berikut ini:
a. Konservasi dan efisiensi energi
Penghematan energi, bukan semata-mata untuk alasan ekonomi seperti Kepres No. 10/2005, tetapi juga untuk alasan konservasi energi. Potensi terbesar untuk penghematan energi adalah di dunia industry, dimana sebagian besar energi yang lain adalah sektor transportasi dan rumah tangga, baik dalam penggunaan listrik maupun bahan bakar lainnya.
b. Eliminasi CFC
Eliminasi CFC sangat diperlukan karena gas-gas tersebut dapat menyumbangkan 20% dari efek rumah kaca pada tahun 2030. Oleh karena itu, harus segera diambil tindakan guna penghapusan penggunaan CFC secara menyeluruh. Penggantian Freonatau CFC dengan gas lain dalam system atau peralatan pendingin udara perlu segera dilakukan.
c. Menukar bahan bakar
Emisi gas rumah kaca dari penggunaan bahan bakar fosil (minyak bumi) yang bervariasi atau menggantinya dengan bahan bakar dari bahan baku tumbuh-tumbuhan atau biogas. Untuk produksi jumlah panas atau listrik yang sama, gas alam menghasilkan CO2 40% lebih rendah dibandingkan dengan batu bara, dan sekitar 25% lebih rendah daripada minyak. Sehingga dengan menukar sumber bahan bakar dari minyak bumi ke gas alam dan biogas dapat mengurangi emisi CO2.
d. Teknologi energy yang dapat diperbaharui (renewable)
Upaya mengurangi emisi gas rumah kaca dapat dilakukan dengan mengembangkan suatu teknologi yang dapat menekan emisi penyebab efek rumah kaca, seperti PLTA, pemanas air dengan tenaga matahari, penggunaan tenaga angin dikonversi menjadi listrik maupun penangkapan metana dari tempat sampah dan kotoran manusia atau hewan menjadi energy atau listrik.
e. Reboisasi kehutanan
Untuk menyerap 10% emisi CO2 yang ada di atmosfer saat ini dapat dilakukan dengan tanaman areal seluas Zambia atau Turki, sedangkan untuk menyerap semua emisi tahunan diperlukan menanam seluas Australia (Notoatmodjo, 2007 : 356).
No comments:
Post a Comment