Buaya Sungai Santan kembali menerkam manusia. Kali ini kejadian nahas itu menimpa Masjan, 55, yang tengah mandi di belakang rumahnya di RT 01 Desa Santan Ulu Kecamatan Marangkayu Kabupaten Kutai Kartanegara, Jumat (7/5) sekitar pukul 18.00 Wita.
"Dia sudah diperingatkan oleh suaminya untuk tidak mandi karena sudah hampir maghrib," ujar Wahdian, petugas Perlindungan Masyarakat (Linmas) Desa Santan Ulu Kecamatan Marangkayu yang dikonfirmasi, Sabtu (9/5) malam ini.
Ia menjelaskan kejadian berawal saat Masjan akan membersihkan diri seperti hari-hari biasa. Namun karena terlambat hingga menjelang maghrib, Masjan tetap saja mandi sore meskipun sempat diperingatkan oleh suminya Muhadi yang berusia sekitar 70 tahun. "Berdasarkan kesaksian suaminya, saat mandi itulah monster itu menyeret korban," katanya.
Panjang buaya yang menerkam Masjan diperkirakan sekitar 6 meter. Setelah diterkam, Masjan diseret buaya masuk ke dalam sungai. Suami korban lalu memanggil warga setempat untuk mengejar buaya dan mencoba menyelamatkan korban. "Pencarian dilakukan sampai tengah malam, tetapi jasad korban belum ditemukan," katanya.
Pencarian yang melibatkan sekitar lima puluh warga dan petugas Linmas Desa Santan Ulu kemudian dilanjutkan pagi hari menggunakan tiga perahu.
"Akhirnya kami menemukan serpihan organ tubuh korban, diantaranya otak, rambut, perut dan hati. Yang lainnya belum bisa kami temukan," katanya.
Wahdian menjelaskan, lokasi penemuan organ tubuh korban yang terburai itu berjarak sekitar 1 kilometer dari lokasi kejadian. Dengan temuan organ tubuh itu, bisa dipastikan korban telah meninggal dunia.
"Sampai saat ini kami terus melakukan pencarian dengan masyarakat. Kami menggunakan perahu dan membawa tombak buaya. Mungkin kami akan mencari sampai subuh," katanya.
Ia mengatakan, proses pencarian tidak menggunakan pawang karena warga berharap bisa menemukan dan memusnahkan monster yang meresahkan masyarakat Desa Santan Ulu itu. "Hanya masyarakat dan aparat desa. Tidak ada pawang dan polisi," ujarnya.
Kejadian buaya menerkam manusia bukan yang pertama kali di Sungai Santan. Kejadian yang sama menimpa Anto, pemuda 20 tahun warga Desa Santan Ilir Kecamatan Marangkayu yang juga diterkam buaya, Jumat (18/7) silam.
"Ini sudah yang ke delapan kali terjadi di Sungai Santan," ujar Abdul Fatah, kakek korban yang juga imam Mushala di Santan Ilir Kutai Kartanegara. Pria berusia sekitar 60 tahun itu mengatakan, tak ada yang berhasil selamat dari terkaman buaya Santan.
"Waktu saya mendengar cucu saya dimakan buaya, saya langsung bilang Innalillaahi Wa Inna Ilaihirrojiun. Karena kalau sudah buaya, kecil kemungkinan selamat," ujarnya.
Tokoh pemuda setempat, Suryanto mengatakan, sekitar pertengahan 2004, anak berusia 14 tahun di Desa Santan Ulu juga menjadi korban buaya Sungai Santan. "Maaf, jenazah ditemukan tanpa organ kepala, kaki dan tangan," ujarnya.
Mappa, seorang guru di Marangakayu mengatakan, tahun 2007 lalu juga terjadi peristiwa yang sama. Warga Santan Ulu ditemukan tanpa organ tubuh yang lengkap. Korban yang akhirnya ditemukan di Santan Ilir diterkam saat akan mengambil air di sungai bersama istrinya usai Maghrib.
"Dia sudah diperingatkan oleh suaminya untuk tidak mandi karena sudah hampir maghrib," ujar Wahdian, petugas Perlindungan Masyarakat (Linmas) Desa Santan Ulu Kecamatan Marangkayu yang dikonfirmasi, Sabtu (9/5) malam ini.
Ia menjelaskan kejadian berawal saat Masjan akan membersihkan diri seperti hari-hari biasa. Namun karena terlambat hingga menjelang maghrib, Masjan tetap saja mandi sore meskipun sempat diperingatkan oleh suminya Muhadi yang berusia sekitar 70 tahun. "Berdasarkan kesaksian suaminya, saat mandi itulah monster itu menyeret korban," katanya.
Panjang buaya yang menerkam Masjan diperkirakan sekitar 6 meter. Setelah diterkam, Masjan diseret buaya masuk ke dalam sungai. Suami korban lalu memanggil warga setempat untuk mengejar buaya dan mencoba menyelamatkan korban. "Pencarian dilakukan sampai tengah malam, tetapi jasad korban belum ditemukan," katanya.
Pencarian yang melibatkan sekitar lima puluh warga dan petugas Linmas Desa Santan Ulu kemudian dilanjutkan pagi hari menggunakan tiga perahu.
"Akhirnya kami menemukan serpihan organ tubuh korban, diantaranya otak, rambut, perut dan hati. Yang lainnya belum bisa kami temukan," katanya.
Wahdian menjelaskan, lokasi penemuan organ tubuh korban yang terburai itu berjarak sekitar 1 kilometer dari lokasi kejadian. Dengan temuan organ tubuh itu, bisa dipastikan korban telah meninggal dunia.
"Sampai saat ini kami terus melakukan pencarian dengan masyarakat. Kami menggunakan perahu dan membawa tombak buaya. Mungkin kami akan mencari sampai subuh," katanya.
Ia mengatakan, proses pencarian tidak menggunakan pawang karena warga berharap bisa menemukan dan memusnahkan monster yang meresahkan masyarakat Desa Santan Ulu itu. "Hanya masyarakat dan aparat desa. Tidak ada pawang dan polisi," ujarnya.
Kejadian buaya menerkam manusia bukan yang pertama kali di Sungai Santan. Kejadian yang sama menimpa Anto, pemuda 20 tahun warga Desa Santan Ilir Kecamatan Marangkayu yang juga diterkam buaya, Jumat (18/7) silam.
"Ini sudah yang ke delapan kali terjadi di Sungai Santan," ujar Abdul Fatah, kakek korban yang juga imam Mushala di Santan Ilir Kutai Kartanegara. Pria berusia sekitar 60 tahun itu mengatakan, tak ada yang berhasil selamat dari terkaman buaya Santan.
"Waktu saya mendengar cucu saya dimakan buaya, saya langsung bilang Innalillaahi Wa Inna Ilaihirrojiun. Karena kalau sudah buaya, kecil kemungkinan selamat," ujarnya.
Tokoh pemuda setempat, Suryanto mengatakan, sekitar pertengahan 2004, anak berusia 14 tahun di Desa Santan Ulu juga menjadi korban buaya Sungai Santan. "Maaf, jenazah ditemukan tanpa organ kepala, kaki dan tangan," ujarnya.
Mappa, seorang guru di Marangakayu mengatakan, tahun 2007 lalu juga terjadi peristiwa yang sama. Warga Santan Ulu ditemukan tanpa organ tubuh yang lengkap. Korban yang akhirnya ditemukan di Santan Ilir diterkam saat akan mengambil air di sungai bersama istrinya usai Maghrib.
No comments:
Post a Comment