Mendengar, Mendengarkan dan Menyimak
Mendengarkan merupakan hal yang tak terpisahkan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam kegiatan pembelajaran bahasa, kita menjumpai istilah mendengar, mendengarkan, dan menyimak. Namun, dalam mengartikannya sering muncul perbedaan pendapat. Untuk itu perlu kita beri penekanan arti dari masing-masing kata tersebut.
Mendengar adalah kegiatan manangkap bunyi secara tidak sengaja (secara kebetulan saja).
Contoh: Ketika sedang belajar, saya mendengar piring jatuh. Saya menoleh ke arah suara itu, kemudian saya melanjutkan belajar kembali. (Tarigan: 12)
Mendengarkan adalah proses menangkap bunyi bahasa dengan disengaja tetapi belum memahami.
Contoh: Kartika sedang belajar di kamar, saya mendengarkan lagu kesenangan saya yang disiarkan melalui radio. Kemudian, saya sejenak berhenti belajar untuk menikmati lagu tersebut sampai selesai. Setelah selesai, saya melanjutkan belajar kembali. (Tarigan: 14)
Menyimak adalah proses menangkap bunyi bahasa yang direncanakan dengan penuh perhatian, dipahami, diinterpretasi, diapresiasi, dievaluasi, ditanggapi, dan ditindaklanjuti.
Contoh: Setiap hari Selasa pukul 18.30 WIB, saya mendengarkan siaran pembinaan bahasa Indonesia yang disiarkan melalui TVRI. Sebelum siaran dimulai, saya menyiapkan buku dan pulpen untuk mencatat hal-hal yang saya anggap penting. Saat siaran berlangsung, sesekali saya mencatat dan mengangguk-anggukan kepala bahwa saya memahami pembicaraan yang berlangsung. Setelah selesai, saya merasa puas bahwa persoalan yang saya hadapi selama ini telah terjawab. (Tarigan: 15)
2. Tujuan Mendengarkan
a. untuk memperoleh informasi yang ada hubungan dengan profesi.
b. agar menjadi lebih efektif dalam berinteraksi dalam kehidupan sehari-hari.
c.untuk mengumpulkan data dalam membuat keputusan.
d. memberikan respon yang tepat.
Menurut Logan dalam HG Tarigan (1972: 42) tujuan orang dalam mendengarkan ada beberapa hal yaitu:
a. Untuk memperoleh pengetahuan atau mendengarkan untuk belajar.
Hal ini didapatkan dari nara sumber langsung atau melalui audio visual.
b. Menikmati keindahan audio
Ini didapatkan dari apa yang diperdengarkan atau dipagelarkan.
c.Mengevaluasi
Dalam mengevaluasi, para penyimak ingin mengevaluasi apa yang disimak itu benar, tidak benar, jelek, logis, dan tidak logis.
d. Mengapresiasi bahan simakan
Dalam mendengarkan ada orang mendengarkan dengan maksud dan tujuan agar dapat menikmati serta menghargai apa yang disimak.
e. Mengkomunikasikan ide-ide sendiri
mengkomunikasikan ide-ide, gagasan-gagasan, maupun perasaannya
kepada orang lain dengan lancar dan tepat.
f. Membedakan bunyi-bunyi
Dalam membedakan bunyi ini, biasanya ketika orang belajar bahasa asing.
g. Memecahkan masalah
Biasanya penyimak mempunyai masalah yang sedang dihadapi.
h. Untuk meyakinkan
Seseorang mendengarkan dengan tekun karena untuk meyakinkan dirinya terhadap suatu masalah atau pendapat yang selama ini diragukan.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan mendengarkan dari seseorang tidaklah sama dan ini sesuai dengan apa yang dibutuhkan mulai dari memperoleh informasi sampai pada pemecahan masalah.
Tujuan Mendengarkan dalam Kurikulum Satuan Pendidikan
Dalam KTSP pembelajaran mendengarkan dapat dilihat pada Standar Kompetensi dan Kompetensi dasar sedangkan pengembangan indikator diserahkan pada guru sesuai dengan situasi dan kondisi di sekolah masing-masing. Pada saat mengembangkan kompetensi dasar, guru dapat memilih salah satu kompetensi dasar apakah mendengarkan dari segi kemampuan berbahasa ataupun mendengarkan dari segi sastra. Yang membedakan kedua kemampuan ini adalah bahan ajarnya dan fokus kompetensi yang mau dicapai yaitu ilmu bahasa atau ilmu sastra.
a. Berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulis
b. Menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara
c. Memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan
d. Menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual, serta kematangan emosional dan sosial
e. Menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa
f. Menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia Indonesia.
3. Jenis-Jenis Mendengarkan
Berikut ini dibahas jenis-jenis mendengarkan. Dalam proses mendengarkan, semua kegiatan yang dilakukan mempunyai jenis dan ini dapat digolongkan berdasarkan situasinya. Secara garis besar, Tarigan (1983: 22) membagi jenis mendengarkan menjadi dua jenis yaitu (1) mendengarkan ekstensif, dan (2) mendengarkan intensif. Kedua jenis mendengarkan ini sangatlah berbeda dan perbedaan itu tampak dalam prosesnya. Adapun jenis mendengarkan yang dimaksud adalah sebagai berikut.
a. Mendengarkan Ekstensif
Mendengarkan ekstensif ialah proses mendengarkan yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari, seperti: mendengarkan siaran radio, televisi, percakapan orang di pasar, pengumuman, dan sebagainya. Ada beberapa jenis kegiatan mendengarkan ekstensif:
1) Mendengarkan sekunder
Mendengarkan sekunder terjadi secara kebetulan, misalnya seorang pembelajar sedang membaca di kamar, ia juga dapat mendengarkan percakapan orang lain, suara siaran radio, suara TV, dan sebagainya. Suara tersebut sempat terdengar oleh pembelajar tersebut, namun ia terganggu oleh suara tersebut.
2) Mendengarkan sosial
Mendengarkan sosial dilakukan oleh masyarakat dalam kehidupan sosial seperti di pasar, terminal, stasiun, kantor pos, dan sebagainya. Kegiatan ini lebih menekankan pada factor status sosial, dan tingkatan dalam masyarakat.
3) Mendengarkan estetika
Mendengarkan estetika sering disebut mendengarkan apresiatif. Mendengarkan estetika ialah kegaiatan mendengarkan untuk menikmati dan menghayati sesuatu, misalnya; mendengarkan pembacaan puisi, mendengarkan rekaman drama, mendengarkan cerita, mendengarkan syair lagu, dan sebagainya.
4) Mendengarkan pasif
Mendengarkan pasif ialah mendengarkan suatu bahasa yang dilakukan tanpa upaya sadar, misalnya; dalam kehidupan sehari-hari pembelajar mendengarkan bahasa daerah, setelah itu dalam masa dua atau tiga tahun ia sudah mahir menggunakan bahasa daerah. Kemahiran menggunakan bahasa daerah tersebut dilakukan tanpa sengaja dan tanpa sadar. Namun, pada akhirnya, pembelajar dapat menggunakan bahasa dengan baik.
2. Mendengarkan Intensif
Mendengarkan intensif merupakan kegiatan mendengarkan yang harus dilakukan dengan sungguh-sungguh dan konsentrasi yang tinggi untuk menangkap makna yang dikehendaki. Dalam mendengarkan intensif ada dua hal yang perlu diperhatikan yaitu ciri mendengarkan intensif dan jenis-jenis mendengarkan intensif.
Ciri-Ciri Mendengarkan Intensif
Menurut (Kamidjan dan Suyono, 2002: 12) dalam mendengarkan intensif ada beberapa ciri yang harus diperhatikan yaitu:
a. Mendengarkan intensif adalah mendengarkan pemahaman
Pemahaman ialah suatu aspek pikiran tentang suatu objek. Pemahaman merupakan hasil dari proses memahami terhadap suatu bahan simakan. Siswa dikatakan memahami objek jika ia telah menguasai seluruh objek itu. Pada dasarnya orang melakukan kegiatan mendengarkan intensif bertujuan untuk memahami makna bahan yang disimak dengan baik. Hal ini berbeda dengan mendengarkan ekstensif yang lebih menekankan pada hiburan, kontak sosial, dan sebagainya. Mendengarkan intensif prioritas utamanya adalah memahami makna pembicaraan.
b. Mendengarkan intensif memerlukan konsentrasi tinggi
Konsentrasi ialah memuaskan semua perhatian baik pikiran, perasaan, ingatan dan sebagainya kepada suatu objek. Dalam mendengarkan intensif diperlukan pemusatan pikiran terhadap bahan yang disimak.
Agar mendengarkan dapat dilakukan dengan konsentrasi yang tinggi, maka perlu dilakukan dengan beberapa cara, antara lain: (a) menjaga pikiran agar tidak terpecah, (b) perasaan tenang dan tidak bergejolak, (c) perhatian terpusat pada objek yang sedang disimak, (d) penyimak harus mampu menghindari berbagai hal yang dapat mengganggu kegiatan mendengarkan, baik internal maupun eksternal.
c. Mendengarkan intensif ialah memahami bahasa formal
Bahasa formal ialah bahasa yang digunakan dalam situasi formal (resmi), misalnya; ceramah, diskusi, temu ilmiah, dan sebagainya. Bahasa yang digunakan pada kegiatan tersebut adalah bahasa resmi atau bahasa baku yang lebih menekankan pada makna.
d. Mendengarkan intensif diakhiri dengan reproduksi bahan simakan
Reproduksi ialah kegiatan mengungkapkan kembali sesuatu yang telah dipahami. Untuk membuat reproduksi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu (a) tulis (menulis, mengarang) dan (b) lisan (berbicara).
Reproduksi dilakukan setelah mendengarkan. Fungsi reproduksi antara lain: (a) mengukur kemampuan integratif antara mendengarkan dengan berbicara, (b) untuk mengukur kemampuan integratif antara mendengarkan dengan menulis atau mengarang, (c) mengetahui kemampuan daya serap siswa, dan (d) untuk mengetahui timgkat pemahaman siswa tentang bahan yang telah disimak.
Jenis-Jenis Mendengarkan Intensif
Setelah kita mempelajari ciri-ciri mendengarkan intensif, sekarang akan dibahas jenis-jenis mendengarkan intensif. Jenis-jenis mendengarkan intensif adalah mendengarkan kritis, mendengarkan konsentratif, mendengarkan eksploratif, mendengarkan interogatif, mendengarkan selektif, dan mendengarkan kreatif (HG. Tarigan, 1983; 42)
.a Mendengarkan kritis
Mendengarkan kritis ialah kegiatan mendengarkan yang dilakukan dengan sungguh-sungguh untuk memberikan penilaian secara objektif, menentukan keaslian, kebenaran, dan kelebihan, serta kekurangan-kekurangannya. Hal-hal yang diperhatikan dalam mendengarkan kritis: (a) mengamati ketepatan ujaran pembicara, (b) mencari jawaban atas pertanyaan “mengapa mendengarkan”, (c) dapatkah mendengarkan membedakan antara fakta dan opini dalam mendengarkan, (d) dapatkah menjawab mengambil kesimpulan dari hasil mendengarkan, (e) dapatkah penyimak menafsirkan makna idiom, ungkapan, dan majas dalam kegaiatan mendengarkan. (Kamidjan, 2002: 13).
b. Mendengarkan konsentratif
Mendengarkan konsentratif ialah kegiatan mendengarkan yang dilakukan dengan penuh perhatian untuk memperoleh pemahaman yang baik terhadap informasi yang diperdengarkan.
Kegiatan mendengarkan konsentratif bertujuan untuk: (a) mengikuti petunjuk-petunjuk, misalnya petunjuk untuk mengisi formulir pendaftaran, (b) mencari hubungan antarunsur dalam mendengarkan, misalnya; unsur-unsur dalam bahasa, (c) mencari hubungan kuantitas dan kualitas dalam suatu komponen, (d) mencari hal-hal penting dalam kegiatan mendengarkan, (e) mencari urutan penyajian dalam bahan mendengarkan, dan (f) mencari gagasan utama dari bahan yang telah disimak. Kamidjan, 2002: 14)
c. Mendengarkan eksploratif
Mendengarkan eksploratif ialah kegiatan mendengarkan yang dilakukan dengan penuh perhatian untuk mendapatkan inormasi baru. Pada akhir kegiatan mendengarkan, penyimak; (a) menemukan gagasan baru, (b) menemukan informasi baru dan informasi tambahan dari bidang tertentu, (c) penyimak dapat menemukan topik-topik baru yang dapat dikembangkan pada masa yang akan datang, (d) penyimak dapat menemukan unsur-unsur bahasa yang bersifat baru.
d. Mendengarkan interogatif
Mendengarkan interogatif ialah kegiatan mendengarkan yang bertujuan untuk memperoleh informasi dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang diarahkan kepada pemerolehan informasi tersebut.
Kegiatan mendengarkan interogatif bertujuan: (a) penyimak ingin mendapat fakta-fakta dari pembicara, (b) mendengarkan gagasan baru yang dapat dikembangkan menjadi sebuah wacana yang menarik, (c) penyimak ingin mendapatkan informasi apakah bahan yang telah disimak itu asli atau tidak.
e. Mendengarkan selektif
Mendengarkan selektif ialah kegiatan mendengarkan pasif yang dilakukan secara selektif dan berfokus untuk mengenal bunyi-bunyi asing, nada dan suara, bunyi-bunyi homogen, kata-kata, frase-frase, kalimat-kalimat, dan bentuk-bentuk bahasa yang sedang dipelajari.
Mendengarkan selektif mempunyai ciri tertentu sebagai pembeda dengan kegiatan mendengarkan yang lain. Adapun ciri mendengarkan selektif ialah: (a) mendengarkan dengan seksama untuk menentukan pilihan pada bagian tertentu yang diinginkan, (b) mendengarkan dengan memperhatikan topik-topik tertentu, (c) mendengarkan dengan memusatkan pada tema-tema tertentu.
f. Mendengarkan kreatif
Mendengarkan kreatif ialah kegaiatan mendengarkan yang bertujuan untuk mengembangkan daya imajinasi dan kreativitas belajar. Kreativitas penyimak dapat dilakukan dengan cara: (a) menirukan lafal atau bunyi bahasa asing atau daerah, misalnya; bahasa Inggris, bahasa Belanda, dan sebagainya, (b) penyimak dapat mengemukakan gagasan yang sama dengan pembicara, namun menggunakan struktur dan pilihan kata yang berbeda, (c) penyimak dapat merekonstruksi pesan yang telah disampaikan penyimak, (d) penyimak dapat menyusun petunjuk-petunjuk atau nasihat berdasar materi yang telah disimak.
4. Tahap-Tahap Mendengarkan
Dalam proses mendengar, mendengar dilakukan secara bertahap. Tahap-tahap ini sangat mempengaruhi hasil mendengarkan yang tujuannya akhirnya apakah si penyimak memahami apa yang telah disampaikan.
Berikut ini tahap-tahap dalam mendengarkan menurut (Tarigan: 1990: 58) ada lima yaitu:
a. Tahap mendengar
Tahap mendengar merupakan proses yang dilakukan oleh pembicara dalam ujaran atau pembicaraan, hal ini barulah tahap mendengar atau berada dalam tahap hearing.
b. Tahap memahami
Setelah proses mendengarkan pembicaraan disampaikan, maka isi pembicaraan tadi perlu dimengerti atau dipahami dengan baik. Tahap ini disebut tahap understanding.
c. Tahap menginterpretasi
Pendengar yang baik, cermat, dan teliti belum puas kalau hanya mendengar dan memahami isi ujaran sang pembicara tetapi ada keinginan untuk menafsirkan atau menginterpretasikan isi yang tersirat dalam ujaran, tahap ini sudah sampai pada tahap interpreting.
d. Tahap mengevaluasi
Tahap mengevaluasi merupakan tahap terakhir dalam kegiatan mendengarkan. Pendengar menerima pesan, ide, dan pendapat yang disampaikan oleh pembicara maka pendengar pun pada tahap terakhir ini menanggapi isi dari pembicaraan tadi.
5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi dalam Mendengarkan
Dalam keberhasilan mendengarkan ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhinya. Hunt dalam HG Tarigan (1981: 19-20) mengemukakan.
a. Sikap
b. Motivasi
c. Pribadi
d. Situasi kehidupan
e. Peranan dalam masyarakat.
Sedangkan HG Tarigan; 1986: 99-107, mengatakan bahwa faktor yang dapat mempengaruhi dalam mendengarkan adalah sebagai berikut.
a. Faktor Fisik
Pada waktu mendengarkan faktor fisik adalah faktor penting yang turut menentukan kefektifan dalam mendengarkan. Di sekolah guru hendaklah dengan cermat dan teliti menyiapkan suasana belajar yang tidak mudah mendatangkan gangguan bagi kegiatan mendengarkan Apabila siswa ada yang bermasalah dengan telinga atau pendengaran maka siswa tersebut duduknya harus di depan agar simakan jelas.
b. Faktor Psikologis
Di samping faktor fisik yang telah dikemukakan di atas ada hal yang sangat sulit diatasi yaitu faktor psikologis. Faktor tersebut mencakup masalah antara lain:
1) Berprasangka dan kurangnya simpati terhadap pembicara.
2) Egois terhadap masalah pribadi.
3) Berpandangan sempit terhadap isi pembicaraan.
4) Kebosanan dan kejenuhan yang menyebabkan tidak adanya perhatian terhadap pokok pembicaraan.
5) Sikap yang tidak senang terhadap pembicara.
c. Faktor Pengalaman
Pengalaman adalah faktor yang sangat penting dalam mendengarkan. Apabila seseorang berpengalaman dalam mendengarkan maka bahan simakan akan dikaitkan dengan pengalaman yang telah dimiliki. Selain itu kosakata yang dimiliki si penyimak pun sangat banyak dan jika menyampaikan kembali sangatlah lancar.
d. Faktor Sikap
Pada dasarnya manusia hidup mempunyai dua sikap utama yaitu sikap menerima dan menolak. Orang akan bersikap menerima pada hal-hal yang menarik dan menguntungkan baginya, tetapi ia akan bersikap menolak pada hal-hal yang tidak menarik dan tidak menguntungkan baginya. Kedua hal ini memberi dampak pada pendengar yaitu dampak positif dan negatif.
e. Faktor Motivasi
Motivasi merupakan salah satu butir penentu keberhasilan seseorang. Kalau motivasi kuat untuk mengerjakan sesuatu maka dapat diharapkan orang itu akan berhasil mencapai tujuan. Begitu pula halnya dengan mendengarkan. .Dalam kegiatan mendengarkan kita melibatkan sistem penilaian kita sendiri. Kalau kita memperoleh sesuatu yang berharga dari pembicaraan maka kita akan bersemangat mendengarkannya.
f. Faktor Jenis Kelamin
Gaya mendengarkan pria pada umumnya bersifat objektif, aktif, keras hati, analitik, rasional, keras kepala atau tidak mau mundur, mudah dipengaruhi, mudah mengalah dan emosional. Sedangkan gaya mendengarkan wanita pada umumnya bersifat pasif, lembut, tidak mudah dipengaruhi , mengalah, dan tidak emosi.
g. Faktor Lingkungan
Dalam faktor lingkungan dapat dibagi dua yaitu (1) lingkungan fisik. Lingkungan fisik yang penting adalah ruangan kelas yaitu sarana pendukung di antaranya akustik. Guru harus mengarahkan dengan jelas dan juga membangkitkan motivasi siswa agar mereka dapat mendengarkan dengan baik. (2) Lingkungan sosial; dalam mendengarkan sebaiknya wacana yang dibacakan mendorong siswa untuk mengalami, mengekspresikan serta mengevaluasi ide-ide yang didengarkan.
h. Faktor Peranan dalam Masyarakat
Mendengarkan tidak terlepas dari masyarakat dan lingkungannya. Informasi yang didapat bisa melalui radio, TV, nara sumber, dan masyarakat sekitarnya.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi mendengarkan sangat banyak mulai dari diri sendiri sampai pada masyarakat luas. Yang penting sebagai pendengar yang baik kita harus menghindari faktor-faktor yang menyebabkan kita gagal dalam mendengarkan.
1. Konsep Pembelajaran Mendengarkan B. KONSEP PEMBELAJARAN MENDENGARKAN
Menurut Sagala (2003: 61) yang dimaksud pembelajaran adalah membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan. Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik. Corey dalam Sagala (2003:61) menjelaskan bahwa konsep pembelajaran adalah suatu proses di mana lingkungan seseorang secara sengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respons terhadap situasi tertentu, pembelajaran merupakan subset khusus dari pendidikan. Sedangkan menurut UUSPN No,20 tahun 2003 menyatakan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
Mengajar adalah mengorganisasikan aktivitas siswa dalam arti yang luas. Pembelajaran mengandung arti setiap kegiatan yang dirancang untuk membantu seseorang mempelajari suatu kemampuan atau nilai yang baru. Dalam proses pembelajaran atau pengajaran di kelas menurut Dunkin dan Biddle (1974:38) ada empat variabel interaksi, yaitu: (1) variabel pertanda (presage variables) yaitu pendidik,(2) variabel konteks (contex variables) yaitu peserta didik, (3) variabel proses (process variables) yaitu berupa interaksi peserta didik dan pendidik, dan (4) variabel produk (product variable) yaitu berupa perkembangan peserta didik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Menurutnya proses pembelajaran akan berlangsung dengan baik jika pendidikan mempunyai dua kompetensi utama, yaitu (1) kompetensi substansi materi pembelajaran atau penguasaan materi pelajaran dan (2) kompetensi metodologi pembelajaran. Proses pembelajaran pada awalnya meminta guru untuk mengetahui kemampuan dasar yang dimiliki oleh siswa meliputi kemampuan dasarnya, motivasi, latar belakang akademisnya, latar belakang sosial ekonominya dan lain sebagainya. Kesiapan guru untuk mengenal karakteristik siswa dalam pembelajaran merupakan modal utama penyampaian bahan ajar dan menjadi indikator suksesnya pelaksanaan pembelajaran.
Dalam pembelajaran bahasa Indonesia salah satu keterampilan yang diajarkan adalah mendengarkan. Mendengarkan adalah keterampilan memahami bahasa lisan yang bersifat reseptif. Ini berarti pembelajaran mendengarkan bukan sekedar mendengarkan bunyi-bunyi bahasa melainkan sekaligus memahaminya. Ada dua jenis situasi dalam mendengarkan, yaitu mendengarkan secara interaktif dan mendengarkan secara noninteraktif (Mulyati, 2007:10) Mendengarkan interaktif terjadi dalam percakapan tatap muka dan percakapan di telepon dan sejenisnya sedangkan situasi mendengarkan noninteraktif yaitu mendengarkan radio, TV, film, khotbah atau mendengarkan dalam acara-acara seremonial.
Ada tiga tahapan proses pembelajaran mendengarkan yang dilakukan siswa. Pertama, menerima masukan auditori (auditory input). Pendengar menerima pesan lisan, mendengar pesan saja tidak menjamin berlangsungnya pemahaman. Kedua, memperhatikan masukan auditori. Pendengar berkonsentrasi secara fisik dan mental pada apa yang disajikan penutur. Ketiga, menafsirkan dan berinteraksi dengan masukan auditori. Pendengar tidak hanya mengumpulkan dan menyimpan pesan, akan tetapi juga mengklasifikasi, membandingkan, dan menghubungkan pesan dengan pengetahuan awal (previous knowledge).
2. Karakteristik Pembelajaran Mendengarkan
Keterampilan berbahasa meliputi empat keterampilan, yaitu mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis. Keterampilan mendengarkan dan keterampilan membaca bersifat reseptif sedangkan keterampilan membaca dan menulis bersifat ekspresif. Keterampilan mendengarkan adalah kegiatan berbahasa yang berupa memahami bahasa yang dihasilkan orang lain melalui sarana lisan (dan atau pendengaran).
Pembelajaran mendengarkan dalam pelaksanaannya mempunyai karakteristik dan tidak sama dengan keterampilan lainnya. Pada awal pembelajaran, pembacaan materi harus dilakukan atau diperdengarkan guru. Tujuannya adalah untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menyerap atau memahami informasi.
Menurut Clark dan Clark, 1977:133-179) dalam proses mendengarkan dimulai dengan menyerap rentetan bunyi bahasa (melalui syaraf sentrifugal) diteruskan menuju otak yang disebut ”perangkat ingatan pendek” untuk diproses dan dianalisis. Alat itu ialah pengetahuan bahasa. Apabila pemrosesan atas rentetan bunyi bahasa (bunyi, kosakata, struktur) berhasil berarti pendengar mengerti akan makna pesan atau isi informasi yang terkandung dalam rentetan bunyi bahasa tersebut. Selanjutnya isi informasi atau pesan tadi disimpan dalam bagian otak lain yang disebut perangkat ingatan jangka panjang. Oleh karena itu, yang disimpan itu bukan lagi rentetan bunyi bahasa atau lambang bahasa mentah, melainkan lambang bahasa yang telah terproses menjadi konsep.
Pembelajaran mendengarkan dapat berhasil dengan baik apabila guru memusatkan perhatian siswa pada apa yang akan dibacakan atau diperdengarkan. Selain itu juga siswa sambil mendengarkan dapat membuat catatan sesuai dengan apa yang diharapkan guru.
3. Kriteria Pemilihan Bahan Pembelajaran Mendengarkan
Pemilihan dan pengembangan bahan dalam pembelajaran mendengarkan disusun dengan memperhatikan dan mempertimbangkan beberapa hal. Adapun prinsip pemilihan bahan kajian tersebut antara lain:
a. Bahan harus disusun dari yang mudah ke yang sukar.
b. Dari lingkungan yang paling dekat ke yang jauh.
c. Dari bahan yang sederhana menuju kepada kajian yang rumit.
d. Dari bahan yang sudah diketahui siswa menuju kepada bahan yang belum diketahui siswa.
e. Dari bahan kajian kongkrit menuju pada kajian yang bersifat abstrak. (Sabarti: 12)
Selain bahan kajian, hal lain yang perlu diperhatikan adalah sumber belajar. Dalam KTSP menentukan sumber belajar siswa harus menganut prinsip keanekaan (bervariasi) dalam hal ini guru dapat mencari dari berbagai sumber. Untuk lebih jelasnya, ada beberapa sumber atau bahan yang dapat digunakan dalam pengajaran mendengarkan yakni:
a. Buku-buku
1) Buku-buku pelajaran yang diwajibkan.
2) Buku pelajaran yang pernah dipakai dan masih relevan.
3) Buku pelengkap yang disahkan oleh Departemen Pendidikan .
4) Buku bacaan baik berupa saduran atau bukan saduran.
b. Media Cetak
1)
2) Majalah.
c. Media Elektronika
1) Radio.
2) Kaset.
3) Televisi.
4) CD
5) DVD
Dalam menentukan bahan yang diambil dari media elektronik hal yang perlu diperhatikan yaitu tingkat kesulitan penggunaan bahasa, panjangnya materi, dan tingkat kesukaran pemahaman materi. Oleh sebab itu, sebaiknya pengggunaan bahan mulailah dari sederhana sampai pada siswa dapat mendengarkan informasi melalui TV.
4. Metode Pembelajaran Mendengarkan
Untuk meningkatkan pengajaran mendengarkan, di bawah ini akan dijelaskan beberapa metode pengajaran mendengarkan. Tujuannya adalah:
a. Bagi guru yang belum mengenal, mengetahui atau memahami maka contoh ini adalah hal baru yang perlu dipahami.
b. Bagi guru yang sudah memahami atau mengetahuinya atau sudah mempraktekkannya, maka contoh ini sebagai penyegaran kembali terhadap hal yang sudah diketahui.
Oleh sebab itu, di bawah ini dipaparkan beberapa metode yaitu
;a. Simak- Tulis (Dikte)
Dalam teknik ini, guru membacakan atau memperdengarkan sebuah wacana singkat (diperdengarkan cukup satu kali). Siswa mendengarkan dengan baik.
Contoh; Guru: Tes biasanya menilai keterampilan seseorang. Jika kita ingin menilai keterampilan seseorang dalam mengemudikan mobil, misalnya, maka orang tersebut disuruh menjalankan mobil, mundur, maju, belok, kencang, lambat, dan seterusnya.Contoh lain menilai kecakapan memotong rambut. Lalu kita mengamati bagaimana caranya ia memegang gunting, cara memotong rambut dan menyisirnya dan lain-lain. Siswa: (Menuliskan hasil simakannya) Tes biasanya menilai keterampilan seseorang. Jika kita ingin menilai keterampilan seseorang dalam mengemudikan mobil, misalnya, maka orang tersebut disuruh menjalankan mobil, mundur, maju, belok, kencang, lambat, dan seterusnya.Contoh lain menilai kecakapan memotong rambut. Lalu kita mengamati bagaimana caranya ia memegang gunting, cara memotong rambut dan menyisirnya dan lain-lain. b..Simak - Terka
Contoh: Guru ; Harganya cukup murah hanya Rp. 200,- per kotak kecil. Isi kotak kecil itu panjangnya kira-kira 4-5 cm. Tangkainya biasanya terbuat dari kayu. Di ujung kayu itu terdapat bulatan yang berwarna coklat. Bulatan itu akan menyala bila digoreskan pada kotaknya. Apakah nama benda itu? Siswa : (Menerka) Korek api.
c. Memperluas Kalimat
Contoh: Guru : Ibu memasak nasi di dapur tadi malam. Siswa : Ibu memasak nasi di dapur tadi malam. Guru : Ibu memasak nasi di dapur tadi malam. Siswa : Ibu memasak nasi di dapu tadi malam sewaktu hujan lebat.
d. Simon Berkata
Contoh: Siswa : Semua berdiri Simon berkata : “Duduklah!’. Siswa : Duduk. (Apabila ada yang berdiri maka dihukum) Simon : “Duduk!” Siswa : Tidak ada yang duduk. Apabila ada yang duduk, maka dihukuman.
e. Bisik Berantai
Bisik berantai ini dapat dilakukan secara berkelompok atau beberapa siswa. Apabila dilakukan oleh beberapa siswa maka guru membisikkan pada siswa pertama, siswa pertama membisikkan pada siswa kedua dan seterusnya, siswa terakhir harus menuliskan di papan tulis atau menyebukann kalimat tadi dengan nyaring.
Contoh: Guru : Ayah berharap ayah akan ke kantor bersama Deri dan Deri akan menurutinya. Siswa : A. Ayah berharap akan ke kantor bersama Deri dan Deri menurutinya B. Ayah berharap ke kantor bersama Deri dan Deri menurutinya ................. ……………… ………………..................... G Ayah ke kantor bersama Deri dan menurutinya Guru : Memeriksa ucapan terakhir siswa. Perbedaan yang dilakukan secara berkelompok adalah masing-masing siswa terakhir yang terdapat dalam setiap kelompok menuliskan kalimatnya dalam secarik kertas dengan menuliskan nomor kelompok dan menyerahkannya pada guru. Tugas guru adalah menuliskan kalimat dari semua wakil kelompok di papan tulis. Dari beberapa kalimat tersebut maka dapat dibaca kalimat mana yang paling tepat. f. Menyelesaikan Cerita
Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, setiap kelompok beranggotakan 3 – 4 orang. Guru memanggil anggota kelompok pertama, misalnya kelompok 1, ke depan kelas. Kelompok tersebut disuruh bercerita, judulnya bebas atau boleh juga ditentukan oleh guru. Setelah bercerita, beberapa menit kemudian, guru mempersilakannya untuk duduk. Cerita tersebut dilanjutkan oleh kelompok kedua, dan selanjutnya sampai selesai (kelompok empat).
Model ini boleh juga dilakukan dengan cara perorangan dengan cara yang sama.
Contoh: Guru : Sekarang kita akan menyusun suatu cerita. Judulnya masih rahasia. Cerita ini akan disusun oleh empat kelompok. Bagian demi bagian akan ditampilkan di depan kelas. Setiap orang selalu siap melanjutkan cerita..Mari kita mulai. Rengga ke depan Rengga : (Ke depan.) Apa yang harus saya ceritakan Bu? Guru : Bebas, apa saja boleh Rengga : Pagi ini saya terlambat karena jam beker yang biasa membangunkan tidak berdering. Rupanya saya lupa memutarnya tadi malam. Cepat-cepat saya pergi mandi. Sialnya, badan sudah basah sabun mandi tidak ada. Guru : Bagus, Rengga! Silakan duduk. Cerita akan dilanjutkan oleh Sita. Sita : (Sita ke depan.) Mendehem-dehem sebentar, lalu melirik kepada guru! Guru : Ayo, lanjutkan cerita tadi, Sita! Sita : Cepat-cepat aku berpakaian. Tetapi sayang, semua pakaian kotor, sehingga aku memakai pakaian bekas kemarin. Guru : Bagus, bagus. Selanjutnya, cerita akan dilanjutkan oleh Fajar. Fajar : (Fajar ke depan,) kebingungan. Tidak tahu apa yang akan diceritakan karena tadi tidak mendengarkan. Guru : Ini suatu peringatan buat kalian, bahwa kalian ada yang melalaikan tugas. Fajar duduk kembali, penggantinya adalah Soni. Soni : Aku sarapan nasi, hangus pula. Lalu cepat-cepat aku pergi ke sekolah. Ternyata kendaraan yang akan kutumpangi selalu penuh. Dapat kenderaan yang kosong. Bannya kempes pula di tengah jalan. Turun dari kendaraan, aku disambut hujan lebat. Badan basah kuyup, terlambat di dekolah. Bu guru memarahiku lagi. Guru : Bagus, Soni. Sekarang bagian terakhir hanya satu kalimat. Coba, Reni ke depan. Reni : (Reni ke depan.) Berpikir keras. Memang nasibku, sungguh sial hari ini. Guru : Bagus, bagus. Dengan demikian lengkaplah sudah cerita kita.
Dalam sebuah wacana atau bacaan selalu memiliki sejumlah kata yang mengungkapkan isi keseluruhan kalimat, paragraf atau wacana. Kata-kata yang dapat mewakili seluruh isi tersebut disebut kata kunci (Key word).
g. Identifikasi Kata Kunci
Dalam mendengarkan suatu kalimat, paragraf atau wacana, kita tidak perlu menangkap semua kata-kata tetapi cukup diingat kata-kata kunci yang merupakan inti dari pembicaraan karena melalui kata-kata kuncilah menjadi kalimat-kalimat yang utuh sehingga sampai pada bahan simakan yang mempunyai makna yang lengkap.
Contoh: Guru : Simaklah kalimat berikut ini baik-baik! Carilah kata-kata kunci dari kalimat berikut. Manusia, baik yang primitif maupun yang modern, selalu cenderung hidup berkelompok. Siswa : Mendengarkan. Menentukan kata kunci. Manusia – hidup – berkelompok Manusia hidup berkelompok. Guru : Bagus! Sekarang simak, saya akan bacakan kalimat lain. Carilah kata-kata kuncinya. Pesawat Garuda F.28 Cimanuk habis terbakar dalam hujan lebat setelah melandas di lapangan terbang Branti. Siswa : Siswa mendengarkan dengan teliti. Garuda – terbakar – Branti Garuda terbakar di Branti. Guru : Bagus. h. Identifikasi Kalimat Topik
Dalam sebuah wacana terdiri dari beberapa paragraf. Setiap paragraf minimal mengandung dua unsur yaitu kalimat topik dan kalimat pengembang. Kalimat topik bisa terdapat di awal, tengah dan akhir paragraf
Contoh: Guru : Simaklah baik-baik rekaman paragraf berikut. Menyetop bola dengan dada dan kaki dapat ia lakukan secara sempurna. Tembakan kaki kanan dan kiri tepat arahnya dan sangatlah keras. Sundulan kepalanya sering memperdayakan kiper lawan. Bola seolah-olah menurut kehendaknya. Larinya cepat bagaikan kijang. Lawan sukar mengambil bola dari kakinya. Operan bolanya tepat dan terarah. Amin benar-benar pemain bola jempolan. Siswa : Mendengarkan paragraf lisan secara cermat. Akhirnya, siswa dapat menentukan. Kalimat topiknya ialah “Amin benar-benar pemain bola jempolan”. Guru : Luar biasa! Tepat dan sangat bagus. i. Menyingkat/Merangkum
Mendengarkan bahan simakan yang agak panjang dapat dilakukan dengan berbagai cara. Salah satu caranya adalah melalui menyingkat atau merangkum. Menyingkat atau merangkum berarti merangkum bahan yang panjang menjadi sesedikit mungkin. Namun, kalimat yang singkat tersebut dapat mewakili kalimat yang panjang.
Contoh: Guru : Simaklah baik-baik rekaman berikut! Rekaman hanya sekali diputar, kemudian rangkumlah isinya dalam beberapa kalimat. Manfaat Bawang Putih Bawang putih memang tak sedap baunya. Tapi khasiatnya sangatlah banyak. Selain melezatkan makanan, bawang putih sejak lama diketahui amat bermanfaat bagi kesehatan. Pendek kata ia bisa dijadikan obat sejumlah penyakit. Bawang putih segar atau mentah telah terbukti bisa menyembuhkan infeksi di tenggorokan, perut, dan kulit. Kurang lebih bisa disamakan dengan antibiotik karena bawang putih mengandung sulfur. Di samping itu bawang putih juga menurunkan kolestrol dan mengurangi produksi lemak dalam tubuh. Bahkan bila dikunyah mentah-mentah, bawang putih bisa menurunkan tekanan darah bagi mereka yang menderita tekanan darah tinggi. Sebab itu pula dua pabrik obat di AS tengah berlomba membuat obat-obatan dengan bahan baku bahan putih. Terlebih setelah tahu bahwa bawang putih juga dapat bekerja baik melawan jamus infeksi, penyakit yang kerap menyerang kaki para atlet serta gatal-gatal pada kulit. (KOMPAS, 23 Maret 2002) Siswa : Mendengarkan rekaman dengan penuh perhatian. Hasil rangkumannya adalah sebagai berikut. Biar aromanya kurang sedap, bawang putih berkhasiat banyak yaitu menyembuhkan bermacam penyakit. Oleh sebab itu beberapa pabrik obat di AS memproduksi bawang putih sebagai bahan baku. Guru : Bagus! Rupanya kalian sudah pintar. j. Parafrase
Contoh: Ibu, Adakah Tersisa Waktu Untukku Ketika ibu bertanya padaku Nak, sudah benarkah pilihan cintamu Kujawab dengan hati yang tegar tetapi sendu Benar ibu, telah kupilih tumpahan hatiku. Walau kata pengabdian pada saat ini terasa semua Namun hatiku telah terpateri tekadku Hanya ini yang ingin kubaktikan sebagai balas budiku Atas jerih payah serta curahan kasih sayang bundaku. Dan bila sang suami bertanya lembut penuh rayu Sayangku, sanggupkah engkau bagi waktumu Antara tugas dan tanggung jawab yang penuh liku Serta cinta, kasih dan bakti pada diriku. Maka jawabku kadang bercampur ragu Oh, suamiku, Tuhanlah Yang Maha Tahu Beberapa besar nikmat dan karunia atasku Karya, bakti dan ciptaku bisa terpadu. Dan lemahlah akhirnya sendi tulangku Bila datang si kecil anakku merajuk rayu Ibu, adakah tersisa waktu untukku Aku ingin bercanda, memanja dan mengad Oh anakku, kau adalah tumpuan harapan ayah bundamu Kudambakan kau kelak jadi pimpinan negara dan bangsaku Demi cinta, bakti dan masa depan tanah airku. (Renungan seorang Polwan, Oleh Monalisa. Dikutip dari buletin Polwan, September 1982)
Siswa : Mendengarkan rekaman dengan penuh perhatian. Mereka mencoba memahami garis besar isi puisi. Hasilnya adalah sebagai berikut. Seorang wanita memilih Polisi Wanita (Polwan) sebagai langkah pengabdian. Melalui Polwan ini akan berbakti pada negara. Melalui Polwan ini ia membalas kasih sayang ibundanya. Banyak pertanyaan yang timbul atas pilihan wanita tersebut. Pertanyaan dari ibunda, suami dan anaknya. Ibunda bertanya, apakah pilihan itu sudah tepat. Ia menjawab dengan pasti itulah pilihan hatinya. Suaminya bertanya apakah ia dapat membagi waktu antara tugas dan suami. Ia menjawab, cintanya pada suami tidak berkurang. Tugasnyapun tidak akan diabaikan. Anaknya juga bertanya. Apakah ia masih mempunyai waktu untuk bercanda, memanjakan dan menampung pengaduan anaknya. Dengan bijaksana ia menjawab. Kuharap dikau menjadi pimpinan negara. Ibu rela berkorban demi cinta, bakti dan masa depan negara. k. Menjawab Pertanyaan
Cara lain untuk mengajarkan mendengarkan yang efektif ialah melalui latihan dengan menjawab pertanyaan apa, siapa, mengapa, di mana, mana, dan bilamana yang diajukan sesuai dengan bahan simakan.
Contoh: Guru : Simaklah baik-baik bacaan berikut ini. Setelah selesai, jawablah pertanyaan sesuai dengan hasil simakan. Pendidikan Harus Hasilkan Pekerjaan Serta Pendapatan Pendidikan sekolah meupun luar sekolah yang menghasilkan anak didik yang bisa mendapat penghasilan sendiri atau bisa dapat bekerja adalah amat pentig agar pengangguran jangan sampai menggejala pada usia dini, sehingga kaum muda pada usia produktif tidak menganggur. “Karena itu lebih baik membuka sekolah kejuruan dari pada sekolah umum”. Ujar Mendiknas Prof. Malik Fajar hari Rabu di pelabuhan udara Selaparang, Mataram, pada akhir kunjungan kerja dua hari di Propinsi NTB. Hal serupa dikemukakannya pula dalam pengarahan pada jajaran Depdiknas NTB, serta guru dan mahasiswa di Universitas Mataram, Selasa malam. Menurut Malik Fajar, pendidikan luar sekolah seperti kursus harus menghasilkan anak yang siap dikerjakan. “Arus lulusan SMA tidak berhenti. Tiap tahun yang tidak diterima di perguruan tinggi bertambah”, katanya. Selesai meninjau SMKK Mataram, Malik Fajar menyatakan gembira melihat minat masuk sekolah kejuruan tersebut. Setiap tahun biasanya siswa kelas I hanya sekitar 50 orang, namun pada tahun ajaran 2002 mencapai 300 siswa, “Ini kan bukti bahwa lulusan sekolah kejuruan ini mampu hidup dan menghasilkan” katanya. Siswa : Siswa mendengarkan dengan tekun Guru : Menyuruh siswa mengambil buku latihan dan menjawab pertanyaan guru. a. Siapa yang berbicara? b. Apa yang dibicarakan? c. Di mana hal itu dibicarakan? d. Bila hal itu dibicarakan? e. Mengapa hal itu dibicarakan? Siswa : Menjawab pertanyaan guru. 5. Media Pembelajaran Mendengarkan
Media pembelajaran pada dasarnya merupakan alat bantu yang dapat mempermudah pembelajaran. Gange (1978) mengatakan media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar. Sementara Heinich dan Russel (1989) mengartikan media sebagai sebuah saluran untuk komunikasi yang berasal dari bahasa Latin yang berarti ”antara” yang digunakan untuk menyalurkan informasi antara pengirim dan peneriman. Dari batasan di atas dapat dirumuskan bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dan dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar pada diri siswa.
Dalam pembelajaran mendengarkan, media pembelajaran dapat berupa guru atau elektronik misalnya, membacakan pidato atau laporan, maka media yang digunakan adalah media guru. Guru harus membacakannya dengan tepat dengan memperhatikan kejelasan suara, ucapan, lafal, intonasi, dan jeda. Selain media guru, tape recorder, TV, dan VCD dapat digunakan sebagai media mendengarkan. Dari beberapa media di atas, tingkat keberhasilan dalam mendengarkan adalah dengan menggunakan media Tape Recorder, TV dan VCD karena selain mendengarkan informasi si penyimak juga dalam mendengarkan dibantu oleh gambar. Fungsi gambar tersebut adalah memperjelas pemahaman siswa dalam memahami informasi yang disimak.
Dari penjelasan di atas, maka dapat simpulkan bahwa fungsi media dalam pembelajaran mendengarkan sangatlah penting. Dengan menggunakan media siswa akan tertarik dan mudah dalam memahami informasi.
Berkaitan dengan penjelasan di atas, berikut dikemukakan beberapa prinsip yang dapat digunakan untuk memilih dan menentukan media pembelajaran mendengarkan. Menurut Sumadi (2001, 35-36), mengatakan prinsip untuk menentukan media dalam bahasa adalah sebagai berikut.
a. Fungsional
Cocok dengan tujuan pembelajaran yang dilakukan dan benar-benar menunjang ketercapaian tersebut.
b. Tersedia
Media yang akan digunakan ada dan sudah disiapkan.
c. Murah
Media yang digunakan tidak harus mahal tetapi terjangkau dan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.
d. Manarik
Media yang digunakan adalah media menarik dan sesuai dengan kebutuhan siswa. Setidaknya ada beberapa kriteria untuk menentukan media yang menarik bagi siswa yaitu: (1) sesuai dengan kebutuhan siswa, (2) sesuai dengan dunia siswa, (3) baru, dan (4) menantang.
Di bawah ini contoh media pembelajaran yang dapat digunakan dalam mendengarkan sesuai dengan Kompetensi Dasar.
No. | Kelas/Semester | Kompetensi Dasar | Media |
1. | VII/1 | 1.1 Menyimpulkan isi berita yang dibacakan dalam beberapa kalimat | Guru, Tape Recorder, TV, CD, DVD |
2. | VII/1 | 5.1 Menemukan hal-hal yang menarik dari dongeng yang diperdengarkan | Guru, Tape Recorder, CD, DVD |
3. | VII/2 | 9.1 Menyimpulkan pikiran, pendapat, dan gagasan seorang tokoh/narasumber yang disampaikan dalam wawancara | Tape Recorder, CD, DVD |
4. | VII/2 | 13.1 Menanggapi cara pembacaan puisi | Guru, DVD, CD, Tape Recorder |
5. | VIII/1 | 1.2 Menanggapi isi laporan | Guru, Tape Recorder, CD, DVD |
6. | VIII/1 | 5.1 Menanggapi unsur pementasan drama | CD, DVD |
7. | VIII/2 | 9.1 Menemukan pokok-pokok berita (apa, siapa, di mana, kapan, mengapa, dan bagaimana) yang didengar dan atau ditonton melalui radio/televisi | Guru, Tape Recorder, CD, DVD |
8. | VIII/2 | 13.1 Mengidentifikasi karakter tokoh novel remaja (asli atau terjemahan) yang dibacakan | Guru |
9. | IX/1 | 1.1 Menyimpulkan isi dialog interaktif beberapa narasumber pada tayangan televisi/siaran radio | TV, Radio, Tape Recorder, CD, DVD |
10. | IX/1 | 5.1 Menemukan tema dan pesan syair yang diperdengarkan | Guru, Tape Recorder, DVD |
11. | IX/2 | 9.1 Menyimpulkan pesan pidato/ceramah/khotbah yang didengar | Guru, tape Recorder, DVD, TV |
12. | IX/2 | 13.1 Menerangkan sifat-sifat tokoh dari kutipan novel yang dibacakan | Guru, Tape Recorder |
6. Kriteria Penilaian Pembelajaran Mendengarkan
Sesuai dengan namanya tes mendengarkan, bahan tes yang diujikan disampaikan secara lisan dan diterima siswa melalui sarana pendengaran.
.Menurut Burhan Nurgiyantoro (2001: 239) penilaian mendengarkan dapat dilakukan dengan berbagai cara.
a. Tingkat ingatan
Tes kemampuan mendengarkan pada tingkat ingatan untuk mengingat fakta atau menyebutkan kembali fakta-fakta yang terdapat dalam wacana yang diperdengarkan, dapat bberupa nama, peristiwa, angka, dan tahun. Tes bisa berbentuk tes objektif isian singkat atau pilihan ganda.
2. Tingkat pemahaman
Tes pada tingkat pemahaman menuntut siswa ubtuk memahami wacana yang diperdengarkan. Kemampuan pemahaman yang dimaksud mungkin terhadap isi wacana, hubungan antaride, antarfaktor, antarkejadian, hubungan sebab akibat. Akan tetapi kemampuan pemahaman pada tingkat pemahaman (C 2) ini belum kompleks benar, belum menuntut kerja kognitif tingkat tinggi. Jadi, kemampuan pemahaman dalam tingkat yang sederhana. Dengan kata lain, butir-butir tes tingkat ini belum sulit.
3. Tingkat Penerapan
Butir-butir tes kemampuan mendengarkan yang dapat dikategorikan tes tingkat penerapan adalah butir tes yang terdiri dari pernyataan (diperdengarkan) dan gambar-gambar sebagai alternatif jawaban yang terdapat di dalam lembar tugas.
4. Tingkat Analisis
Tes kemampuan mendengarkan pada tingkat analisis pada hakikatnya juga merupakan tes untuk memahami informasi dalam wacana yang diteskan. Akan tetapi, untuk memahami informasi atau lebih tepatnya memilih alternatif jawaban yang tepat itu, siswa dituntut untuk melakukan kerja analisis. Tanpa melakukan analisis wacana, jawaban yang tepat secara pasti belum dapat ditentukan. Dengan demikian, butir tes tingkat analisis lebih kompleks dan sulit daripada butir tes pada tingkat pemahaman.
Analisis yang dilakukan berupa analisis detail-detail informasi, mempertimbangkan bentuk dan aspek kebahasaan tertentu, menemukan hubungan kelogisan, sebab akibat, hubungan situasional, dan lain-lain.
Menurut Power dalam Safari ( 1997: 61) ada tiga jenis pertanyaan pemahaman dalam ujian mendengarkan yaitu:
Siswa memlih satu pertanyaan yang sama maksudnya dengan pernyataan yang didengar. Didengarkan percakapan singkat dari dua orang kemudian ditanyakan tentang isi percakapan yang telah diperdengarkan (pernyataan hanya diperdengarkan satu kali).
Didengarkan pidato/percakapan/bacaan kemudian ditanyakan beberapa pertanyaan dari cerita tersebut.
a. Aspek yang Dinilai
Aspek yang dinilai dalam mendengarkan didasarkan pada ruang lingkup dan tingkat kedalaman pembelajaran serta Kompetensi Dasar yang sudah ditetapkan di dalam Kurikulum khususnya dalam indikator. Bagi siswa, dapat diketahui bahwa aspek yang belum dikuasai dalam pengalaman belajar yang dikembangkan dari indikator. Sedangkan bagi guru dapat diketahui aspek apa yang belum diajarkan pada siswa. Selain itu penilaian pembelajaran mendengarkan ini tujuannya adalah untuk mengetahui apakah semua yang telah dialami siswa dalam proses pembelajaran sudah sesuai dengan kompetensi dasar khususnya dalam indikator.
Secara umum aspek yang dinilai dalam pembelajaran mendengarkan adalah sebagai berikut.
1) Aspek Kebahasaan
a) Pemahaman isi
b) Kelogisan penafsiran
c) Ketepatan penangkapan isi
d) Ketahanan konsentrasi
e) Ketelitian menangkap dan kemampuan memahami
2). Aspek Nonkebahasaan:
a) Pelaksanaan dan Sikap
b) Menghormati
c) Menghargai
d) Konsentrasi /kesungguhan mendengarkan
e) Kritis
b. Bentuk-bentuk pertanyaan Mendengarkan
Dalam penilaian mendengarkan, guru dapat memilih bentuk pertanyaan sebagai berikut.
a). Mengucapkan kembali (menirukan) hal yang didengar.
Contoh: Soal : Diperdengarkan kata “pasif”
(Siswa menirukan/menuliskan)
b). Melaksanakan petunjuk/perintah yang diperdengarkan
Contoh: Soal: Diperdengarkan sebuah petunjuk/perintah
“Pelajaran di kelas dimulai pukul 7.05”.
(Siswa menuliskan)
c). Menjawab pertanyaan apa, siapa, kapan, di mana, bagaimana (berdasarkan pertanyaan yang didengar)
Contoh: Apakah yang dikerjakan siswa?
d). Menerka nama benda, binatang atau tanaman dan lain-lain berdasarkan deskripsi yang disampaikan.
Contoh: Seekor binatang yang merajai hutan, bertaring dan ganas dalam memangsa hewan tangkapan.
e). Menerima dan menyampaikan pesan atau hal-hal penting yang diperoleh melalui telepon.
Contoh: Sejak tanggal 21 sampai dengan 30 Oktober 2001, kami berlibur ke Bandung.
f). Menanyakan berbagai hal berdasarkan tema atau topik yang didengar.
Contoh: Bagaimana sifat tokoh A dalam cerita yang kamu simak
tadi?
g) Menentukan satu diantara empat gambar (A, B, C, D) berdasarkan karangan yang didengar.
Contoh: Setelah diperdengarkan beberapa kata atau kalimat, siswa disuruh menunjukkan nama atau kegiatan yang tepat berdasarkan gambar dari kata atau kalimat yang diperdengarkan.
Misal: (a) Nani makan pisang
(b) Darlis menulis surat
(c) Kakak membaca koran
(d) Ibu menanak nasi
Sumber : Suplemen Pembelajaran Bahasa Indonesia
No comments:
Post a Comment