Namanya terdengar keren: Balola. Tapi jangan salah. Balola ini sangat berbahaya dan bisa mengganggu rumah tangga Anda. Urusannya, urusan seks. Waduh!
Menurut bahasa prokem Suroboyoan, Balola adalah kepanjangan dari akronim 'balon lanang'. Itu nama lain dari gigolo, profesi pekerja seks lelaki. Sebagaimana halnya pekerja seks perempuan, mereka juga punya tempat mangkal. Mereka melayani ibu-ibu rumah tangga atau perempuan yang kesepian, alias tante girang.
Inilah potret dunia budaya pop, yang menurut filsuf Prancis Jean Beaudrillard, adalah simulakra. Citra simulakra bisa diibaratkan sebuah gambar atau citra yang direproduksi dan ditumpuk berulang-ulang, sehingga warna aslinya tak lagi tampak.
Selain, Surabaya bisa dikatakan sebagai kota Metropolis yang kedua setelah Jakarta. Tapi, Surabaya bisa dikatakan menjadi kota metrosekpolis yang berdominan. Karena, Surabaya ada banyak bisnis esek-esek yang tampak tanpa harus bersembunyi, yakni di lokalisasi Dolly dan Jarak yang hanya lelaki para hidung belang berani datang ke tempat tersebut .
Tidak seperti wanita tuna susila, Balola lebih suka mangkal di tempat yang tersamar. Tidak banyak orang yang mengetahui. Tempat mangkal para Balola memang tempat biasa. Bahkan, orang memandang terkesan bukan tempat mangkalnya seorang Balola. Karena, tempatnya banyak ditumbuhi banyak tanaman dan dilewati kendaraan yang bebas lalu lantang berjalan.
Salah satu lokasi di kawasan Genteng, di mana banyak taman. Selain itu, juga masih ada beberapa tempak lagi, yang masuk dalam wilayah Wonokromo. Di salag satu tempat di Wonokromo, sama sekali orang tak mengira jika itu markas besar Balola.
Menurut bahasa prokem Suroboyoan, Balola adalah kepanjangan dari akronim 'balon lanang'. Itu nama lain dari gigolo, profesi pekerja seks lelaki. Sebagaimana halnya pekerja seks perempuan, mereka juga punya tempat mangkal. Mereka melayani ibu-ibu rumah tangga atau perempuan yang kesepian, alias tante girang.
Inilah potret dunia budaya pop, yang menurut filsuf Prancis Jean Beaudrillard, adalah simulakra. Citra simulakra bisa diibaratkan sebuah gambar atau citra yang direproduksi dan ditumpuk berulang-ulang, sehingga warna aslinya tak lagi tampak.
Selain, Surabaya bisa dikatakan sebagai kota Metropolis yang kedua setelah Jakarta. Tapi, Surabaya bisa dikatakan menjadi kota metrosekpolis yang berdominan. Karena, Surabaya ada banyak bisnis esek-esek yang tampak tanpa harus bersembunyi, yakni di lokalisasi Dolly dan Jarak yang hanya lelaki para hidung belang berani datang ke tempat tersebut .
Tidak seperti wanita tuna susila, Balola lebih suka mangkal di tempat yang tersamar. Tidak banyak orang yang mengetahui. Tempat mangkal para Balola memang tempat biasa. Bahkan, orang memandang terkesan bukan tempat mangkalnya seorang Balola. Karena, tempatnya banyak ditumbuhi banyak tanaman dan dilewati kendaraan yang bebas lalu lantang berjalan.
Salah satu lokasi di kawasan Genteng, di mana banyak taman. Selain itu, juga masih ada beberapa tempak lagi, yang masuk dalam wilayah Wonokromo. Di salag satu tempat di Wonokromo, sama sekali orang tak mengira jika itu markas besar Balola.
No comments:
Post a Comment