Puluhan calon pemijat plus dipaksa mengikuti latihan sangat keras, di antaranya push up sampai ratusan kali. Selain itu, mereka masih diharuskan naik-turun tangga berulang-ulang di tempat penampungannya di Kompleks Niaga Latumeten, Jalan Latumeten, Jelambar, Grogol Petamburan, Jakarta Barat.
Para ABG yang direkrut dari berbagai daerah di Jawa Barat itu juga mengaku selama mengikuti latihan tidak diperbolehkan mengenakan pakaian. Proses latihan berlangsung tiga bulan.
Proyek pelatihan bak hewan ini terbongkar setelah polisi melakukan penggerebekan . Dalam penggerebekan itu polisi mendapati puluhan ABG dalam kondisi telanjang tengah mengikuti latihan berat itu.
Menurut pengakuan SU (16)—salah seorang ABG, setiap hari dia harus mengikuti latihan mulai pukul 07.00 hingga pukul 18.00. Selama 11 jam itu SU dan ABG lain dipaksa mengikuti perintah pelatih. ”Kami disuruh push up sampai 400 kali. Habis itu diminta lari naik-turun tangga di tempat penampungan,” katanya.
Semua ini, kata SU, dilakukan dalam keadaan telanjang. Kegiatan itu biasanya baru berakhir menjelang magrib. Para ABG diizinkan istirahat. Su gembira ketika polisi menggerebek tempat pelatihan tersebut. Dia bersama rekan-rekannya akhirnya terbebas dari jeratan pengelola pijat.
Ditawari sebagai perias
Petaka yang dialami gadis lulusan SMP asal Subang, Jawa Barat, ini berawal ketika seorang perempuan setengah baya menawarinya pekerjaan tenaga perias di sebuah salon di Jakarta. ”Saya dan keluarga mengenal baik orang itu karena dia memang berasal dari kampung saya,” kata Su.
Karena kenal dengan perempuan itu, SU dan orangtuanya tidak curiga. ”Apalagi waktu itu dia menawarkan gaji besar. Saya pun langsung tergiur,” kata Su dengan logat khas tanah Pasundan.
SU dan orangtuanya diminta menyiapkan surat lamaran dan sejumlah uang agar bisa langsung diterima. ”Pokoknya semua syarat yang diminta hampir sama seperti melamar pekerjaan resmi. Bedanya, dia juga minta kami membawa ijazah asli,” tutur SU yang mengatakan menyerahkan uang Rp 800.000 sebagai pelicin.
Pijat aneh
Singkat cerita, SU kemudian diberangkatkan ke Jakarta. Bersamanya ikut empat gadis belia lainnya. Menurut SU, sepanjang perjalanan dia senang dan berharap dapat mengumpulkan uang banyak. Dengan uang yang diperolehnya kelak, ia berniat membahagiakan orangtuanya.
Namun, begitu sampai di Jakarta harapan SU dan rekan-rekannya pun sirna. Ternyata dia tidak dibawa ke salon, melainkan ke sebuah tempat penampunganan pelatihan tenaga pemuas seks. ”Di tempat itu kami diperlakukan seperti binatang,” kata SU.
Su menuturkan, setiap pukul 07.00 ia dan teman-temannya dibangunkan oleh pengawas pelatihan. ”Habis itu kami disuruh senam sampai pukul 09.00,” katanya sambil meneteskan air matanya.
Setelah senam, ratusan gadis ABG diperintahkan untuk mandi dan membersihkan diri. Setelah itu dilanjutkan dengan makan. ”Habis makan, kami diajari cara memijat sampai pukul 14.00,” kata SU.
Yang dipersoalan SU adalah latihan pemijatan tidak seperti pijat biasa. ”Kami dilatih teknik-teknik pijat yang aneh,” katanya. Salah satu teknik pijat yang diajarkan pelatih adalah teknik memijat dengan tubuh.
”Caranya sambil menaiki orang yang dipijat. Ada juga latihan memijat alat intim laki-laki,” kata SU. Dalam latihan itu, disediakan lelaki sebagai obyek pelatihan. Karena tidak sesuai dengan yang diinginkannya, SU dan teman-temannya berniat melarikan diri. ”Tapi tidak bisa dilakukan. Penjaganya banyak, tempatnya juga tertutup. Lagian kami tidak tahu jalan,” paparnya. Selain itu, ijazah asli mereka ditahan oleh pengelola panti pijat.
Ketika SU mengajukan permohonan berhenti, pihak pengelola mengatakan tidak bisa keluar dari tempat ini. ”Kalau mau keluar harus membayar Rp 50 juta,” kata SU. Ia dan rekan-rekannya semakin tak berdaya karena enggak bisa berkomunikasi dengan keluarganya.
Kepala Kepolisian Resor Metro Jakarta Barat Kombes Iza Fadri mengatakan, dari hasil pemeriksaan, enam orang ditetapkan sebagai tersangka. ”Kami sedang mengejar pemilik hotel yang merangkap panti pijat ini,” ujarnya.
kompas.com
Para ABG yang direkrut dari berbagai daerah di Jawa Barat itu juga mengaku selama mengikuti latihan tidak diperbolehkan mengenakan pakaian. Proses latihan berlangsung tiga bulan.
Proyek pelatihan bak hewan ini terbongkar setelah polisi melakukan penggerebekan . Dalam penggerebekan itu polisi mendapati puluhan ABG dalam kondisi telanjang tengah mengikuti latihan berat itu.
Menurut pengakuan SU (16)—salah seorang ABG, setiap hari dia harus mengikuti latihan mulai pukul 07.00 hingga pukul 18.00. Selama 11 jam itu SU dan ABG lain dipaksa mengikuti perintah pelatih. ”Kami disuruh push up sampai 400 kali. Habis itu diminta lari naik-turun tangga di tempat penampungan,” katanya.
Semua ini, kata SU, dilakukan dalam keadaan telanjang. Kegiatan itu biasanya baru berakhir menjelang magrib. Para ABG diizinkan istirahat. Su gembira ketika polisi menggerebek tempat pelatihan tersebut. Dia bersama rekan-rekannya akhirnya terbebas dari jeratan pengelola pijat.
Ditawari sebagai perias
Petaka yang dialami gadis lulusan SMP asal Subang, Jawa Barat, ini berawal ketika seorang perempuan setengah baya menawarinya pekerjaan tenaga perias di sebuah salon di Jakarta. ”Saya dan keluarga mengenal baik orang itu karena dia memang berasal dari kampung saya,” kata Su.
Karena kenal dengan perempuan itu, SU dan orangtuanya tidak curiga. ”Apalagi waktu itu dia menawarkan gaji besar. Saya pun langsung tergiur,” kata Su dengan logat khas tanah Pasundan.
SU dan orangtuanya diminta menyiapkan surat lamaran dan sejumlah uang agar bisa langsung diterima. ”Pokoknya semua syarat yang diminta hampir sama seperti melamar pekerjaan resmi. Bedanya, dia juga minta kami membawa ijazah asli,” tutur SU yang mengatakan menyerahkan uang Rp 800.000 sebagai pelicin.
Pijat aneh
Singkat cerita, SU kemudian diberangkatkan ke Jakarta. Bersamanya ikut empat gadis belia lainnya. Menurut SU, sepanjang perjalanan dia senang dan berharap dapat mengumpulkan uang banyak. Dengan uang yang diperolehnya kelak, ia berniat membahagiakan orangtuanya.
Namun, begitu sampai di Jakarta harapan SU dan rekan-rekannya pun sirna. Ternyata dia tidak dibawa ke salon, melainkan ke sebuah tempat penampunganan pelatihan tenaga pemuas seks. ”Di tempat itu kami diperlakukan seperti binatang,” kata SU.
Su menuturkan, setiap pukul 07.00 ia dan teman-temannya dibangunkan oleh pengawas pelatihan. ”Habis itu kami disuruh senam sampai pukul 09.00,” katanya sambil meneteskan air matanya.
Setelah senam, ratusan gadis ABG diperintahkan untuk mandi dan membersihkan diri. Setelah itu dilanjutkan dengan makan. ”Habis makan, kami diajari cara memijat sampai pukul 14.00,” kata SU.
Yang dipersoalan SU adalah latihan pemijatan tidak seperti pijat biasa. ”Kami dilatih teknik-teknik pijat yang aneh,” katanya. Salah satu teknik pijat yang diajarkan pelatih adalah teknik memijat dengan tubuh.
”Caranya sambil menaiki orang yang dipijat. Ada juga latihan memijat alat intim laki-laki,” kata SU. Dalam latihan itu, disediakan lelaki sebagai obyek pelatihan. Karena tidak sesuai dengan yang diinginkannya, SU dan teman-temannya berniat melarikan diri. ”Tapi tidak bisa dilakukan. Penjaganya banyak, tempatnya juga tertutup. Lagian kami tidak tahu jalan,” paparnya. Selain itu, ijazah asli mereka ditahan oleh pengelola panti pijat.
Ketika SU mengajukan permohonan berhenti, pihak pengelola mengatakan tidak bisa keluar dari tempat ini. ”Kalau mau keluar harus membayar Rp 50 juta,” kata SU. Ia dan rekan-rekannya semakin tak berdaya karena enggak bisa berkomunikasi dengan keluarganya.
Kepala Kepolisian Resor Metro Jakarta Barat Kombes Iza Fadri mengatakan, dari hasil pemeriksaan, enam orang ditetapkan sebagai tersangka. ”Kami sedang mengejar pemilik hotel yang merangkap panti pijat ini,” ujarnya.
kompas.com
No comments:
Post a Comment