multi info, hiburan, pengetahuan, dan aneka informasi

Menjadi Guru Olahraga yang Tahu Pakem (inovasi pembelajaran )

Oleh :Hendro Suwignyo S.Pd.
Guru Olahraga SD Kartika IV-7 Malang
Sumber Jawa Pos Senin,21 Januari 2008


Pada prinsipnya,sport teacher (guru olahraga) harus bisa berperan sebagai pelatih,teman,orangtua pengganti,konselor,bahkan psikolog bagi anak didik.Jika seorang guru olahraga bisa berperan seperti itu,siswa berbakat akan bisa lebih focus mengembangkan potensi dan prestasi.Siswa juga akan percaya penuh kepada guru olahraganya.

Keterbatasan mendalam guru olahraga harus dilandasi rasa empati kepada anak didiknya.Yakni kemampuan guru menghayati perasaan atau keadaan anak didiknya.Sang guru harus menghayati perasaan atau keadaan anak didiknya.Sang guru harus harus bisa mengerti anak didiknya secara total tanpa kehilangan identitas pribadinya.

Setelah menguasai peran itu,guru akan dihadapkan pola penggalian potensi siswa.Selain kemampuan fisik,juga mengeksplorasi kemampuan intelehensi anak didik.Dalam hal ini penulis mencoba memberikan langkah-langkah dasar penggalian human resources,anak didk pada tingkat elemtary school (SD ).

Sedikitnya,ada tujuh langkah mudah bagi guru olahraga untuk melatih dan menggerakkan anak-anak didik :
1. Guru harus mengetahui healt track record (riwayat kesehatan ) anak melalui blanko yang di isi orangtua.Tujuannya anak didik yang akan kita bina aman.
2. Kelompokkan setiap anak didik berdasar umur dan jenis kelamin.Kemudian dilanjutkan pengecekan anatomi tubuh disertai tes fisik (antropometrik ) yang meliputi pengukuran tinggi badan,berat badan, tinggi duduk,dan lebar depannya.Jangan lupa,cantumkan pula daftar nilai akademik sekolahnya (peringkat di kelas).Sebab intelegensi merupakan salah satu modal untuk menjadi seorang atlet yang andal,selain bakat dan kemauan.
3. Kita perlu membuat kolom masing-masing cabor (cabang olahraga) yang di dalamnya terdapat acuan tentang usia untuk mengawali latihan pada setiap cabor.Diharapkan,daftar tersebut benar-benar kredibel serta valid.Kemudian, masukkan hasil pengelompokan pada langkah kedua ke dalam kolom masing-masing cabor (cabang olahraga ) bergantung guru masing-masing.
4. Lakukan pengukuran kemampuan fisik setiap anak didik yang terjaring pada langkah ketiga.Tes dasarnya kita sesuaikan masing-masing cabor.Begitu pula dengan teknik-teknik dasar yang digunakan,ukurannya harus kredidel agar bisa diperoleh hasil yang valid.Setiap cabor memiliki jenis tes khusus untuk memperkirakan kecakapan atau ketrampilan siswa.
5. Hasil uji bakat kemampuan fisik dan nonfisik anak didik kita laporkan kepada kepala sekolah dan orang tua (wali)siswa.Keterlibatan pimpinan sekolah dan support orang tua sangat penting dalam peningkatan prestasi anak didik.
6. Lakukan kerjasama dengan pengurus cabor di daerah untuk mendapatkan pembinaan anak didik yang lebih terarah.Atau kerjasama dengan perkumpulan olahraga di daerah masing-masing supaya pembinaan yang kita rintis di sekolah tidak sia-sia.
7. Guru olahraga mengaplikasikan seluruh langkah tersebut.Misalnya jika ada siswa yang berpotensi di cabor tertentu,namun sarana dan prasarana di sekolah kurang mendukung,guru bisa mengarahkan (menitipkan) ke sport club agar mendapatkan porsi latihan yang memadai dan berkesinambungan.

Yang jelas,jika guru olahraga menyimpang dari prinsip-prinsip pelatihan dalam membina anak didik,Hampir pasti guru akan sulit meningkatkan prestasi lahraga anak didik.
Satu lagi yang juga patut menjadi catatan upaya pembinaan siswa didik potensial adalah dukungan anggaran.Memang peribahasa jawa mengatakan,jer basuki mawa bea ikut menjadi factor keberhasilan pola pembinaan yang diharapkan.
Paradigma lama pembinaan olahraga harus kita tinggalkan.Bukan zamannya lagi menggunakan trik-trik kotor,menghalalkan segala cara untuk menang atau memalsukan data siswa untuk mencapai keberhasilan anak didik.Cara-cara itulah yang dapat menghancurkan jiwa keolahragaan bibit-bibit atlet kita.
Paradigma baru yang mengdepankan sikap kompetitif,sportif,dan akurat dan akurat harus dijadikan acuan.Guru olahraga pantang mengikutsertakan anak didiknya pada suatu lomba yang hanya untuk berpartisipasi.Kita harus memacu siswa untuk selalu meningkatkan prestasi yang semakin baik.
Akhirnya,sebagai pendidik dan Pembina,guru olahraga harus memegang prinsip-prinsip dasar pembinaan olahraga yang kompetitif,selektif, berbobot,berbudi,berakal,beradab dan tentu saja menjunjung sportivitas dalam menggali potensi serta prestasi siswa.Dengan landasan itu,bukan tidak mungkin kelak kita bisa melahirkan bibit-bibit olahragawan yang andal srta berbudi pekerti.
Tabel di bawah ini bisa menjadi rujukan guru olah raga.
Umur Permulaan Berolahraga,Spesialisasi,dan Prestasi Puncak


berturut-turut mulai Cabang Olahraga, Permulaan Olahraga usia (...sampai.... ). Spesialisasi (usia...sampai... ),Prestasi Puncak (usia ... sampai... )


Atletik 10-12 13-14 18-23
Bola basket 8-9 10-12 20-25
Tinju 13-14 15-16 20-25
Balap sepeda 14-15 16-17 21-24
Loncat indah 6-7 8-10 18-22
Anggar 8-9 10-12 20-25
Senam (putrid) 6-7 8-10 18-22
Senam (putra) 6-7 12-14 18-24
Dayung 12-14 16-18 22-24
Sepak bola 10-12 14-15 18-24
Renang 3-7 10-12 16-18
Tenis lapangan 8-10 12-14 18-25
Bola voli 11-12 14-15 20-25
Angkat besi 14-15 16-18 21-28
Gulat 13-14 15-16 24-28
Bulutangkis 8-9 14-15 18-24
Hoki 12-14 16-18 22-25
Sofbal 11-12 16-18 18-24
Panahan 11-12 16-18 20-28
Pencak silat 10-11 15-16 18-22
Bola tangan 12-13 15-16 18-24
Tenis meja 7-8 10-12 18-24
Polo air 12-13 15-16 18-28

(diadopsi dari Bompa:1986;Yesus dan Trubo;1988;Harsono;1988;Mencek;1978

No comments:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Blog Archive