Masalah ngorok alias mendengkur mungkin sering dianggap sepele.
Ibarat gunung es, dibalik masalah kecil ini tersimpan masalah yang lebih
besar lagi. Gangguan tidur, termasuk mendengkur, membuat rentan berbagai
penyakit, termasuk impotensi.
Selain Obstructive Sleep Apnea Syndrome (OSAS), nama lain untuk mendengkur,
masih banyak masalah gangguan tidur lainnya. Misalnya tidur berjalan, bicara
sambil tidur, kram kaki waktu tidur, bahkan ada juga kejang-kejang sewaktu
tidur.
Masalah ini dapat diwaspadai dengan mengenali gejala-gejalanya. Beberapa
gejalanya khas yakni, sulit memulai tidur, sering terbangun tengah malam
atau sakit kepala di pagi hari.
Di Indonesia kasus-kasus seperti ini memang belum signifikan. "Penelitian
khusus di Indonesia belum dilakukan. Tapi secara global, kasus ini terjadi
pada 4 persen pria dan 2 persen wanita di dunia. Kawasan yang rentan adalah
kawasan pasifik, termasuk Indonesia," ujar dr Teguh Widjaja SpP., FCCP.
Hal itu disampaikan dia di sela-sela soft launching Immanuel Sleep
Laboratory, Rumah Sakit Immanuel, Jl Kopo, Bandung, Jawa Baratm, Kamis
(17/1/2008).
Akibat gangguan tidur tidak bisa dianggap sepele. Yang paling sederhana
seperti turunnya produktivitas kerja. Parahnya, penderita gangguan tidur
rentan dengan tekanan darah tinggi, stroke, penyakit jantung, bahkan
impotensi.
"Gangguan ini baiknya segera diobati. Selain dari munculnya gejala-gejala
gangguan tidur, kalau si pasien dan pasangannya merasa terganggu, baiknya
segera diperiksakan." ujar Teguh yang merupakan Koordinator Sleep Laboratory
RS Immanuel.
Pengobatan yang ditawarkan untuk gangguan tidur ini makin berkembang. Diakui
Teguh, sudah sejak tiga tahun lalu dilakukan pengembangan Sleep Laboratory
di Indonesia. Kini sudah ada tiga Sleep Laboratory di Indonesia, dua di
Jakarta dan satu di Bandung.
Konsep Sleep Laboratory ini adalah untuk menganalisa stadium-stadium tidur
dan kondisi
fisik selama pasien tidur dengan menggunakan polisomnografi. Dari hasil
pemeriksaan dapat dilakukan tindak pengobatan lebih lanjut.
"Pengobatan ini kami coba tawarkan dengan harga yang sebisa mungkin diterima
masyarakat. Tapi layanan ini memang berkualitas dan efektif," pungkas Teguh.
Ibarat gunung es, dibalik masalah kecil ini tersimpan masalah yang lebih
besar lagi. Gangguan tidur, termasuk mendengkur, membuat rentan berbagai
penyakit, termasuk impotensi.
Selain Obstructive Sleep Apnea Syndrome (OSAS), nama lain untuk mendengkur,
masih banyak masalah gangguan tidur lainnya. Misalnya tidur berjalan, bicara
sambil tidur, kram kaki waktu tidur, bahkan ada juga kejang-kejang sewaktu
tidur.
Masalah ini dapat diwaspadai dengan mengenali gejala-gejalanya. Beberapa
gejalanya khas yakni, sulit memulai tidur, sering terbangun tengah malam
atau sakit kepala di pagi hari.
Di Indonesia kasus-kasus seperti ini memang belum signifikan. "Penelitian
khusus di Indonesia belum dilakukan. Tapi secara global, kasus ini terjadi
pada 4 persen pria dan 2 persen wanita di dunia. Kawasan yang rentan adalah
kawasan pasifik, termasuk Indonesia," ujar dr Teguh Widjaja SpP., FCCP.
Hal itu disampaikan dia di sela-sela soft launching Immanuel Sleep
Laboratory, Rumah Sakit Immanuel, Jl Kopo, Bandung, Jawa Baratm, Kamis
(17/1/2008).
Akibat gangguan tidur tidak bisa dianggap sepele. Yang paling sederhana
seperti turunnya produktivitas kerja. Parahnya, penderita gangguan tidur
rentan dengan tekanan darah tinggi, stroke, penyakit jantung, bahkan
impotensi.
"Gangguan ini baiknya segera diobati. Selain dari munculnya gejala-gejala
gangguan tidur, kalau si pasien dan pasangannya merasa terganggu, baiknya
segera diperiksakan." ujar Teguh yang merupakan Koordinator Sleep Laboratory
RS Immanuel.
Pengobatan yang ditawarkan untuk gangguan tidur ini makin berkembang. Diakui
Teguh, sudah sejak tiga tahun lalu dilakukan pengembangan Sleep Laboratory
di Indonesia. Kini sudah ada tiga Sleep Laboratory di Indonesia, dua di
Jakarta dan satu di Bandung.
Konsep Sleep Laboratory ini adalah untuk menganalisa stadium-stadium tidur
dan kondisi
fisik selama pasien tidur dengan menggunakan polisomnografi. Dari hasil
pemeriksaan dapat dilakukan tindak pengobatan lebih lanjut.
"Pengobatan ini kami coba tawarkan dengan harga yang sebisa mungkin diterima
masyarakat. Tapi layanan ini memang berkualitas dan efektif," pungkas Teguh.
No comments:
Post a Comment