Apa yang terbayang di kepala saat membicarakan kolesterol? Mungkin pemahaman yang ada dan berlaku di sebagian masyarakat dewasa ini kolesterol tinggi hanya milik mereka yang bertubuh gemuk, dan bukan yang kurus.
Padahal orang kurus belum tentu bebas kolesterol tinggi lho. Sudah saatnya meluruskan anggapan salah kaprah yang cenderung menyesatkan ini.
Kolesterol tinggi dapat menyebabkan penyakit kardiovaskular (CVD). Menurut perkiraan World Health Report 2001, 29% kematian di Asia Tenggara disebabkan oleh CVD. Tahun 1998, CVD merupakan penyebab 23,4% kematian di rumah sakit di Srilanka, hampir 33% di Thailand dan di Indonesia, 200 dari 100.000 penduduk meninggal karena CVD.
Kolesterol tinggi juga disebut sebagai pembunuh yang datang secara diam-diam karena penumpukan kolesterol terjadi secara tidak kasat mata. Hal ini mengakibatkan orang tidak mempunyai keluhan kesehatan akibat kolesterol tinggi.
Bahkan hingga kini, kebanyakan orang memiliki anggapan keliru tentang kolesterol. Mereka percaya mitos-mitos bahwa kolesterol hanya menyerang orang di atas usia 40 tahun, orang yang gemuk, berjenis kelamin pria dan umumnya orang kaya. Persepsi bahwa "kolesterol tinggi tidak akan menyerang orang seperti saya" membuat kebanyakan orang merasa bahwa masalah kolesterol bukan hal yang mendesak, dan belum relevan sehingga tidak memotivasi mereka untuk mengambil tindakan. Padahal sekali lagi ditegaskan, orang dengan kolesterol tinggi belum tentu memiliki tubuh gemuk.
"Kolesterol itu kandungan lemak dalam darah, dan tidak selalu diikuti dengan berat badan berlebih," ujar Dr. dr. Saptawati Bardosono, MSc, Staf Pengajar, Departemen Ilmu Gizi, FKUI, dalam sebuah lokakarya mengenai sosialisasi kolesterol yang digagas PT Nestle Indonesia, Juli lalu.
Menurut Dr Saptawati, kolesterol tinggi sebagai silent killer memang terasa tak relevan bagi kaum muda, tapi pada kenyataannya, kolesterol tinggi bisa menyerang siapa saja, tanpa terkecuali.
"Meskipun Anda berusia di bawah 40 tahun, namun jika memiliki gaya hidup tidak sehat antara lain: merokok, terlalu banyak makanan tinggi lemak, tidak berolahraga, maka Anda termasuk dalam golongan berisiko tinggi," lanjutnya.
Pergeseran gaya hidup, terutama di perkotaan, hampir tidak memberikan pilihan untuk memiliki gaya hidup berkualitas. Pola makan yang tidak sehat, kurang olahraga, merupakan faktor risiko tingginya kadar kolesterol dalam darah. Tanpa disadari, tingginya kadar kolesterol secara perlahan namun pasti menumpuk dalam pembuluh darah yang pada akhirnya menyebabkan timbulnya beberapa penyakit, misalnya penyakit jantung koroner, dan stroke. Oleh karena itu, edukasi tentang kolesterol kepada masyarakat penting untuk menunjukkan pada mereka kerugian yang ditimbulkan karena kolesterol sehingga mendorong mereka untuk memutuskan melakukan tindakan pencegahan.
Persatuan ahli jantung di Amerika Serikat mengeluarkan pedoman edukasi gizi untuk penatalaksanaan kolesterol tinggi (NCEP ATP3). Dalam pedoman ini dianjurkan perubahan pola hidup termasuk di antaranya mengonsumsi makanan rendah lemak jenuh dan mengonsumsi makanan yang mengandung fitosterol (sejenis kolesterol pada tumbuhan) minimal 1000-3000 miligram sehari.
Penelitian awal di Indonesia telah dilakukan di Departemen Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) terhadap produk Nesvita ProHeart yang diluncurkan oleh Nestlé Indonesia ini. Penelitian ini dilakukan dalam waktu 6 minggu terhadap 40 penderita hiperkolestemia (kelebihan kolesterol dalam darah) yang terbagi menjadi 2 kelompok, A dan B.
Kelompok A mendapat konseling gizi (diet rendah kolesterol) dan mengonsumsi Nesvita ProHeart selama 6 minggu. Kelompok B hanya mendapat konseling gizi selama 6 minggu. Selama 6 minggu selain pemantauan kadar kolesterol darah pada awal minggu pertama dan akhir minggu keenam, kepatuhan untuk melakukan diet rendah kolesterol pada kedua kelompok dan kepatuhan mengonsumsi Nesvita ProHeart pada kelompok A dipantau setiap 2 minggu.
Setelah 6 minggu, hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kelompok A yang melakukan diet rendah kolesterol dan mengonsumsi Nesvita ProHeart, secara rata-rata berhasil menurunkan kolesterol total sebesar 9% (dibanding 1% pada kelompok B), dan kolesterol LDL (kolesterol jahat) sebesar 12% (dibanding 3% pada kelompok B).
Pencegahan merupakan cara yang paling murah dan efektif, hindari makanan berlemak tinggi, menjaga berat badan ideal, berolah raga secara teratur, tidak merokok dan cek kesehatan secara rutin. Sedangkan bagi yang memiliki kadar kolesterol tinggi, harus melakukan diet khusus dan mengkonsumsi obat penurun kolesterol, mengadopsi gaya hidup sehat, seperti mengkonsumsi makanan berserat tinggi, buah-buahan, ikan, dan kedelai.
"Bagi mereka yang ingin mengurangi resiko kolesterol tinggi, selain menjalankan pola hidup sehat Nestlé Indonesia menawarkan solusi yang efektif dan praktis melalui Nesvita ProHeart sebagai bagian dari diet gizi seimbang," ujar dr. Leilani Lestarina, Head of Medical & Nutrition services department, Nestlé Indonesia,.
Mengapa Nesvita ProHeart? Karena susu bubuk ini mengandung kadar lemak rendah namun berkalsium tinggi yang mengandung formula khusus Acticol, dengan kandungan fitosterol sebanyak 600 miligram di tiap gelasnya. Kemampuan fitosterol dalam menghambat penyerapan kolesterol mampu menurunkan kadar kolesterol dalam darah. Berdasarkan penelitian, mengonsumsi 1000-3000 miligram fitosterol per hari membantu menurunkan kolesterol hingga 10%. Artinya, dengan pola hidup sehat, nutrisi seimbang dan sesuai kebutuhan minum susu yang mengandung fitosterol 2 gelas per hari, diharapkan kolesterol akan turun.
Selain memberikan solusi yang mudah dan praktis, susu tersebut juga mengandung asam lemak Omega 3 dan Omega 6 yang dapat meningkatkan kualitas kesehatan jantung. Kandungan kalsiumnya yang tinggi juga bermanfaat untuk menjaga kesehatan tulang dan gigi. Jadi mengonsumsi susu ini mendatangkan manfaat ganda, kualitas kesehatan jantung meningkat, juga kesehatan tulang.
Terkait kepedulian mengenai kolesterol, Nestle menggelar kampanye nasional "Nesvita ProHeart Cholesterol Control" dengan menggelar roadshow di beberapa kota besar berisi program-program edukasi tentang kolesterol. Salah satu program edukasi berupa kesempatan bagi masyarakat untuk dapat mengecek kadar kolesterol mereka dan konsultasi gratis dengan dokter atau ahli gizi di tempat-tempat yang telah ditentukan. Selain itu, mereka akan mendapat edukasi mengenai kolesterol untuk memperdalam pemahaman mereka dan mengambil tindakan untuk menurunkan risiko terkena kolesterol tinggi.
Kampanye nasional tersebut sebagai bagian dari kerjasama antara Nestlé Indonesia dan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FK UI) dalam meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat Indonesia, khususnya berkaitan dengan masalah kesehatan akibat kolesterol tinggi. Melalui kampanye jangka panjang dan berkesinambungan ini, Nestlé Indonesia berperan aktif untuk meningkatkan pemahaman masyarakat tentang hal-hal yang berkaitan dengan kolesterol, dampaknya terhadap kesehatan dan sekaligus memotivasi masyarakat luas untuk memulai gaya hidup sehat dan menghindari faktor-faktor risikonya.
"Kampanye nasional ini adalah bentuk kontribusi aktif kami dalam memberikan pemahaman yang benar mengenai kolesterol kepada masyarakat. Kolesterol tinggi dan masalah kesehatan yang diakibatkannya seperti serangan jantung, stroke dan hipertensi merupakan masalah serius dan mendesak untuk ditanggulangi," ujar Prawitya Soemadijo, Category Marketing Manager Adult Nutrition, Nestlé Indonesia.
Saatnya Anda peduli dan mencegahnya dengan melakukan pemeriksaan dini. Pastikan kadar kolesterol total Anda tak melebihi 240 mg/dL (harus diwaspadai 200-239 mg/dL). Jika kadarnya di bawah 200 mg/dL Anda boleh lega karena dianggap normal.
Namun jika kadar kolesterol total di atas 240 mg/dL, itu sudah masuk kategori berbahaya, makanya harus dikurangi. Segera cek kolesterol Anda dan hubungi dokter jika kadarnya di atas ambang aman untuk mendapat penanganan yang tepat.
No comments:
Post a Comment