multi info, hiburan, pengetahuan, dan aneka informasi

Cendana Ingin Kendalikan Golkar Lagi !


Keluarga Cendana, rupanya, tidak ingin jauh-jauh dari Golkar, partai yang pernah menjadi mesin politik Orde Baru. Kemarin Hutomo Mandala Putra alias Tommy Soeharto mendeklarasikan diri untuk siap bertarung dalam perebutan ketua umum Partai Golkar. Meski beberapa kalangan menganggap peluang Tommy kecil, pangeran Cendana itu sangat optimistis.

"Sampai sekarang, saya masih tidak pernah keluar dari Golkar dan sampai sekarang masih menyimpan KTA (kartu tanda anggota) Golkar. Sebagai kader, saya berhak menjadi keatua umum," kata Tommy dalam keterangan pers di gedung Granadi, Jakarta.

Tommy menambahkan, munas Golkar yang dilaksanakan pada 4-7 Oktober nanti di Pekanbaru adalah waktu yang tepat bagi dirinya untuk terjun lagi ke dunia politik, setelah selama 10 tahun lebih banyak menekuni dunia bisnis.

Mantan anggota MPR dari Fraksi Karya Pembangunan pada 1993-1998 itu menilai, Golkar adalah partai yang sesuai dengan panggilan jiwanya. Terjun sebagai ketua umum, menurut dia, adalah salah satu bentuk tanggung jawab terhadap ancaman stagnasi di partai yang dilahirkan dan dibesarkan oleh ayahnya (alm mantan Presiden Soeharto).

Meski sepuluh tahun terakhir tidak aktif dalam kegiatan partai, bos kelompok usaha Humpuss itu mengatakan, dirinya mengetahui persis kondisi Golkar sesudah Orde Baru. Ini karena dia masih kerap berkomunikasi dengan elite Golkar. Bahkan, niat untuk bertarung di munas merupakan hasil komunikasinya dengan Satkar Ulama DKI Jakarta dan Ketua DPD I Partai Golkar DKI Jakarta Ade Surapriatna.

Meski menyatakan siap bertarung dengan para kandidat lain di antaranya Aburizal Bakrie, Surya Paloh, dan Yuddy Chrisnandi, Tommy menegaskan, dirinya siap mendukung calon ketua umum yang terpilih di munas mendatang.

"Politik itu negosiasi dan kompromi. Kalau tidak terpilih, bisa saja saya memperkuat barisan pengurus pusat Golkar," tegasnya.

Kandidat ketua umum Golkar Yuddy Chrisnandi ketika dikonfirmasi menyatakan tidak gentar terhadap Tommy yang akan turun gelanggang. Dia menilai, Tommy tidak bisa mencalonkan diri karena tidak memenuhi ketentuan calon ketua umum dalam AD/ART Golkar. Berdasar AD/ART, calon ketua umum Golkar minimal harus sudah pernah duduk sebagai pengurus harian DPP Partai Golkar.

Menurut Yuddy, syarat itu bisa saja diubah di munas mendatang. Sebab, salah satu agenda munas ialah mengevaluasi AD/ART Golkar. "Kita tidak menghalangi siapa pun untuk maju menjadi calon ketua umum. Namun, kita tidak mau aturan dasar organisasi diubah untuk mengakomodasi salah satu orang yang mau masuk," katanya.

Meski demikian, Yuddy menyambut baik rencana keluarga Cendana kembali turun ke kancah politik dan berkiprah di Golkar. Itu membuktikan Golkar tidak pernah kekurangan kader.

Meski demikian, Yuddy meminta kader Golkar berpikir tentang masa depan partai bila mengakomodasi calon-calon ketua umum yang bermasalah. Dia khawatir Golkar akan makin ditinggalkan masyarakat bila dipimpin orang-orang bermasalah. "Kita tidak ingin Golkar hilang dan tenggelam karena kita memilih pemimpin yang keliru," tuturnya.

Pendapat serupa dikemukakan salah seorang sesepuh Golkar, Oetojo Oesman. Dia menilai, calon ketua umum Golkar seharusnya sosok unggulan yang memiliki kemampuan kepemimpinan yang sudah teruji serta sesuai dengan kapasitas organisasi.

"Jangan calon ketua umum itu pernah mencederai kebijaksanaan untuk kesejahteraan rakyat, termasuk korupsi dan kasus yang menyengsarakan rakyat lain," tandasnya.

Oetojo sendiri tidak mau menyebut dosa-dosa bakal calon ketua umum Golkar. Namun, ketika wartawan menanyakan kasus semburan lumpur Lapindo Brantas yang membelit Aburizal Bakrie dan kasus pembunuhan hakim agung Syafiuddin Kartasasmita, Oetojo tak membantah. "Itu indikasi yang kuat sekali," tegasnya sambil tersenyum.

Menguntungkan Ical

Kecilnya peluang Tommy untuk terpilih dalam munas Golkar dibenarkan pengamat politik Andrinof Chaniago. Bahkan, dia menyebut kans putra Cendana itu jauh jika di­banding calon lainnya. ''Saya kira ini test case saja. Dia mau me­ngukur dukungan terhadap (keluar­ga) Cendana,'' katanya.

Menurut dia, keluarga Cendana me­nyadari bahwa mereka membu­tuhkan basis dukungan politik. Ka­rena itu, setiap kesempatan yang ada akan dijajal. Misalnya, perhelatan munas Golkar mendatang. ''Ta­pi, rasanya akan sulit,'' ujarnya.

Peluang Tommy yang diprediksi kecil itu tidak lepas dari track re­cord-nya yang cenderung tidak bersih. Beberapa kali dia harus ber­urusan dengan aparat penegak hukum. Misalnya, kasus pembu­nuhan hakim agung dan kasus ko­rupsi BPPC.

Menurut Andrinof, latar belakang Tommy itu justru kontradiktif dengan Partai Golkar saat ini yang mengusung pembaruan. ''Kalau tetap maju, Tommy bakal gampang diserang,'' tegasnya.

Dia menyatakan, jika Tommy tetap maju, Aburizal Bakrie (Ical), ca­lon lain, justru akan diuntungkan. Alasannya, munculnya Tommy membuat orang akan menyorot latar belakangnya. ''Kalau tidak ada pembanding Tommy, dia (Ical) jelek karena ada kasus Lapindo. Tapi, ada Tommy malah menutupi dan orang jadi lupa,'' jelas Andrinof.

Bagaimana dengan calon lain? Menurut dia, efeknya tidak akan terlalu signifikan. Sebab, hingga kini calon yang paling kuat adalah Ical. ''Dia yang tampaknya pa­ling serius,'' katanya.

Surya Paloh dinilai masih belum jelas terkait dengan pen­ca­lon­­annya. Yuddy Chrisnandi dianggap belum memiliki dukungan yang kuat.

Di bagian lain, Aburizal Bakrie me­ngaku tak tahu rencana majunya Tommy tersebut. ''Saya belum men­dengar. Tapi, kalau benar, yang memilih kan daerah,'' ujarnya.

Dia membenarkan Tommy ada­lah fungsionaris Golkar. Namun, dia tidak mengetahui apakah Tom­my masih aktif di Golkar atau su­dah menanggalkan keanggo­taannya. ''Sejak dulu beliau kader Golkar, itu benar,'' ungkapnya.

Ketua Bidang OKK DPP Partai Golkar Syamsul Muarif menambahkan, meski Tommy pernah menjadi anggota MPR dari Golkar, munas belum tentu bisa memilih dia sebagai ketua umum Golkar.

Tim verifikasi yang diberi mandat oleh munas nanti memverifi­kasi dulu apakah Tommy meme­nuhi dua syarat menjadi calon ketua umum sesuai AD/ART atau tidak. Yakni, menjadi anggota Gol­kar selama sepuluh tahun tanpa putus dan pernah menjadi pengurus tingkat pusat atau tingkat daerah minimal selama satu periode.

''Dia menyatakan tidak pernah melepas keanggotaan. Tapi, akan kami lihat apakah sudah 10 tahun menjadi anggota Golkar,'' tegasnya.

http://www.jawapos.com/halaman/index.php?act=detail&nid=86265

No comments:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Blog Archive