multi info, hiburan, pengetahuan, dan aneka informasi

Kontes Kecantikan Ala Arab Saudi !



Kontes kecantikan yang lazim digelar, sebagian besar memberikan penilain pada kecantikan wajah dan kemolekan tubuh. Tentu, Sukaina al-Zayer, perempuan Arab Saudi ini, tak mungkin bisa berharap menjadi ratu kecantikan dari kontes kecantikan semacam itu.


Maklum saja, tubuh dan wajah al-Zayer tertutup rapat. Ia mengenakan jubah hitam lebar untuk membalut seluruh tubuhnya, kerudung sebagai penutup kepala, dan wajahnya bercadar pula. Jadi, tak mungkin panitia kontes kecantikan bisa menyatakan ia seperti apa dan menang.

Namun di Arab Saudi, sebuah kontes bernama Miss Beuatiful Moral yang juga melibatkan kontestan perempuan, mengabaikan penilaian pada kesempurnaan penampilan dan wajah. Yang jadi penilaian pokok adalah bakti dan rasa hormat kepada orang tua.

''Ide kontes ini untuk mengukur komitmen para kontestan terhadap moral Islam. Ini sebuah alternatif dari kontes-kontes kecantikan lainnya yang hanya menilai tubuh dan paras wanita,'' kata pendiri kontes Miss Beuatiful Moral, Khadra al-Mubarak.

Dengan demikian, ungkap al-Mubarak, pemenangan kontes ini tak perlu dan melulu perempuan berwajah cantik. ''Kami peduli soal kecantikan jiwa dan moral,'' jelasnya. Dan ternyata, kontes ini tak sepi peminat.

Setelah dibuka, terdapat 200 kontestan yang ikut. Selama sepuluh pekan, mereka akan menghadiri sejumlah kelas dan menjawab serangkaian pertanyaan yang terkait tema 'temukan kekuatan jiwamu','melahirkan pemimpin', dan 'ibu, surga di bawah telapak kakimu'.

Para kontestan juga akan menghabiskan waktu selama sehari di sebuah rumah dengan ibu masing-masing. Menurut al-Mubarak, para juri perempuan, akan menilai bagaimana para kontestan ini berinteraksi dengan ibunya.

Selain itu, ungkap al-Mubarak, kontes ini tak disiarkan di televisi dan tak pula melibatkan laki-laki.Sehingga, kata dia, para kontestan ini memungkinkan untuk menaggalkan jilbab dan abaya yang biasa mereka kenakan di depan publik.

Penyelenggaraan Miss Beutiful Moral ini telah memasuki tahun kedua. Pertama kali, kontes ini digelar pada 2008 yang saat itu hanya diikuti oleh 75 kontestan. Kontestan pada 2009 mengalami peningkatan hampir tiga kali lipat, yang jumlahnya mencapai 200 orang.

Kontes yang terbuka bagi perempuan berumur antar 15 dan 25 tahun ini juga menyediakan hadiah yang lumayan besar jumlahnya. Pemenang pada kontes tahun ini akan diumumkan pada Juli mendatang. Pemenang pertama yang juga ditasbihkan dengan gelar ratu, mendapatkan 2.600 dolar AS.

Sang ratu, juga mendapatkan sejumlah hadiah lainnya. Sedangkan pemenang kedua akan mendapatkan hadiah uang tunai sebesar 1.300 dolar AS. Pemenang kontes tahun lalu, Zahra al-Shufara, mengatakan kontes ini mendorong perempuan untuk lebih menunjukkan bakti pada orang tua.

''Saya katakan kepada para kontestan tahun ini bahwa kemenangan yang diraih dalam kontes ini tak penting. Hal yang lebih penting, berbakti pada orang tua kalian,'' kata al-Shurafa, gadis berusia 21 tahun yang mengambil kuliah jurusan bahasa Inggris.

Tak banyak kontes kecantikan di dunia Arab. Kontes sejenis yang paling glamor adalah kontes kecantikan yang digelar Lebanon. Negara ini dinilai paling liberal di Arab. Para kontestan muncul di layar televisi, mengenakan baju renang dan gaun malam yang glamor.

Mereka juga harus menjawab sejumlah pertanyaan untuk menguji kepercayaan diri dan pengetahuan umum yang dimiliki. Menurut al-Mubarak, kontes ini digelar di sebuah kota Syiah, Safwa. Memang lebih banyak perempuan Syiah yang ikut.

Namun pada kontes tahun ini, terdapat 15 perempuan Sunni yang juga ikut berkompetisi. ''Ini merupakan hal yang indah,'' kata al-Mubarak. Lalu, apa komentar al-Zayer yang menjadi salah satu kontestan?

Menurut perempuan 24 tahun dan mahasiswi jurusan manajemen internasional ini, ia membayangkan citra ibunya. ''Saya bangga dengan kepatuhan pada orang tua saya,'' katanya. Ia pun memberi komentar mengenai kontes kecantikan di Lebanon.

Intinya, kata al-Zayer adalah perbedaan kultur. Di Arab Saudi, kata dia, kontes semacam itu secara Islam tak bisa diterima. Sementara, kontestan lainnya, Awsaf al-Mislim, menyatakan kalau pun tak memenangkan mahkota ratu, ia memenangkan sesuatu yang lebih penting.

''Saya akan merasa bangga menunjukkan kepada setiap orang bahwa saya bersaing dengan orang lain dalam kepatuhan kepada orang tua saya,'' kata al-Mislim.

No comments:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Blog Archive