multi info, hiburan, pengetahuan, dan aneka informasi

Flu Babi Pernah Tewaskan 1 Juta Penduduk Indonesia !




Flu babi bukan penyakit baru di Indonesia. Berdasarkan sejarah, flu ini pernah menewaskan sekitar satu juta penduduk Indonesia ketika mewabah tahun 1918-1919 silam. Untuk skop dunia, wabah ini telah menewaskan sekitar 20-50 juta penduduk dunia. “Ini (flu babi, red) sebenarnya penyakit lama yang aktif lagi,” ungkap Ketua Tim Penanggulangan Flu Burung, Rumah Sakit Dr Sardjito Yogyakarta, Dr Sumardi, di Yogyakarta, Selasa (28/04).

Saat itu, lanjut Sumardi, wabah flu babi diketahui pertama kali di Spanyol dan kemudian menyebar ke Amerika Serikat. “Kalau saat ini wabah flu babi berkembang dari Meksiko, mungkin karena Meksiko dekat dengan Amerika Serikat,” jelasnya. Menurut Sumardi, virus tipe influenza seperti flu babi saat ini memang mengalami mutasi kira-kira 100 tahun sekali. Mutasi ini sangat mungkin terjadi karena saat membelah diri atau berkembang biak terjadi pergantian protein dan DNA yang ada dalam virusnya. “Virusnya mungkin masih sama, yakni H1N1, tapi susunan proteinnya telah berubah,” jelasnya.

Begitu terjadi mutasi, lanjutnya, virus baru itu sifatnya sangat berbeda dengan aslinya sehingga tubuh manusia tidak lagi mengenalinya. “Begitu tubuh tidak mengenal, maka terjadi penyakit yang berat pada tubuh manusia,” ujarnya.

SULUT WASPADA
Terkait mewabahnya flu babi, Pemprop Sulut menyatakan bahwa kasus wabah yang mematikan ini harus diantisipasi. “Memang virus ini belum terjadi di Indonesia dan Sulut khususnya. Namun sebagai bentuk antisipasi, pemprop akan mengintensifkan pemeriksaan di sejumlah pintu-pintu masuk pelabuhan dan bandara. Ini sangat penting, guna menangkal berbagai kemungkinan terjadinya penyebaran yang dapat dibawa oleh para turis,” ungkap Kepala Dinas Kesehatan Sulut melalui Kepala Balai Surveillance Dinkes Sulut, Dr Nora Lumentut kepada wartawan, kemarin (28/04).

Lanjut dikatakannya, Sulut harus siaga satu. Dengan demikian berbagai antisipasi strategis harus secepatnya ditempuh. Sehingga, kekhawatiran warga terhadap penyebaran flu babi, dapat dideteksi sejak awal. “Berdasarkan perkembangan informasi, virus ini tengah terjadi di sejumlah negara Amerika dan Meksiko. Tetapi, jika kita tidak mengantisipasinya sejak awal, bisa saja penyebarannya masuk ke daerah ini. Oleh karena itu, bersama seluruh pihak yang terkait, kami akan mengintensifkan pengawasan. Bahkan seluruh kabupaten/kota sudah disampaikan imbauan untuk bersama-sama mengantisipasinya. Terutama yang memiliki fasilitas pelabuhan laut serta bandara,” ujarnya.

Seluruh Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) dan bandara yang berada di kabupaten/kota, kata Lumentut, telah diinstruksikan agar dapat mewaspadai para pendatang. Khususnya para turis asing. Di mana melalui pintu-pintu masuk ini, akan dipasangi alat pemantau suhu badan atau thermal scanner. “Kepada setiap pendatang diwajibkan untuk melakukan pemeriksaaan dengan alat pemantau suhu badan atau thermal scanner. Dengan begitu, bagi yang kedapatan langsung dilakukan karantina yang telah disediakan oleh pihak pelabuhan dan bandara,” terangnya seraya menambahkan bahwa flu babi ini gejalanya hampir sama dengan flu burung dan flu pada manusia.

Secara terpisah, Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Sulut, Ir Herry Rotinsulu mengatakan, flu babi tidak perlu dikhawatirkan apalagi ditakuti. “Kita cukup waspada saja,” katanya saat menggelar jumpa pers kemarin. Sebab menurutnya, terkait penyakit menular terhadap ternak, Sulut sudah cukup berpengalaman dalam penanggulangannya. “Lihat saja flu burung, kasusnya hanya sekali dan kita mampu kendalikan. Jadi kita sudah punya pengalaman terkait penanganan penyakit seperti ini,” ujarnya.

Meski begitu, kata Rotinsulu, harus ada upaya pencegahan yang melibatkan seluruh stakeholder sebagai langkah konkret untuk mengurangi kerugian ekonomi bagi para pe-ternak babi.

“Kita tahu bahwa isu virus ini sangat meresahkan masyarakat Sulut pada umumnya dan peternak babi pada khususnya, karena mereka takut permintaan akan menurun drastis. Maka dari itu perlu langkah-langkah khusus,” tandasnya.

Oleh karena itu, katanya, koordinasi tim penanggulangan penyakit hewan, berdasarkan peraturan gubernur Nomor 140 Tahun 2008 tentang Pembentukan Tim Pencegahan, Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit Hewan Menular di Sulut, harus ditingkatkan.

Dan untuk tindakan pencegahan, akan dibentuk tim penanggulangan penyakit sampai ke tingkat desa dalam bentuk peraturan desa. Ini menurutnya, untuk memudahkan koordinasi pencegahan menyakit hewan menular. “Kami akan terus meningkatkan pengawasan lalu lintas ternak,” katanya.

Di sisi lain Kasubdin Perdagangan Dalam Negeri Disperindag Sulut, Janny Rembet mengatakan, permintaan dari Papua, Manokwari akan pasokan babi dari Sulut sampai ini masih normal. “Artinya, sejak pemberitaan flu babi ini, hingga kemarin permintaan daerah lain masih ada,” ujarnya.

Sementara itu terkait dengan seringnya dilakukan pasokan bibit ternak babi dari Bali, maka untuk sementara waktu akan dihentikan. “Kita akan menghentikan untuk sementara waktu pengiriman bibit ternak dari Bali,” kata Rotinsulu.

Di pihak lain Kepala Balai Karantina Pertanian Kelas I Manado, Drh Heriyanto menandaskan, kemungkinan masuknya virus flu babi ke daerah ini sangat kecil. “Ini disebabkan karena daerah ini tidak memasok daging babi dari luar, tetapi justru mengirim ke luar,” ungkapnya.

Pihak karantina juga sem-kin meningkatkan pengaw-san terhadap lalu lintas ternak yang masuk ke daerah ini. “Termasuk kita akan memasang alat pendeteksi suhu badan di bandara,” ujarnya.
Sementara itu Ketua Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (PHDI) Cabang Sulut, Dr Drh Sri Adiani yang juga Kepala Laboratorium Ilmu Produksi Ternak Fakultas Peternakan Unsrat men-imbau kepada masyarakat agar tidak khawatir, karena kondisi iklim Indonesia berbeda dengan negara lain.

“Namun begitu saya menyarankan agar waspada. Kita selalu menjaga kebersihan misalnya sebelum makan harus cuci tangan dan cuci kaki terlebih dulu sampai bersih, untuk menghindari segala bentuk kuman dan virus yang menempel. Karena memang penularan flu babi ini sangat cepat,” ujarnya.(Komentara)

Populasi Ternak Babi Tahun 2008 Hingga 2009
No Kabupaten/kota 2008 2009
1. Kabupaten Minahasa 109.821,00 114.214,00
2. Kabupaten Bolmong 19.663,00 20.45000
3. Kabupaten Sangihe 56.970,00 59.249,00
4. Kabupaten Talaud 10.962,00 11.400,00
5. Kabupaten Minahasa Selatan 32.147,00 33.433,00
6. Kabupaten Minahasa Utara 17.659,00 18.66,00
7. Kabupaten Bolmong Utara 1.065,00 1.108,00
8. Kota Manado 3.067,00 3.190,00
9. Kota Bitung 16.433,00 17.090,00
10 Kota Tomohon 35.031,00 36.433,00
11 Kota Kotamobagu 416,00 433,00
Jumlah 303.234,00 315.366,00

http://tribunmanado.co.cc/2009/04/29/flu-babi-pernah-menewaskan-1-juta-penduduk-indonesia/

No comments:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Blog Archive